NovelToon NovelToon
Celine Juga Ingin Bahagia

Celine Juga Ingin Bahagia

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Trauma masa lalu
Popularitas:775
Nilai: 5
Nama Author: *𝕱𝖚𝖒𝖎𝖐𝖔 𝕾𝖔𝖗𝖆*

Celine si anak yang tampak selalu ceria dan selalu tersenyum pada orang-orang di sekelilingnya, siapa sangka akan menyimpan banyak luka?
apakah dia akan dicintai selayaknya dia mencintai orang lain? atau dia hanya terus sendirian di sana?
selalu di salahkan atas kematian ibunya oleh ayahnya sendiri, membuat hatinya perlahan berubah dan tak bisa menatap orang sekitarnya dengan sama lagi.
ikuti cerita nya yuk, supaya tahu kelanjutan ceritanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon *𝕱𝖚𝖒𝖎𝖐𝖔 𝕾𝖔𝖗𝖆*, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sedih dan senang yang bersamaan

Di sela-sela tangisannya malam itu, terdengar ketukan pintu yang membuatnya terkejut.

tuk tuk tuk

Celine pun mengusap air matanya, ingin mencoba terlihat baik-baik saja meskipun nyatanya tidak.

"Iya, tunggu sebentar" Celine berjalan ke arah pintu dan membukanya perlahan

Di depan pintu sudah berdiri bibi Erina dengan senyuman yang hangat. "Makan malam sudah siap, ayo turun dan makan, nona" ajaknya pada Celine.

Celine melirik ke arah ponselnya dan akhirnya mengangguk pelan, mengikuti langkah bibi Erina dari belakang.

Rumah itu sangat besar untuk satu keluarga, dan semenjak Isabella tiada kamar Celine di pindahkan ke lantai dua di sudut paling belakang dan sangat jauh dari pintu depan.

Mereka melangkah perlahan di lorong, tapi langkah bibi Erina benar-benar melambat sampai akhirnya dia berhenti yang diikuti oleh Celine.

"Kenapa bibi berhenti?" tanya nya dengan wajah polos.

Erina berbalik, menatap mata Celine yang masih ada sisa air di sana. Erina pun berjongkok di depan Celine agar sejajar dengan tingginya. "Nona Celine... Menangis ya?" tanya nya dengan suara lembut dan hangat persis seperti ibunya Celine.

Celine menggelengkan kepalanya pelan "Tidak, Celine tidak menangis" gumamnya sambil terus menatap mata Erina.

Erina menghela nafas, sedikit rasa bersalah sekaligus kesedihan tampak di wajahnya sebelum memeluk Celine dengan lembut. "Nona tidak perlu berbohong, katakan saja dengan jujur karena bibi sudah tahu" ucapnya.

Celine yang bingung ingin mengatakan apa, akhirnya jujur padanya. "I-itu... Bibi benar, aku baru menangis" ucapnya dengan pelan

Erina menatap nya sekali lagi. "Kenapa? Coba beritahu bibi"

"Itu karena... Aku..." dia tampak enggan berbicara.

"Katakan saja, bibi tidak akan marah jika itu sebuah kesalahan" bujuknya pada Celine.

"Sebenarnya... Di ponsel yang bibi berikan ada banyak foto keluarga Celine. Ada papa, mama, kak Felix dan kak Michael."

Tenggorokan nya tercekat, dia tak bisa mengatakan kalimat selanjutnya dan hanya menatap kebawah dengan perasaan berat dan mencoba menahan air matanya untuk jatuh.

Perkataan Celine yang seperti itu sudah cukup untuk memberitahukan kepada Erina tentang perasaan gadis kecil itu.

Perasaan sedih dan kecewa, jelas terlihat di wajah mungil nya. "Kalau begitu..." Erina tak tahu harus mengatakan apa, lidahnya pun keluh untuk mengeluarkan satu kalimat.

"Ya sudah, jangan bersedih lagi, oke. Kita turun dan makan sekarang, lalu akan bibi temani Celine mengerjakan tugas sekolah, bagaimana?" dengan nada yang dibuat terdengar ceria untuk menghibur Celine.

"Baik, bibi" dia pun menggandeng tangan Erina dan mereka cepat-cepat turun kebawah menuju meja makan.

Suara langkah kaki terdengar saat mereka menuruni anak tangga. menuju dapur dan akhirnya sampai di meja makan.

Damian, Valora, Anastasya dan Michael sudah menyantap makanan duluan tanpa menunggu Celine turun.

Celine tak mengatakan apapun karena dia sudah terbiasa dengan hal seperti itu. Namun kali ini dia memandangi wajah papanya yang sedang menyantap makanan nya.

Selagi bibi Erina menyiapkan makanan di piringnya dia menatapi Damian dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan. Damian menyadari tatapan yang mengarah padanya itu dan kembali menatap Celine.

Beberapa saat mereka bertatapan, Celine dengan mata yang tidak bisa dijelaskan sementara Damian dengan tatapan keheranan.

Beberapa saat mata mereka terpaut, tapi setelah nya Celine berhenti memandangi nya dan melihat makanan yang sudah tersaji di depannya.

Celine pun menyantap makanan nya bersama dengan Erina di sampingnya, karena dia tidak ingin makan sendirian tanpa ada Erina di sana.

Tapi, tak seperti biasanya. Damian yang biasa mengabaikan keberadaan Celine, kali ini malah merasa terganggu dengan tatapan nya.

Bukan terganggu karena merasa risih, tapi... perasaan yang lain, yang membuat dia bertanya-tanya mengapa Celine menatapnya seperti itu.

"Bi, aku sudah selesai makan" ucapnya pelan sambil menatap Erina yang masih makan.

Erina sedikit terkejut mendengar itu, karena tidak seperti biasanya dia akan menghabiskan makanan tanpa sisa. Tapi, kali ini dia bahkan tak memakan setengahnya.

"Sudah? Kenapa?" tanya Erina dengan kebingungan

"Aku sudah kenyang" katanya sambil turun dari kursi dan meninggalkan meja makan.

Michael yang biasanya tampak acuh tak acuh kali ini merasa terusik. Dia melirik Celine yang sudah berjalan menjauh dari mereka. Ikut bertanya-tanya dalam hati, mengapa dengan dirinya. "padahal kan ini makanan kesukaan nya" ucap Michael dalam hatinya.

Sementara itu, bibi Erina ikut menyelesaikan makannya dan menyusul Celine yang sudah naik ke atas menuju kamarnya.

Mereka melanjutkan makannya, tapi tetap merasa terganggu dengan sikap Celine yang tiba-tiba seperti itu.

...****...

"Kenapa? coba katakan pada bibi" Erina duduk di tepi tempat tidur sementara Celine sudah menutupi dirinya dengan selimut.

"Tidak apa-apa bi, hanya aku ingin tidur cepat hari ini" gumamnya dengan nada yang terdengar malas.

Erina menghela nafas panjang "Karena kak Felix sudah pergi?" tanya nya dengan hati-hati

"Hm...aku pikir ya" tiba-tiba pesan teks masuk ke ponsel Celine yang ada diatas meja di samping tempat tidur.

"Bibi cek?" tanya Erina dan Celine mengeluarkan kepalanya dari dalam selimut

"Siapa itu?"

"Bibi juga tidak tahu" tangannya mengambil ponsel yang tergeletak

"Dari paman" Erina menunjukkan layar dengan nama Ricardo di sana.

"Apakah Celine harus balas pesan paman?" dia tampak malas untuk bergerak

"Tentu saja, itu tandanya paman peduli pada Celine dan mengirim pesan teks"

"Baiklah, Celine balas" dia pun mengambil ponsel dari tangan Erina dan membalas pesannya.

"Paman Ricardo bertanya apa?" tanya Erina sedikit penasaran.

"Hanya tanya Celine sudah makan atau belum" suara teks masuk kembali terdengar. dan kali ini, tampak Celine yang tersenyum membaca pesannya.

"Ada apa, nona?" tanya Erina lagi dengan penasaran yang sama

"Besok paman ajak aku jalan-jalan, bi!" serunya dengan riang.

Erina pun tersenyum bahagia mendengarnya. "Benarkah? Nona diajak kemana dengan paman Ricardo?"

"Katanya mau ajak Celine pergi ke pantai"

"Kalau begitu, bibi akan siapkan barang-barang nona, jadi nanti ketika pulang sekolah nona langsung bisa pergi dengan paman" usulnya pada Celine

Celine pun mengangguk mengiyakan perkataan bibinya itu "Kalau begitu celine mau tidur cepat, tidak sabar buat besok!" serunya masih dengan antusias yang sama.

"Baiklah, bibi tinggal ya, selamat malam nona" dia memberikan kecupan di kening Celine sebelum akhirnya meninggalkan kamar Celine dan membiarkan nya istirahat.

1
Musri
baru awal aja dh suka,mudah2n alur ceritanya bagus GK berbelat Belit...semangat Thur💪🫰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!