NovelToon NovelToon
SETIA (Senja & Tiara)

SETIA (Senja & Tiara)

Status: sedang berlangsung
Genre:Pihak Ketiga / Keluarga / Diam-Diam Cinta / Cinta Terlarang
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ita Yulfiana

"Cinta itu buta, itulah mengapa aku bisa jatuh cinta padamu." -Langit Senja Pratama-

"Tidak, kamu salah. Cinta itu tidak buta, kamu saja yang menutup mata." -Mutiara Anindhita.

.

Ketika cinta jatuh di waktu yang tidak tepat, lantas apa yang mesti kita perbuat?

Terkadang, sesuatu yang belum sempat kita genggam, justru menjadi yang paling sulit untuk dilepaskan.

Follow IG @itayulfiana

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ita Yulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SETIA — BAB 10

...Jangan pernah menipu orang yang mempercayaimu, sebaliknya jangan pernah mempercayai orang yang pernah menipumu....

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

POV Tiara

"Notifikasi apa itu?" Mas Arkan bertanya sambil mengangkat b0kong menggeser posisinya semakin dekat padaku. Entah dia benar-benar penasaran atau hanya mencari alasan.

"Bukan apa-apa," jawabku singkat sambil mengunci layar ponsel dan menyembunyikannya di bawah bantal. Posisi Mas Arkan yang semakin dekat membuatku semakin waspada. "Mas Arkan mau bicara apa, katakan saja?" tanyaku dengan nada curiga, mencoba menebak apa yang sebenarnya ada di pikirannya.

Tiba-tiba Mas Arkan meletakkan tangannya di atas pahaku, membuatku terkejut. "Tiara, begini," dia berdehem sebelum melanjutkan, "aku baru saja pulang dari rumah Mama dan Papa. Mereka bilang, Ardhan sudah besar dan sudah saatnya punya adik." Dia tersenyum lembut, tapi aku tidak terpengaruh.

Aku langsung mendengus, emosi yang terkumpul selama ini seperti siap meledak. Ternyata, prediksiku tidak meleset, ada udang di balik bihun. "Maaf, Mas. Sampaikan permohonan maafku pada Mama dan Papa. Aku tidak bisa memenuhi permintaan mereka," kataku tegas sambil menyingkirkan tangannya dari pahaku.

Senyum di wajah Mas Arkan memudar, digantikan dengan ekspresi dingin seperti biasanya. Dia terdiam sejenak, seperti memikirkan sesuatu, lalu tiba-tiba wajahnya kembali cerah. "Jadi... kamu tidak ingin membuat adik untuk Ardhan?" tanyanya dengan nada yang tidak bisa kutebak.

Aku menggeleng dengan keras. Rasanya ingin sekali kutamp4r mulut kurang ajarnya itu, tapi masih kutahan-tahan. "Aku sudah cukup dengan satu Ardhan, Mas. Tolong jangan ditambah lagi." Satu Ardhan saja sudah cukup membuatku makan hati karena tidak bisa lepas darinya, apalagi jika harus ditambah lagi.

Mas Arkan menarik napas dalam-dalam, lalu meraih dan menggenggam tanganku dengan erat. "Kalau kamu tidak mau sekarang, tidak apa-apa, aku tidak akan memaksa. Tapi, pernikahan kita sudah 9 tahun, Tiara. 9 Tahun bukanlah waktu yang sebentar. Mungkin sebelumnya aku memang tidak pernah baik padamu, dan aku minta maaf untuk itu," katanya sembari menatapku dengan lekat.

Aku terdiam, terkejut dengan kata-katanya yang tiba-tiba berubah, karena sebelumnya dia tidak pernah seperti ini. Dalam hati, aku bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada Mas Arkan. Mengapa dia berubah begitu drastis dalam waktu singkat setelah sekian lama? Entah apa yang menjadi pemicunya. Atau mungkin kepalanya habis terbentur keras, sehingga bisa-bisanya dia meminta maaf dengan begitu enteng padaku.

Aku menarik tanganku dari genggaman Mas Arkan, mencoba melepaskan diri dari sentuhan yang tidak kuinginkan. "Aku tidak butuh permohonan maafmu, Mas," kataku dengan nada datar. "Aku hanya ingin tahu apa yang sebenarnya kamu inginkan. Tidak ada angin tidak ada hujan, kamu tiba-tiba berubah. Apakah ini tentang Ardhan atau mungkin ada sesuatu yang lain?"

Mas Arkan terdiam sejenak, seolah mempertimbangkan kata-katanya. "Aku hanya ingin memiliki keluarga yang lengkap, Tiara. Demi putra kita, aku ingin memperbaiki segalanya. Selama ini, aku merasa telah menyia-nyiakan waktu dengan tidak menerima pernikahan yang telah diatur oleh orang tua kita," katanya dengan nada yang lembut. "Kalau bisa, saat nanti kamu sudah siap, aku ingin tambah anak lagi, agar kita bisa memiliki keluarga yang semakin bahagia dan lengkap."

Aku tak bisa lagi menahan tawa bernada sinis keluar dari mulutku. "Keluarga bahagia? Tambah anak?" ulangku dengan nada yang sedikit menyindir. "Kamu tidak tahu apa itu keluarga bahagia, Mas. Kamu tidak tahu apa yang aku inginkan. Dan setelah semua yang kamu lakukan padaku, kamu dengan mudahnya berkata seperti itu? Cih, kamu pikir bisa meluluhkanku semudah itu?"

Mas Arkan menatapku dengan sorot mata sedih, tapi aku tak bisa merasakan apa-apa saat melihatnya, bahkan secuil pun empati. Aku sudah terlalu lelah dengan permainan sandiwara pernikahan yang selalu dia mainkan, yang mengharapkan aku untuk ikut serta dalam ilusi kebahagiaan yang tidak pernah ada.

"Aku ingin tahu, Sayang," katanya dengan suara yang lembut, membuat perutku seketika mual mendengarnya, ueek.... "Apa yang kamu inginkan? Apa yang bisa membuat kamu bahagia? Katakan saja, apa pun akan kulakukan untukmu?"

Aku mendesah kasar, terlalu muak dengan bujuk rayunya. Aku bangkit dari tempat tidur dan berdiri di lantai dengan posisi membelakanginya. "Mas, tolong jangan bicara omong kosong. Aku muak." Aku berjalan menjauh dari tempat tidur, meninggalkan Mas Arkan yang masih duduk dengan ekspresi sedih.

"Tiara, tunggu!" Mas Arkan berseru, suaranya terdengar lembut tapi tidak bisa menyembunyikan nada keinginannya. Aku tidak menoleh, terus berjalan menuju pintu kamar, tidak tahan berlama-lama berada di ruangan yang sama dengannya. Mas Arkan berlari mengejarku, tangannya meraih bahuku dan memutar tubuhku sehingga aku terhadang oleh dinding.

"Dengarkan aku," katanya dengan suara yang terdengar serius. "Aku tidak main-main. Aku bersungguh-sungguh ingin memperbaiki hubungan kita," katanya, tapi aku membuang muka tidak peduli.

"Aku tahu aku telah melakukan banyak kesalahan, Tiara. Tapi aku ingin mencoba memperbaikinya. Aku ingin kita bisa hidup bahagia bersama," ucapnya dengan nada sendu.

Aku tertawa sinis, tidak percaya dengan kata-katanya yang penuh dengan kepura-puraan. "Hidup bahagia bersama? Kamu pikir itu mungkin?" Aku merasa jijik dengan keegoisannya yang tidak mengenal batas. Setelah semua yang dia lakukan—memperlakukan aku seperti seseorang yang tidak berharga, seolah aku ini pabrik anak yang bisa dia datangi sesuka hati—dia masih berani mengucapkan kata-kata manis yang tidak berarti apa-apa bagiku. Aku bukan perempuan bodoh yang bisa dengan mudah dipermainkan oleh kata-kata manis.

"Maka dari itu, Tiara, aku ingin memperbaiki semua kesalahanku. Ayo kita mulai semuanya dari awal lagi. Kita masih belum terlambat untuk memperbaiki semuanya," ucapnya. "Dan mengenai keinginan dan harapanmu, aku tidak mungkin mengetahuinya jika kamu tidak pernah mengatakannya padaku."

"Kalau kamu ingin tahu, aku ingin bebas dari kamu, Mas," kataku dengan suara tegas, tanpa gentar sedikit pun. "Aku ingin bebas dari pernikahan ini." Kata-kata itu terucap dari bibirku seperti ledakan yang tak bisa ditahan lagi.

Mas Arkan terkejut, matanya melebar dengan shock seolah tidak percaya apa yang baru saja aku katakan. "Tiara, apa yang kamu katakan?" Suaranya bergetar, nada tidak percaya yang jelas terpancar dari wajahnya.

Kami berdua terdiam sejenak, hanya dipisahkan oleh jarak yang terasa seperti jurang dalam. Mas Arkan kemudian mengeratkan cengkeramannya pada kedua bahuku, matanya yang merah karena menahan tangis menatapku dengan lekat. "Tiara... aku sadar aku salah, dan aku benar-benar minta maaf untuk itu," katanya dengan suara yang terguncang, penuh penyesalan.

"Tolong beri aku kesempatan untuk menebus semua kesalahanku. Aku sadar selama ini aku sudah keterlaluan padamu, aku tidak punya banyak waktu untukmu, dan aku ingin menebus semuanya dimulai dari sekarang. Tolong beri aku kesempatan sekali saja, aku berjanji tidak akan melakukan kesalahan lagi."

Ucapannya sama sekali tidak membuat hatiku tergerak. Aku mendengus, membuang muka dengan jijik. Intuisiku berteriak bahwa ada sesuatu yang tidak beres, bahwa Mas Arkan tidak tulus dengan semua ini. Ada maksud tersembunyi di balik perubahannya yang tiba-tiba, dan aku tidak akan membuat diriku terjebak.

Mas Arkan menatapku dengan mata merah, wajahnya penuh permohonan. "Tiara... aku benar-benar memohon sama kamu, demi Ardhan, demi hubungan persahabatan kedua orang tua kita, tolong beri aku kesempatan, sekali saja. Jika kelak aku melanggar, terserah kamu jika kamu ingin meninggalkanku, aku tidak akan menahanmu lagi, aku berjanji," katanya dengan suara yang hampir putus asa. "Karena kalau kamu tega meninggalkanku, aku tidak tahu harus berbuat apa lagi dengan hidupku... dan mungkin... lebih baik jika aku mati saja." Ancaman halus yang disamarkan sebagai permohonan, atau mungkin benar-benar ungkapan keputusasaan? Aku tidak tahu, tapi yang jelas, aku selalu waspada, jangan-jangan ini cuma aksi manipulatif agar aku bisa luluh dan mau percaya kemudian menuruti skenario yang sudah dia rancang.

"Jangan pernah menjadikan kematianmu sebagai lelucon, Mas," kataku mengingatkan. "Lepaskan, biarkan aku keluar mencari udara segar." Aku mencoba melepaskan diri, tapi tiba-tiba saja pintu kamar terbuka dengan sendirinya dari luar, menampakkan sosok yang tidak asing.

"Tiara..." Suara itu terdengar lembut, tapi penuh dengan ketegangan. Aku menoleh ke arah pintu, dan mataku melebar ketika aku melihat siapa yang berdiri di sana.

1
Cikhy Cikitha
lanjuuut
Ita Yulfiana: siap kk
total 1 replies
wathy
aku kasi kopi deh biar tambah semangat 💪
Ita Yulfiana: Waaaah Kk baik banget😍😍 makasih banyak yah😘🥰🥰
total 1 replies
wathy
aku suka,, lanjut thor😍
Ita Yulfiana: Okey siaap😁😁
total 1 replies
Cikhy Cikitha
Next....
Ita Yulfiana: waiiit/Grin/
total 1 replies
Cikhy Cikitha
lanjuuut
Ita Yulfiana: Siaaap😄🙏
total 1 replies
Cikhy Cikitha
Semangat berkarya🤩🤩
Ita Yulfiana: Siap, makasih banyak😍😍
total 1 replies
wathy
aku beri kopi deh biar semangat update 💪
Ita Yulfiana: uwwaaah makasih banyak Kak😍😍🙏
total 1 replies
wathy
wahhh senja langsung nembak 😄
wathy
itu pasti senja
wathy: Aamiin.. sama2 😍
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!