NovelToon NovelToon
Dimanja Sahabat Sendiri

Dimanja Sahabat Sendiri

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu / Dokter / Office Romance
Popularitas:9k
Nilai: 5
Nama Author: Mila julia

Aruna adalah seorang perawat di poli psikiater yang bekerja bersama sahabat lamanya, Dirga — seorang dokter psikiater . Persahabatan mereka yang telah terjalin sejak SMA berlanjut hingga dewasa, bahkan keluarga mereka pun saling mengenal dekat. Namun kehidupan Aruna berubah ketika ia mulai menerima teror misterius dari seseorang yang terus mengintainya. Ketakutan membuatnya mencari perlindungan pada Dirga tanpa berani menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Di tengah tekanan batin itu, keduanya juga menghadapi desakan orang tua masing-masing untuk segera menikah.

Dalam kebingungan dan rasa terdesak, Aruna dan Dirga akhirnya sepakat menikah. Bagi Dirga, pernikahan itu hanyalah cara memenuhi keinginan keluarga. Namun bagi Aruna, keputusan itu menyimpan alasan tersembunyi . Seiring waktu, Dirga mulai melihat sisi lain dari Aruna: trauma, luka, dan rahasia masa lalu yang membuatnya hancur dalam diam.
Akan kah Cinta akan menyatukan mereka atau mungkin akan memisahkan keduanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mila julia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10.Kejadian di Luar Dugaan

“Ada kok, Ma,” sahut Dirga tiba-tiba, suaranya mantap. Ia merogoh kerah kausnya, lalu mengeluarkan sebuah kalung perak tipis yang menggantung di lehernya. Di sana, cincin kawin mereka berayun jelas di depan mata.

“Ini, lihat.”

Aruna spontan terbelalak. Dahinya berkerut, bibirnya terbuka sedikit tanpa suara. "Sejak kapan dia nyiapin beginian?" batinnya masih penuh tanda tanya.

Dirga melanjutkan dengan wajah penuh percaya diri. “Kami baru aja ganti cincin kawin jadi kalung, Ma. Soalnya aturan rumah sakit kan nggak boleh pake cincin di jari. Jadi biar aman.”

Belum cukup sampai di situ, ia kembali merogoh saku celananya mengeluarkan satu kalung lagi dari saku . “Ini punya Aruna. Masih aku simpan. Iya kan, Run?”

Aruna makin syok, matanya membesar. Namun sebelum sempat protes, Dirga sudah dengan santai memakaikan kalung itu ke lehernya. Jemarinya menyinggung kulit Aruna, membuat gadis itu kaku seketika.

“Gimana, bagus kan, Sayang?” tanya Dirga dengan senyum dipaksakan, tapi matanya melirik nakal ke arah Aruna.

Aruna masih terdiam, wajahnya kaku. Tapi cepat-cepat ia sadar, lalu mengangguk pelan. “I… iya, bagus.” Suaranya serak, senyumnya tipis dan kaku.

“Untung Mama ingetin,” lanjut Dirga cepat, seakan menutup celah pertanyaan lebih jauh.

Mama Lidya dan Bunda Laras kompak tertawa riuh, bahu mereka saling ditepuk.

“Ya ampun! Kirain kalian nyembunyiin pernikahan kalian” ucap Mama Lidya sambil geleng-geleng, wajahnya lega bercampur usil.

“Oooh, jadi gitu toh alasannya,” timpal Bunda Laras ikut tertawa.”Bunda juga ngira kalian sembunyiin pernikahan kalian dari orang -orang."

Aruna dan Dirga ikut tertawa kecil, meski tawa mereka lebih mirip tawa tertekan.

“Ya nggak mungkin lah, Ma.Semua orang tau kok kami berdua sudah menikah. ” ujar Dirga cepat-cepat. Ia melirik Aruna sekilas. “Ya kan, Sayang?”

Aruna menoleh dengan senyum kaku, hanya mengangguk. Pipinya terasa panas, sementara hatinya masih penuh tanda tanya atas trik mendadak yang Dirga lakukan.

"Untung aja Dirga gercep", batinnya sambil menghela napas panjang, diam-diam mengelus dadanya yang masih berdebar.

_____

Malam itu meja makan jadi lebih riuh dari biasanya. Aroma sup iga mengepul hangat, ayam goreng yang kriuk masih beruap, ditambah sambal buatan Mama Lidya .

Aruna sibuk menuang sup ke mangkuk, mencoba menyibukkan diri biar nggak terlalu canggung. Dirga duduk santai di sebelahnya, pura-pura kalem padahal kakinya gemetar menahan ketegangan.

“Runa, coba dong suapin Dirga,” celetuk Mama Lidya tiba-tiba.

Aruna langsung tersedak napas, sendok di tangannya hampir jatuh. “Hah? Suapin, Ma?”

“Iyaaa, biar keliatan makin romantis. Masa pengantin baru nggak saling suap?” Mama Lidya nyengir penuh arti.

Bunda Laras ikut menepuk tangan, semangat banget. “Bener tuh! Ayo, Run, kasih makan suamimu. Mama mau liat!”

Aruna menoleh ke Dirga dengan wajah kaku. Sementara Dirga menahan senyum nakalnya, matanya seakan berkata “ayo dong, biar mereka percaya.”

Dengan pasrah, Aruna menyendok nasi dan ayam goreng, lalu mendekatkan ke mulut Dirga.

Dirga pura-pura membuka mulut lebar, “Aaaa…” katanya seperti anak kecil.

Aruna buru-buru menyumpalkan sendok itu ke mulutnya, wajahnya panas.

“Hmm… enak banget. Suapan istri tercinta memang juara,” kata Dirga setelah mengunyah, sengaja dibuat manis.

Aruna melotot pelan, hampir mau menyikutnya di bawah meja. Tapi dua mama keburu bersorak kegirangan.

“Waaaah, mesra sekali! Cocok banget!” seru Bunda Laras.

Belum cukup sampai di situ, Mama Lidya mencondongkan tubuh dengan ekspresi usil.

“Sekali lagi, tapi sekarang gantian. Dirga suapin Aruna.”

Aruna langsung menggeleng. “Nggak usah, Ma. Aku bisa makan sendiri kok.”

“Tapi Mama mau liat. Ayo, Ga, kasih contoh suami perhatian,” desak Mama Lidya sambil nyengir.

Dirga mengangkat alis, lalu dengan santai mengambil potongan ayam, meniup sebentar, dan menyodorkannya ke bibir Aruna.

Aruna spontan mundur, tapi dua mama itu sudah bersorak lagi.

“Cepet, Run! Jangan bikin malu suami sendiri,” kata Bunda Laras sambil terkekeh.

Dengan wajah merah padam, Aruna akhirnya membuka mulut sedikit. Dirga memasukkan potongan ayam itu dengan sengaja menyentuh bibirnya.

“Enak, kan?” ucap Dirga manis banget, matanya menatap dalam ke arah Aruna.

Aruna hampir keselek, buru-buru menelan cepat sambil menunduk.

“Lihat tuh! Kalau gini mah nggak lama lagi ada cucu!” celetuk Bunda Laras penuh semangat.

Aruna langsung terbatuk, wajahnya makin merah. Dirga menepuk punggungnya sambil pura-pura serius.

“Pelan-pelan, Sayang. Nanti Mama salah sangka kalau kamu buru-buru banget,” bisiknya lirih di telinga Aruna, cukup bikin gadis itu makin kaku.

Dua mama itu tertawa puas, seolah sedang menonton drama favorit di layar kaca. Sementara Aruna hanya bisa menunduk, menahan malu bercampur degup jantung yang makin kencang.

_________

“Baru satu malam Mama sama Bunda nginep di sini, tapi udah bikin kita spot jantung. Gimana kalau mereka nginep seminggu atau sebulan? Bisa mati kita, Ga,” gerutu Aruna sambil menyeret lengan Dirga masuk ke kamar setelah makan malam selesai dan dapur dibereskan.

Dirga mengangguk, wajahnya ikut serius. “Kalau gini terus, perjanjian pernikahan kita bisa keungkap kapan aja.” Pandangannya lalu jatuh pada kain putih tipis yang tergantung di plafon, membelah ranjang mereka jadi dua. Dirga mendesah pelan. “Tapi sebelum mikirin cara ngusir Mama sama Bunda, mending kita singkirin ini dulu. Takutnya nanti mereka curiga lagi, kayak masalah cincin tadi.”

Tanpa banyak basa-basi, Dirga naik ke atas ranjang, meraih kain pembatas itu. Aruna ikut naik, memegangi ujung kain supaya lebih mudah dilepas.

“Tapi sejak kapan lo kepikiran bikin kalung kayak gitu, hah? Kenapa gue nggak tau?” tanya Aruna sambil menahan kain, alisnya berkerut tapi nada suaranya lebih ke penasaran daripada marah.

Dirga terkekeh singkat. “Tadi pagi. Gue kepikiran aja pas buka laci makeup lo. Kebetulan ada rantai kalung kecil, yaudah gue pake buat cincin kawin kita.”

Aruna terdiam sesaat, lalu mengangguk pelan. “Untung aja otak lo encer. Kalau nggak, tadi kita udah mati ”

Senyumnya muncul samar. “Tapi… bagus juga kalungnya. Gue suka.”

Kalung perak itu berkilat tipis, sederhana, tapi cincin kawin yang menggantung di tengahnya membuatnya tampak lebih berarti. Cincin itu jadi semacam perhiasan yang nggak biasa.

Dirga tersenyum lebar, jelas bangga. “Ya iyalah. Gue gitu loh.”

"lo dekatan dikit dong , kalau lo jauhan gitu kainnya jadi ketarik!. " ucap Dirga yang membuat Aruna mendekat ke arahnya sembari terus memperhatikan .

Saat ia sedang membuka ikatan terakhir di plafon, kakinya tiba-tiba menginjak ujung kasur yang licin. Dirga kehilangan keseimbangan, tubuhnya refleks mencari pegangan.

“Run...Run...Aaa—”Teriak Dirga yang membuat Aruna panik dan.....

Bruk!

Dirga jatuh menimpa Aruna. Mereka berdua ambruk, dengan Dirga tepat menghimpit tubuh Aruna. Bibirnya menempel di pipi gadis itu, hangat dan lembut, begitu dekat hingga Aruna bisa merasakan napas Dirga mengalir di kulitnya.

Waktu seolah berhenti. Mata Aruna membesar, napasnya tercekat. Jantungnya berdegup kencang tak karuan, wajahnya langsung panas seperti terbakar. Dirga sendiri terpaku, bibirnya masih menempel samar di pipi Aruna, matanya menatap lurus ke wajah gadis itu dari jarak sedekat ini.

“G… Ga…"

.

.

.

Bersambung .

 °°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

EPILOG

Saat hendak mencari parfum di meja rias kaca transparan milik Aruna, pandangan Dirga justru tertumbuk pada sebuah kotak kecil di sudut meja. Kotak cincin pernikahan mereka. Tangan Dirga berhenti, lalu perlahan membuka laci. Dua cincin itu berkilat samar di dalam kotak, membuat dadanya terasa aneh.

Tanpa berpikir panjang, ia mengambil cincin tersebut dan menggenggamnya erat sebelum keluar dari kamar.

Siang itu, saat jam istirahat di rumah sakit, Dirga buru-buru meninggalkan pekerjaannya. Motor ia pacu ke arah toko perhiasan. Begitu masuk, ia langsung disambut karyawan toko dengan senyum ramah.

“Untuk siapa, Kak?” tanya si karyawan.

“Untuk… istri saya,” jawab Dirga singkat, hampir tidak terdengar. Ujung telinganya memerah, tapi ia segera mengalihkan pandangan.

Ia memilih rantai kalung untuk dirinya sendiri dengan cepat, sekadar formalitas. Namun, ketika harus memilih untuk Aruna, sikapnya berubah. Dirga menatap satu per satu rantai kalung yang ditawarkan dengan mata tajam dan penuh pertimbangan, membuat karyawan toko beberapa kali saling pandang kebingungan.

“Yang ini, Kak? Tipis, manis, cocok untuk perempuan.”

Dirga menggeleng.

“Kalau yang ini? Lebih elegan.”

Dirga mengernyit.

Satu per satu ia tolak, hingga akhirnya matanya berhenti pada rantai kalung sederhana, tapi kuat, berkilau lembut tanpa berlebihan. Ia tersenyum kecil, sesuatu yang jarang terlihat darinya.

“Yang ini.” Suaranya tegas.

Karyawan itu sempat terkejut, lalu tersenyum melihat tatapan Dirga yang berbeda—ada kelembutan yang jarang pria itu tunjukkan.

Dirga menggenggam rantai kalung itu seakan sudah yakin. “Cocok. Pas untuk dia.”

Ia pulang dengan kantong kecil berisi rantai kalung yang sudah ia bayangkan terpasang manis di leher Aruna, cincin pernikahan mereka menjuntai di sana.

Jangan lupa tinggalkan jejak yaa, like 👍🏿 komen😍 dan subscribe ❤dari kalian begitu berarti untuk aku🥰

1
vj'z tri
🫣🫣🫣🫣 akhirnya Dirga tahu juga 🥹🥹
vj'z tri
😱😱😱😱🫣🫣🫣 tidak run kamu dlm bahaya
Hanik Andayani
nanti juga ketahuan run ,
Hanik Andayani
busyet ini emak2 pada kepo , 😄
Wida_Ast Jcy
hahaaa.... mainannya ini malah buat copot jantung kak🤣🤣🤣🤣 aduh
vj'z tri
kalau lu masih gak berubah ren setelah dengar ini 🤧🤧🤧🤧aku ingin marah lampiaskan tapi ku hanyalah sendiri disini ingin aku tunjukkan pada siapa saja yang ada bahwa hatiku kecewa🤧🤧🤧🤧
Kutipan Halu: wkwkwk
total 1 replies
dilafnp
pacaran jalur halal ternyata..
dilafnp
udah nikah aja nih? padahal aku ngarepnya tadi ada flirting flirting pas di tempat kerja
dilafnp
liat biodata keduanya aja kebayang gue romancenya 😍😍
iqbal nasution
buktikan dirga... harga diti itu
iqbal nasution
kalo udah nikah, harus macam2.
vj'z tri
🤧🤧🤧🤧 pada bicara seenak udel nya sendiri
Kutipan Halu: iyaa kan kk makannya banyak org2 kasus pelecehan ngk mau speak up😭😭
total 1 replies
vj'z tri
cie cie bakal nyengir terus ini 🤣🤣🤣
Kutipan Halu: kawal sampai kawin kk🤭🤭
total 1 replies
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣 kaus ora koe
Mingyu gf😘
hayo loh ketahuan gak nih🤣
Hanik Andayani
menunggu konflik , tapi jangan konflik berat kak👍
Hanik Andayani
wkwkwk hadeh ganteng2 ini orang bikin esemosi pak dokter 🤣
Hanik Andayani
nah kan ganteng , semangat baca nih , aku mampir ya kak
Hanik Andayani
ah terlalu 😄
Hanik Andayani
cantik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!