NovelToon NovelToon
Aku Kekasih Halalmu

Aku Kekasih Halalmu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dosen / Nikahmuda / CEO / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: RahmaYusra

Hana Hafizah menjadi perempuan paling tidak beruntung ketika ayah dan ibu memintanya untuk menikah, tetapi bukan dengan lelaki pilihannya. Ia menolak dengan tegas perjodohan itu. Namun, karena rasa sayang yang dimilikinya pada sang ayah, membuatnya menerima perjodohan ini.

•••

Gadibran Areksa Pratama. Dosen muda berumur 27 tahun yang sudah matang menikah, tetapi tidak memiliki kekasih. Hingga kedua orang tuanya berkeinginan menjodohkannya dengan anak temannya. Dan dengan alasan tidak ingin mengecewakan orang yang ia sayangi, mau tidak mau ia menerima perjodohan ini.

•••

“Saya tahu, kamu masih tidak bisa menerima pernikahan ini. Tapi saya berharap kamu bisa dengan perlahan menerima status baru kamu mulai detik ini.”

“Kamu boleh dekat dengan siapapun, asalkan kamu tahu batasanmu.”

“Saya akan memberi kamu waktu untuk menyelesaikan hubungan kamu dengan kekasih kamu itu. Setelahnya, hanya saya kekasih kamu. Kekasih halalmu.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RahmaYusra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku Kekasih Halalmu – Kata Bunda

Sudah sepekan berlalu sejak Dibran bekerja sebagai seorang Dosen Fakultas Teknik di Universitas Mandala, dan dirinya sudah sangat sibuk sekarang.

Pada pagi hingga kira-kira siang hari, mengajar dikelas akan ia lakukan. Kemudian jika tidak ada lagi jam masuk kelas, Dibran akan ke perusahaan untuk membantu Damian. Hal ini juga dilakukan untuk melatihnya dalam mengolah perusahaan nantinya, jika posisi pemilik perusahaan benar-benar jatuh ditangannya.

Malam ini, ketika waktunya lumayan lapang, Dibran menghabiskannya dikamar sambil memeriksa tugas-tugas dari mahasiswa. Kedatangannya dikampus seminggu yang lalu sangat membuat mahasiswi-mahasiswi di Mandala terpekik. Pasalnya, Dibran menjadi salah satu Dosen muda, tampan, apalagi belum menikah di Fakultas Teknik. Pandangan yang sangat indah untuk selalu diingat dan dilihat.

Ditemani segelas kopi, Dibran dengan fokus melakukan pekerjaannya. Matanya tidak lepas dari lembaran kertas dan laptop. Laki-laki berwajah tampan itu terlalu fokus hingga tidak menyadari jika jam yang sedang berputar dikamarnya itu sudah menunjukkan pukul 22.30 WIB.

Saat sudah terasa lelah dan lehernya sangat kaku karena terlalu lama menunduk, Dibran akhirnya memberhentikan pekerjaannya. Laki-laki itu memijit lehernya pelan karena sangat sakit, kemudian ia mendongak.

Dibran meletakkan laptop yang dari tadi ia pangku keatas tempat tidur. Sedari tadi ia memang duduk dikasur dengan berselonjoran sambil nyender dikepala tempat tidur. Sebelum beranjak dari tempat tidur, Dibran kembali merenggangkan otot-ototnya yang kaku karena terlalu lama duduk.

Bunyi kretek yang terdengar dari badannya sendiri membuat Dibran menghela napas pelan. Setelah merasa sedikit lega, barulah ia bangkit lalu berjalan keluar kamar.

Dibran menuruni tangga hendak ke dapur untuk mengambil air dingin. Derap langkahnya sangat terdengar jelas karena memang hari sudah malam dan rumah yang hanya diisi oleh tiga orang saja, seorang satpam yang berjaga didepan, lalu ART yang tidak ikut tinggal bersama mereka. Saat sedang minum, Dibran dapat mendengar suara televisi dengan jelas, ia mengerutkan keningnya. Apalagi lampu yang masih menyala juga menyedot perhatiannya.

“Ayah sama Bunda belum tidur?” gumamnya bingung.

Kemudian kakinya ia langkahkan menuju ruang keluarga, dan benar saja. Ia melihat jika orang tuanya masih menonton menikmati waktu berdua. Sejenak ia memperhatikan kedua orang tuanya yang masih sangat harmonis walaupun usia mereka sudah lebih dari setengah abad.

Dibran tersenyum melihat itu. Ia masih setia memperhatikan dua orang yang disayangnya itu dari belakang. Mama dan papanya memang sangat harmonis, mereka melakukan segala sesuatunya bersama. Jarang sekali Dibran menemukan orang tuanya itu bertengkar. Jika pun bertengkar, itu pasti ulah ayahnya yang sangat sering menjahili sang bunda.

Mengingat hal itu, membuat Dibran tertawa ringan karenanya. Hal ini membuatnya berkeinginan untuk segera berkeluarga dan memiliki kehidupan rumah tangga yang harmonis.

Mengenyahkan pemikiran menikah itu, Dibran menggelengkan kepalanya. Calon aja belum punya, gimana mau bangun rumah tangga yang harmonis? batin Dibran yang membuatnya tertawa sendiri.

Kemudian melangkahkan kakinya mendekati orang tuanya. “Yah, Bun. Aku pikir kalian udah tidur. Taunya malah pacaran disini,” kata Dibran sambil duduk dikursi sebelah orang tuanya.

Sovia dan Damian segera menoleh, kemudian mereka tertawa. “Kenapa? Kamu iri? Makanya, ayo dong tambah anggota keluarga biar nggak iri. Plus kamu punya seseorang yang bisa diajak pacaran,” ucap Sovia membuat Dibran menghela napas pelan.

“Mending nggak aku sapa, deh, kalau ujungnya disuruh nikah,” ucap Dibran yang terlihat malas membahas ini.

Sovia mengernyit. “Bunda nggak nyuruh kamu nikah, Dibran. Cuma bilang nambah anggota keluarga.”

“Sama aja, Bundaa.”

“Terus apa masalahnya? Lagian nggak salah, dong, Bunda minta kamu nambah anggota keluarga? Memangnya Bunda mau minta sama siapa lagi? Kan, anak Bunda cuma kamu,” jelas Sovia.

Dibran menoleh pada Damian. “Ayah ada, Bun.”

Dengan penuh semangat dan senyum yang lebar Damian menatap sang istri. Tetapi ...

“APA?! MAU?! SANA!!” garang Sovia, yang langsung membuat nyali Damian menciut.

“Nggak, Bun,” jawab Damian pelan, sedangkan Dibran yang melihat ayahnya seperti itu tertawa.

“Nggak usah ketawa kamu! Sembarangan aja kalau ngomong!” giliran Damian yang tertawa pelan melihat anaknya yang langsung diam sambil mengatupkan bibirnya.

Huh! Sovia lalu mengambil minumannya yang ada di atas meja dan meminumnya setengah.

“Oke, gini. Bunda yang akan cari calon istri buat kamu,” ucap Sovia membuat Dibran melotot.

“Bun!”

“Bunda nggak akan maksa, yang penting kalian bertemu dulu. Kalau kalian suka, berarti harus berlanjut. Tapi kalau nggak, kamu bisa mencari calon kamu sendiri.”

***

Dimalam yang sama, Hana tengah melakukan video call dengan Galang ditemani beberapa cemilan diatas meja. Tidak hanya itu, sebuah laptop dengan logo apel digigit dan beberapa buku tebal juga meramaikan meja 60x120 cm itu. Tangannya pun sesekali mengetik disana disertai mencomot cemilan yang ada.

Mereka tidak banyak bicara, karena Galang tidak ingin mengganggu pacarnya yang sedang membuat proposal. Ia hanya ingin menemani Hana sambil memetik gitar dan menghasilkan nada, dan tidak lama Hana meminta Galang untuk menyanyikan sebuah lagu. Galang menawarkan lagu apa yang diinginkan Hana, tetapi Hana hanya menjawab, “Terserah.”

Laki-laki manis sebelah sana hanya bisa menghela napas ketika mendengar jawaban dari makhluk yang berjenis perempuan itu, dan Hana yang melihatnya hanya tertawa saja.

Setelah memikirkan lagu apa yang akan ia nyanyikan, laki-laki yang sedang memangku gitar itu mulai memainkan permainannya. Intro yang dimulai Galang mulai masuk ke telinga Hana yang langsung membuat perempuan itu tersenyum. Bagaimana tidak, pacarnya itu akan menyanyikan lagu favoritnya!

Hana menghentikan ketikan tangannya dikeyboard laptop dan fokus menatap Galang yang sedang bernyanyi. Virgoun - Orang Yang Sama, adalah lagu yang sedang di nyanyikan Galang.

Sebuah lagu yang menyiratkan sebuah cinta yang tulus dari seorang kekasih pada pujaan hatinya. Tidak peduli bagaimana orang memandang, yang jelas dia adalah hal terindah yang dimiliki. Hingga membuat kita jatuh berkali-kali pada orang yang sama.

Tok tok tok

Hana langsung menoleh dan Galang menghentikan permainan gitarnya. “Kenapa?” tanya Galang yang di sana.

Hana kembali menatap Galang dan menggeleng. “Bentar ya,” katanya. Lalu ke arah pintu tanpa mematikan panggilan. Galang pun mengangguk.

Hana membuka pintu kamarnya. “Kenapa, Ma?” tanya Hana.

Lidia menoleh sebentar kedalam kamar Hana, dan melihat jika ponselnya anaknya itu tengah hidup. Cukup lama mama melihat ponsel itu lalu kembali menatap Hana dan tersenyum khas seorang ibu. “Papa mau bicara. Turun dulu, yuk.”

Kening Hana nampak mengkerut. “Memangnya ada apa, Ma?”

Lidia menggeleng. “Papa sama Mama tunggu dibawah, ya” kata Mama, kemudian berlalu.

Hana yang semakin nampak bingung menurut saja, tetapi kembali ke kamar ketika ia sadar kalau Galang masih menunggunya. Setelah mengatakan pada Galang jika ia harus menyelesaikan panggilan karena papanya ingin bicara, Hana segera keluar kamar.

Hari sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tumben sekali papanya itu Belum tidur? Malah menyuruhnya ke ruang tamu. Apakah ia melakukan kesalahan? Tetapi, jika diingat-ingat rasanya ia tidak melakukan kesalahan apapun.

“Kenapa, Pa? Tumben Papa belum tidur,” kata Hana ketika baru saja duduk. Ia duduk dihadapan mama dan papanya, sambil memangku bantal.

Evan tersenyum dan menggeleng. “Papa ganggu kamu?”

“Nggak. Hana cuma heran aja, Papa belum tidur jam segini,” kata Hana. “Jadi, kenapa? Papa mau ngomong sesuatu?” tanya Hana bertubi-tubi karena terlalu penasaran.

Evan menegakkan tubuhnya yang sebelumnya bersandar. “Malam minggu besok, Hana ada keluar? Atau ada acara?”

Hana terlihat berpikir. Mengingat-ingat apakah ia ada janji atau tidak dimalam minggu itu. Setelah dirasanya tidak ada, Hana menggeleng. “Nggak ada kayaknya, Pa. Kenapa? Papa sama Mama mau ngajak Hana keluar?” Evan tersenyum dan mengangguk.

Sejenak Hana tertawa kecil. “Ya ampun, Papaa. Mau bilang itu aja, udah kayak mau sidang. Lagian, kan, bisa besok Papa kasih tau Hana. Nggak harus malam ini.”

“Jadi Hana, mau?” tanya papa.

“Mau banget, Pa. Kenapa Papa mikirnya Hana nggak mau?” Hana kembali tertawa pelan. Evan tersenyum tipis, dan menatap istrinya ketika sentuhan sang istri mengalihkan pandangannya. Lidia memberikan senyum hangatnya.

“Ya udah. Kalau gitu Hana balik ke kamar lagi ya. Hana mau ngerjain proposal. Nanggung.” Setelah mendapatkan anggukan dari mama dan papa-nya, Hana kembali ke atas menuju kamarnya. Kemudian melanjutkan tugas yang sempat tertunda.

Sebelum itu, Hana juga melihat ponsel dan bertukar pesan dengan Galang kalau laki-laki itu akan segera tidur. Tanpa ada rasa curiga, Perempuan itu mengiyakan saja dan menyimpan ponselnya dimeja. Kemudian kembali mengerjakan tugas kuliah yang tertunda tadi.

***

1
minato
Nggak sabar buat lanjut ceritanya!
Linechoco
Ngangenin banget ceritanya.
Aerilyn Bambulu
Alur ceritanya keren banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!