NovelToon NovelToon
Pedang Terkutuk Pemulung Misterius

Pedang Terkutuk Pemulung Misterius

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Identitas Tersembunyi / Epik Petualangan / Roh Supernatural / Pusaka Ajaib / Balas Dendam
Popularitas:788
Nilai: 5
Nama Author: Black _Pen2024

"Takdirnya ditulis dengan darah dan kutukan, bahkan sebelum ia bernapas."

Ling Yuan, sang pewaris yang dibuang, dicap sebagai pembawa kehancuran bagi klannya sendiri. Ditinggalkan untuk mati di Pegunungan Sejuta Kabut, ia justru menemukan kekuatan dalam keterasingan—dibesarkan oleh kuno, roh pohon ajaib dan dibimbing oleh bayangan seorang jenderal legendaris.

Kini, ia kembali ke dunia yang telah menolaknya, berbekal dua artefak terlarang: Kitab Seribu Kutukan dan Pedang Kutukan. Kekuatan yang ia pegang bukanlah anugerah, melainkan hukuman. Setiap langkah menuju level dewa menuntutnya untuk mematahkan satu kutukan mematikan yang terikat pada jiwanya. Sepuluh tahun adalah batas waktunya.

Dalam penyamarannya sebagai pemulung rendahan, Ling Yuan harus mengurai jaring konspirasi yang merenggut keluarganya, menghadapi pengkhianat yang bersembunyi di balik senyum, dan menantang takdir palsu yang dirancang untuk menghancurkannya.

Akankah semua perjuangan Ling Yuan berhasil dan menjadi Dewa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 Sekolah Jalanan.

Fajar di Lembah Rongsokan bukanlah sinar keemasan, melainkan cahaya kuning kotor yang menyaring melalui lapisan tebal asap dan debu. Udara terasa berat, berminyak, dan bau busuk yang bertahan sejak malam. Ling Yuan terbangun, bukan karena alarm internal kultivasinya, tetapi karena suara bising mesin pengangkut sampah yang baru saja tiba, menandakan dimulainya jam sibuk.

Ia keluar dari liang tersembunyinya. Di sekelilingnya, puluhan pemulung lain mulai bergerak, seperti lintah yang bereaksi terhadap darah segar. Mereka adalah komunitas yang terisolasi, diatur oleh hukum yang lebih kejam daripada hukum Kekaisaran: hukum kebutuhan. Ling Yuan harus mempelajari peraturan tidak tertulis ini jika ia ingin bertahan cukup lama untuk mendapatkan pedangnya.

“Lihat mereka, Nak,” suara Jendral Mao terdengar datar. “Sama seperti bangsawan di atas sana, hanya saja medali kehormatan mereka adalah karung goni yang paling penuh. Kekuatan adalah mata uangnya.”

Ling Yuan mengangguk dalam hati. Ia mengamati. Para pemulung terbagi. Ada ‘Tikus Cepat’ yang berani masuk ke tempat-tempat berbahaya untuk mendapatkan barang kecil. Ada ‘Beruang’ yang mengandalkan otot untuk mengklaim tumpukan besar. Dan di paling atas, ada 'Geng Besi', yang bukan hanya mengambil, tetapi juga memungut upeti dari yang lain.

Hari itu adalah hari pertama sekolah jalanan bagi Ling Yuan. Ia berjalan perlahan, mempertahankan gaya bungkuk dan mata nanar yang telah ia latih. Ia mencari barang-barang yang tidak diminati: pecahan keramik yang terbuang, kabel tembaga yang sulit diuraikan, dan sisa makanan yang hampir membusuk—hal-hal yang tidak akan memicu pertengkaran.

Ling Yuan melihat sepotong besi yang masih kuat, dibuang karena bengkok di ujungnya. Itu bisa dijual di pasar gelap untuk mendapatkan makanan selama dua hari. Saat ia hendak meraihnya, bayangan besar jatuh di atasnya.

“Kau baru, ya?” Suara itu kasar, bergetar karena lemak dan rokok murah. Di hadapannya berdiri seorang pria besar dengan wajah penuh luka sayatan dan gigi yang menghitam, mengenakan baju zirah kulit yang terlalu besar. Pemulung lain memanggilnya Cacing.

Cacing menginjak besi yang diincar Ling Yuan. KRAK! Besi itu melengkung lebih parah. “Di sini, Tikus, kami punya peraturan. Barang-barang bagus milik yang kuat. Kau hanya bisa mengambil remah-remah.”

Ling Yuan mengangkat tangannya, menunjuk ke mulutnya, lalu ke karung goni—mengisyaratkan bahwa ia bisu dan hanya mencari makan. Secara internal, jiwanya meradang. Kekuatan Demigodnya berteriak ingin meledak, menghancurkan Cacing menjadi debu atom. Tetapi ia ingat sumpah dan segelnya. Ini adalah ujian kerendahan hati.

“Ini adalah penempaan jiwamu, Ling Yuan,” bisik Mao. “Kemarahan adalah kemewahan yang tidak mampu kau beli. Jika kau menyerang, kau mengungkap dirimu. Jika kau tunduk, kau mendapatkan pengetahuan.”

Cacing menyeringai, menganggap kepatuhan Ling Yuan sebagai kemenangan. Ia melayangkan pukulan cepat ke bahu Ling Yuan, tidak cukup keras untuk melukai kultivator, tetapi cukup untuk menunjukkan dominasi. Ling Yuan membiarkan dirinya terhuyung mundur. Ia harus menunjukkan kelemahan yang sempurna.

Saat Cacing sibuk tertawa dan memamerkan kekuatannya kepada dua temannya yang berada di dekatnya, Ling Yuan melihat pergeseran kecil. Tepat di belakang kaki Cacing, ada karung kecil yang terbuat dari bahan Kekaisaran yang mahal. Itu bukan sampah, melainkan hasil curian yang disimpan Cacing. Ling Yuan telah belajar dari Mao bahwa mata-mata sejati selalu melihat apa yang disembunyikan.

Dengan gerakan cepat yang hanya sedikit lebih cepat dari kecepatan fana, Ling Yuan membungkuk untuk mengambil sepotong kaca pecah di tanah, tetapi saat ia membungkuk, ujung jarinya menyenggol karung Cacing. KLING! Suara dentingan kecil dari koin perak di dalamnya cukup untuk menarik perhatian Cacing.

“Hei! Apa yang kau sentuh?” teriak Cacing, langsung panik dan menendang Ling Yuan menjauh. Ia lupa tentang besi bengkok itu, fokus pada harta karunnya yang dicuri.

Saat Cacing memeriksa karungnya dengan histeris, Ling Yuan telah berhasil mengambil besi bengkok itu dan, yang lebih penting, mempelajari kelemahan Cacing: ia mudah terdistraksi oleh harta dan takut kehilangan apa yang sudah ia miliki.

Ling Yuan pergi, langkahnya masih pincang. Ia telah lulus ujian pertama: bertahan hidup tanpa menggunakan kekuatan, hanya kecerdasan. Ia telah mendapatkan barang dagangan pertamanya dan informasi vital tentang mentalitas penguasa Lembah Rongsokan.

Selama sisa hari itu, Ling Yuan bergerak seperti bayangan. Ia mendengarkan. Ia menyadari bahwa Lembah Rongsokan bukan hanya tempat sampah, tetapi juga pusat saraf informasi Kota Kekaisaran. Para bangsawan yang takut skandal membuang surat-surat yang terbakar sebagian. Para mata-mata yang ingin berkomunikasi meninggalkan tanda tersembunyi pada rongsokan tertentu.

Ling Yuan mulai memetakan sistem sosialnya: Geng Besi mengontrol wilayah, tetapi ‘Ratu Info’ di kedai alkohol tua (yang menjual informasi, bukan minuman keras) mengendalikan kebenaran. Untuk menembus dinding Kekaisaran, Ling Yuan harus terlebih dahulu menguasai pasar gelap ini.

Ia menyadari bahwa gudang tua yang memancarkan aura Pedang Kutukan berada tepat di belakang wilayah yang dijaga ketat oleh Geng Besi—mereka menganggapnya sebagai wilayah ‘mati’ yang tidak berharga, tetapi melarang pemulung lain mendekat.

“Kau harus melewati Geng Besi, atau membuat mereka percaya bahwa gudang itu tidak layak untuk dijaga,” ujar Mao, suaranya mengandung rasa bangga yang tersembunyi. “Gunakan kecerdasan fana. Gunakan Kitab Kutukan sebagai panduan strategi, bukan hanya senjata.”

Ling Yuan menghabiskan malam itu dengan mempelajari peta mental yang ia kumpulkan. Ia harus menciptakan kekacauan kecil yang akan mengalihkan perhatian Geng Besi, memungkinkan ia menyelinap ke gudang tua yang terlarang itu.

Saat ia duduk di bawah reruntuhan, menatap ke utara Lembah Rongsokan, ia merasakan getaran Pedang Kutukan itu lagi. Kali ini, getarannya lebih kuat, lebih mendesak. Rasanya seperti logam yang memanggil darahnya. Pedang itu tahu ia semakin dekat.

Ling Yuan tahu ia tidak bisa menunggu lama. Jika ia ingin mencapai Pedang Kutukan, ia harus menghadapi para preman di sekitarnya. Sekolah jalanan telah memberinya pelajaran tentang bertahan hidup. Sekarang, saatnya menerapkan pelajaran itu dalam aksi.

Ia memejamkan mata, memfokuskan energi tersegelnya pada satu titik. Ia akan menggunakan informasi yang ia dapatkan untuk memanipulasi hirarki Lembah Rongsokan. Ia akan menjadi lebih dari sekadar pemulung bisu. Ia akan menjadi bayangan yang mengganggu ketenangan Lembah Rongsokan, yang membuka jalan menuju warisan terkutuknya.

Ling Yuan mengencangkan tinjunya, merasakan sisa-sisa kemarahan Cacing yang menempel di kulitnya. “Kita akan bergerak besok malam, Guru Mao,” janji Ling Yuan dalam hati. “Aku akan mengambil kembali apa yang menjadi milikku, dan tidak ada Tikus Cepat atau Geng Besi yang bisa menghalanginya.” Pikirannya sudah mulai merancang rencana untuk mengacaukan jalur distribusi Geng Besi, membuka celah untuknya menyusup ke utara....

1
Nanik S
Cukup menarik diawal
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: Terima kasih sudah mampir kakak. semoga suka. ikuti kisah author yang lain juga. thx all. lope lope sejagat😍🙏👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!