NovelToon NovelToon
Dear Alvin

Dear Alvin

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu / Murid Genius / Keluarga / Bad Boy
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Fantastic World Story

"Heh, anak sialan! Pergi kamu dari

rumah ini. Keluar!! Gak sudi aku

nampungmu lagi!!" usir Bu Elanor.

membuat Alvin yang sedang melamun

segera terperanjat.

"Berhenti bicara yang tidak-tidak

Ela!!" hardik pak Rohman.

"Kamu pilih aku dan anak anak yang

keluar apa anak sialanmu ini yang keluar

pak!?" teriak Bu Elanor membuat pak Rohman terkejut.

Beliau tak pernah berfikir akan

dihadapkan pada situasi se rumit ini.

"Alvin yang akan keluar pak buk"

ucap Alvin.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fantastic World Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26 Berantem

2 Minggu berlalu, masa liburan telah

usah. Liburan yang lebih banyak

digunakan untuk menghasilkan cuan oleh

Alvin.

Sekolah di hari pertama setelah

liburan, tak ada waktu santai bagi SANG

JUARA, pelajaran sudah berlangsung

sebagaimana mestinya.

Belum lagi pengumuman olimpiade,

Alvin yang sejujurnya enggan mengikuti

hal hal seperti itu, mau tidak mau harus

tetap ikut, mengingat status beasiswa yang

ia miliki, membuatnya berkewajiban

mengikutinya.

"Olimpiade kali ini dilaksanakan

secara individu, bagi yang ingin mendaftar

silahkan, biaya dan perinciannya sudah

ada di website sekolah. Untuk penerima

beasiswa diwajibkan ikut seperti biasa"

ujar Bu Desi menegaskan, saat

memberikan pengumuman.

"Maaf Bu, apa keuntungan bagi kami

jika mengikuti olimpiade ini?" tanya salah

seorang siswa yang tampaknya berminat

untuk ikut.

"Keuntungannya kalian dapat

tambahan pelajaran sejam, dapat

sertifikat, dan jika dapat juara akan

mendapat hadiah dari sekolah" papar Bu

Desi.

"Ada lagi yang ingin ditanyakan?"

tanya Bu Desi sebelum mengakhiri kelas.

"Sepertinya sudah jelas Bu" sahut

Alvin selaku ketua kelas, usai melihat

sekeliling tampaknya sudah tak ada yang ingin bertanya lagi.

Bu Desi pun segera pamit berlalu usai

memberikan informasi mengenai lomba

olimpiade.

Pendaftaran olimpiade yang telah

dibuka membuat para siswa lain segera

mendaftar, kali ini setidaknya ada separuh

dari angkatan Alvin yang mengikuti

olimpiade tersebut.

"Kamu gak ikut Ming?" tanya Alvin

yang melihat Mingyu belum kunjung

mendaftar.

"Enggak ah, habisin waktu aja. Aku

mau fokus sama kerjaan vin, males ikut

gitu-gituan lagi. Lagian sayang banget

uang 300 buat daftar, kalau juara pun

hadiahnya juga gak seberapa kan" ujar

Mingyu membuat Alvin mengerti.

Memang semenjak jual terompet saat

tahun baru kemarin, kini Mingyu lebih

fokus membuat berbagai macam mainan

anak-anak. Bahkan hanya dalam waktu 2

Minggu, ia sudah memiliki reseller.

Meski baru 2 orang, tetap saja 2 orang

tersebut seperti karyawan bagi Mingyu,

sebab ia bahkan mulai mengajari 2 orang

tersebut untuk membuat dan menjual

maianan anak-anak yang dibuat oleh

Mingyu.

"Tapi kan sertifikatnya lumayan Ming,

bisa buat pertimbangan masuk kuliah

nanti" sahut Sella yang sejak tadi

menyimak pembicaraan Alvin dan

Mingyu.

"Baru pertimbangan sel, belum pasti

masuk juga kan" jawab Mingyu.

"Kalau kalian ikut gak?" tanya Alvin

mengalihkan pembicaraan pada Sella dan Arumi.

Keduanya serempak mengangguk

tanda mengikuti olimpiade tersebut.

"Tapi denger denger, yang udah daftar

tetep di seleksi lagi loh" ucap Arumi.

"Lah kalau gak jadi ikut kan rugi udah

bayar segitu" sahut Mingyu seraya

mengerutkan keningnya.

"Yang gak jadi ikut uangnya bakal

balik 50%" jawab Arumi. Membuat

ketiganya mengangguk.

Bel tanda pulang sekolah berbunyi,

Alvin pun segera mengambil sepeda

pancalnya untuk segera pulang, ia takut

jika sudah di tunggu para pemulung yang

akan menyetorkan rosok padanya.

Di tengah perjalanan, ia melihat

seseorang dengan seragam dari sekolah yang sama dengannya, sedang di hentikan

oleh segerombolan preman, di sebuah

gang.

Ingin membantu, namun sadar diri

jika dirinya hanya sendiri, membuat

Alvin memilih mengamati terlebih

dahulu dari jauh.

Anak laki-laki yang terlihat mulai

takut akan preman di hadapannya, mulai

turun dari sepeda motor yang sedang

dinaikinya, sembari terus mengangguk

dan menggosokkan tangan, seolah

meminta ampun.

Melihat perlakuan anak laki-laki

tersebut, Alvin pun sedikit heran, ia

melihat ada balok kayu di sekitarnya, usai

menyenderkan sepeda pancal, Alvin pun

segera mengambil balok kayu tersebut dan

berlali memukul preman yang sudah siap

menaiki motor milik anak laki-laki tadi.

Pukulan terus Alvin layangkan,

meski dirinya juga mendapat serangan

berkali-kali, untungnya tadi ia sempat

memungut balok kayu yang kini jadi

senjatanya itu, sekilas ia melirik anak laki-

laki yang berasal dari sekolahnya, Alvin

mengenal anak itu.

Anak laki-laki yang Alvin ketahui

bernama Kevin itu, tampak hanya melihat

seraya beberapa kali berjingit ngeri,

melihat Alvin memukul lawan tanpa

ampun dengan balok kayu yang

dipegangny.

Saat Alvin mulai kuwalahan

barulah bantuan datang.

"Woy vin! Pesta kok gak ajak ajak sih"

teriak seseorang yang kini mulai

mendekat hendak membantu Alvin

yang sedang di keroyok oleh 4 preman.

"Kalau mau bantu cepet sini!" balas

Alvin berteriak.

"Siap!!" jawab Alex seraya berlalu

menendang salah satu orang yang sedang

menghajar Alvin.

"Alvin Awas!!" teriak Kevin saat

melihat salah satu preman yang hendak

menghajar Alvin dari belakang, untung

kali ini Kevin tak diam saja, ia

melemparkan batu yang mengenai tepat di

kepala preman tersebut.

Merasa mulai kuwalahan menghadapi

anak SMA, para preman itu pun memilih

kabur, dengan tubuh yang sudah babak

belur, dan darah yang berada di ujung

bibir, maupun ujung hidungnya.

"Kalau sampai ada berita mengenai hal

ini, kalian lah yang bakal masuk buk!"

ceriak Alex tampak mengancam preman yang hendak kabur itu.

Meski serampangan, tapi Alex enggan

memiliki masalah lebih lanjut karena hal

ini.

"Mukamu bonyok vin" ucap Alex.

"Lah mukamu juga tuh" sahut Alvin.

"Gimana ini ceritanya tadi, kok bisa

kamu berantem sama preman gitu,

perasaan kamu biasanya lewat jalan raya,

gak lewat gang sini" ujar Alex seraya

menyeka ujung bibirnya yang masih

mengeluarkan darah.

"Alvin cuma bantuin aku Lex" sahut

Kevin.

"Tadi levwat depan situ, terus ngeliat

kok seragamnya kayak anak sekolah kita,

pas tak liatin beneran, yawes tak

samperin' jelas Alvin sembari mengibas bajunya yang kotor.

"Lagian kamu kok diem aja sepedamu

diminta gitu mas" tegur Alvin pada

Kakak kelasnya itu, sedikit tak menyangka

jika Kevin yang biasanya mengekor pada

Badak, ketua pembuat onar sekolah,

nyatanya terlihat pasrah pada preman.

"Lah tadi enak enak motoran, kontak

sepedaku langsung di cabut, apa gak auto

berhenti aku, udah minta baik-baik malah

di ancem, mereka keroyokan vin, aku

sendiri. Udah pasti kalah, makanya tadi

kamu liat aku mau ngasihin sepeda kan"

papar Kevin.

"Halah, wes pulango sana, lain kali

lewat jalan raya aja Vin" usir Alex.

Kevin pun mengucapkan terimakasih

berkali-kali pada Alvin dan Alex, Kevin

hkan mengeluarkan 3 lembar uang merah seratus ribuan untuk Alvin agar

mengobati lukanya.

Tentu saja Alvin menolak mentah-

mentah, niatnya hanya ingin membantu,

tak berharap imbalan apapun.

"Kamu gak pulang Lex" tegur Alvin

yang melihat Alex masih asik mengamati

wajahnya di depan spion motor sportnya.

"Ini kalau mama tahu pasti panjang

urusannya vin. Aku nginep rumahmu aja

ya" ujar Alex.

"Hah?!" ucap Alvin kaget.

"Iya nginep, besok pagi-pagi sekali

baru pulang. Mama gak bakal marah kalau

aku nginep di rumah kamu" ujar Alex

meyakinkan.

"Ehm boleh sih, tapi rumahku banyak

Rosoknya Lex, gak yakin kamu bisa tidur"

ucap Alvin pesimis.

"Aku gak semanja itu vin, dah sana

jalan! Tak ikuti dari belakang" jawab Alex

sedikit memaksa.

Alvin pun mengayuh sepeda

pancalnya, diikuti oleh Alex yang

menjalankan motor sportnya dengan

perlahan mengimbangi laju sepeda

Alvin. Rumah yang memang sudah tak

terlalu jauh, kini telah di depan mata.

Tampak 2 orang pemulung sudah

menunggu kedatangan Alvin, untuk

menyetorkan hasil memulungnya.

"Maaf Mbah, saya pulangnya telat.

Sudah dari tadi tah?" sapa Alvin pada 2

orang pemulung yang memang usianya

sudah cukup tua.

"Gpp le, sekolah itu penting. Gak

sampe setengah jam kok kita nunggunya,

lagian rumahmu teduh le, jadi nyaman

meskipun nunggu" jawab salah seorang

diiringi anggukan kepala oleh satunya

lagi.

Tanpa berbasa-basi lagi, kini kedua

pemulung tersebut mulai menaikkan hasil

buruannya ke atas timbangan satu

persatu, usai mengetahui berat dan jenis

rosok yang ada, Alvin pun segera

membayar rosok tersebut sesuai dengan

besaran yang telah di sepakati.

Usai proses transaksi tersebut,

barulah Alex mendekat, sejak tadi ia hanya

mengamati.

"Kirain itu tadi mbahmu vin" ucap

Alex.

"Bukan lah, masuk Lex, tunggu sini ya

aku tak bersih bersih dulu, abis itu gantian

kamu" jawab Alvin setelah membuka pintu rumahnya.

Alex pun menurut, gaya tengilnya tak

ia pakai kali ini, sepertinya sadar diri jika

dirinya sedang menumpang.

Alex tampak mengamati sekeliling

rumah Alvin, mungkin seukuran

kamarnya batin Alex.

Setelah Alvin bersih-bersih ia pun

mempersilahkan Alex.

"Aku gak punya baju ganti yang cukup

bagus untuk tak pinjemin ke kamu Lex"

ucap Alvin sebelum Alex masuk ke

dalam kamar mandi sempitnya.

"Gpp, aku selalu bawa kaos buat ganti

kok" jawab Alex.

Sembari menunggu Alex bersih-

bersih, Alvin pun keluar rumah menuju

warung terdekat, sekadar membeli nasi bungkus, mie instan dan roti. Ia enggan

jika tak memberi suguhan apapun pada

tamunya.

1
DISTYA ANGGRA MELANI
Masak sih pemilik sekolah bisa di kadalin ma ora kepercayaan & kepsek harus di pecat donk.. Ttp semngt kak...
ラマSkuy
thor nama karakter utamanya sebenernya siapa sih thor kok kadang namanya ganti ganti dari Alvin terus Bintang?
ラマSkuy: oh boleh di spill kah thor di PF mana? hehehe
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!