NovelToon NovelToon
Air Mata Istri Yang Diabaikan

Air Mata Istri Yang Diabaikan

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Penyesalan Suami / Tukar Pasangan
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: fadelisa dedeh setyowati

Ratna yang tidak bisa hamil menjebak suaminya sendiri untuk tidur dengan seorang wanita yang tak lain adalah adik tirinya.

ia ingin balas dendam dengan adik tirinya yang telah merenggut kebahagiaannya.

akankah Ratna berhasil? atau malah dia yang semakin terpuruk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fadelisa dedeh setyowati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Air Mata Istri Yang Diabaikan 10

Setelah tayangan tadi dilihat oleh para hadirin, suasana yang tadinya dipenuhi kehangatan berbalik menjadi isak tangis beberapa anggota dan para tamu undangan.

Tak terkecuali Ratna.

Justru dia yang paling tersakiti disini. Pesta perayaan pernikahan yang seharusnya menjadi momen bahagia justru berbalik menjadi luka yang tak terperikan.

Ia tak menyangka suaminya akan tega melakukan hal tersebut kepadanya dan menampilkannya tepat pada saat bahagianya. Apalagi ia melakukannya bersama dengan orang yang Ratna anggap teman.

Sejak kapan mereka mulai berhubungan dan menyimpan semua kebohongan ini?

Ratna berdiri di tengah ruangan, tubuhnya kaku namun tangannya bergetar hebat, air matanya menetes deras. Semua tamu menatapnya. Ada yang berbisik. Ada yang menangis merasakan perih yang dirasakan Ratna. Ada juga yang diam terpaku – menunggu ia beraksi.

Bagas yang juga terpojok bergegas mendekati istrinya, ia mengamit lengan Ratna agar berhadapan dengannya, “Dek, ini semua ga seperti yang kamu lihat. Percaya sama aku dek, ini Cuma salah paham,” ucap Bagas mencoba menenangkan istrinya.

Ratna menatap Bagas dalam-dalam, tangan Bagas ia hempas kasar, “Salah paham mas? Jelas-jelas yang di layar itu kamu! Apalagi yang mau kamu tutupi? Dan dia –“ tunjuk Ratna pada Andini, “Kenapa harus dia? Kenapa dia mas! Kenapaaa?!” Teriak Ratna hiteris.

Andini mendekati Ratna, mencoba menopang tubuh Ratna yang hendak rubuh, “Ratna aku mohon, aku bisa jelaskan –“

“Jangan sentuh aku!” Ratna mendorong tubuh Andini sehingga keduanya sama-sama jatuh tersungkur, “Kenapa Din? Kenapa harus suami aku? Dari semua orang kenapa harus suamiku Din? Apa salahku sama kamu?”

Andini menggeleng sambil air matanya jatuh. Ia tak mampu bersuara menjawab pertanyaan Ratna.

Ratna berdiri, mengangkat kepalanya. Ia menatap Bagas, Andini dan semua tamu undangan. “Malam ini kalian menjadi saksi betapa cinta yang kubanggakan, yang ku anggap abadi ternyata hanya ilusi, semua hanya anganku saja,” Suaranya serak namun tegas, cukup untuk di dengar satu ruangan.

Di bawah lampu kristal, Ratna berdiri tegak seolah telah melewati badai yang dahsyat. Meski tubuhnya masih gemetar dengan langkah pasti ia meninggalkan ballroom dengan diikuti oleh puluhan pasang mata yang turut berduka untuknya. Pun beberapa sahabatnya mengikutinya untuk menenangkannya.

Cahaya kristal yang tadinya berkilau hangat kini terasa dingin, seolah memantulkan hancurnya sebuah perayaan cinta.

Setelah kepergian Ratna, suasana yang tadinya hening berubah menjadi riuh rendah penuh bisik-bisik.

Semua menatap Andini yang masih berada di tengah. Menghujaninya dengan tatapan sinis, merendahkan dan amarah.

Seorang ibu-ibu bergaun merah berkata dengan keras, ”Astaga sungguh tak tahu malu. Bagaimana bisa mereka melakukan hal tersebut. Sungguh memalukan!”

Yang lain menimpali, “Apa kurangnya Ratna, sungguh perempuan hina. Bisa-bisanya dia tidur dengan suami orang,”

Salah satu sahabat Ratna – Marcella, mendekati Andini dan menunjuk-nunjuk wajahnya, “Dasar wanita murahan! Gara-gara kamu acara yang seharusnya jadi momen indah buat Ratna jadi hancur karena ulah menjijikkan mu itu! Lihat, ga ada yang peduli sama kamu! Kamu emang pantes dapetin itu!”

“Pergi kamu dari sini! Kamu ga pantes ada disini,”

“Memalukan! Sangat tidak bermoral!”

“Untuk apa masih disini? Pergi kamu!

“Melihatnya membuatku mual. Tidak tahu terimakasih.”

Berbagai hujatan memborbardir Andini hingga ia tak sanggup berkata-kata. Ia ingin berteriak tapi tak mampu. Tak ada yang peduli padanya. Padahal kesalahan bukan hanya padanya. Bagas juga terlibat.

Bicara tentang Bagas, Andini menoleh kepadanya – seolah meminta bantuan. Tapi sayang, Bagas tidak mempedulikannya.

Semua melihatnya sebagai sumber aib malam itu.

Penghancur. Perusak. Pengkhianat.

Ballroom mulai sepi. Para tamu satu per satu meninggalkan ruangan dengan wajah muram, meninggalkan bisik-bisik dan tatapan penuh penghakiman. Mereka tak menyangka, pesta perayaan yang harusnya dipenuhi kehangatan cinta dan kasih sayang berubah menjadi bencana.

Musik sudah berhenti, lampu kristal masih berkilauan, tapi suasananya kosong dan dingin.

Di tengah ruangan, Andini masih duduk terpuruk. Air matanya belum berhenti mengalir, wajahnya sembab. Ia berusaha bangkit, tapi tubuhnya terasa lemah.

Dari pintu Ballroom Andini bisa melihat Bagas bergegas mendekatinya, wajahnya muram menahan amarah. Jasnya kusut dasinya longgar.

“Aku sudah bilang jangan datang! Sekarang kau lihat akibatnya bukan? Semua hancur karena kamu. Kamu harus bertanggung jawab Din!" Seru Bagas dengan emosi yang tinggi.

“Aku juga gak tahu ini bakalan terjadi Gas, demi apapun bukan aku yang melakukannya.” Deru Andini di sela-sela isak tangisnya.

Bagas menggebrak meja membuat gelas wine tumpah mengotori taplak meja yang berwarna putih gading.

“Kamu pikir itu cukup menjelaskan buat Ratna? Apa kamu pikir dia akan percaya? Sedari awal aku udah peringatkan kamu untuk nggak datang. Tapi apa? Kamu bersikeras datang dan ... ini yang terjadi. Seandainya kamu ga ada, kejadian ini juga ga bakal terjadi! Semua gara-gara kamu Din. Kamu yang harus tanggung jawab!” suara Bagas kian meninggi. Ia menumpahkan emosi dan kekesalannya pada Andini.

Andini dengan tubuh gemetar, “Gas, kamu lupa. Bukan hanya aku yang bersalah. Kamu juga. Kamu ada di video itu.” Isak Andini, “ Kita berdua –“

“Jangan bawa-bawa aku. Kamu yang jebak aku dan rekam semuanya kan? Semuanya jadi hancur sejak kami kenal kamu!” Matanya menajam penuh kebencian. Bagas mendekat dan meraih bahu Andini, “Kamu yang harus bertanggung jawab Din. Kalau aku sampai kehilangan Ratna, akan kubuat hidupmu jauh lebih hancur daripada sekarang,” kemudian Bagas menghempaskan Andini begitu saja dan keluar ballroom.

Ballroom kini benar-benar sepi. Balon-balon dekorasi masih menggantung, lilin-lilin di meja perlahan padam.

Andini berdiri sendiri, tubuhnya gemetar, wajahnya basah oleh air mata. Kata-kata Bagas masih terngiang di telinganya — ‘Kamu yang harus tanggung semua akibatnya, Din.’

Ia memandang sekeliling. Kursi-kursi kosong, Pesta yang megah beberapa jam lalu kini tinggal reruntuhan, sama seperti dirinya.

Andini menutup wajah dengan kedua tangan, lalu perlahan terduduk lagi di lantai, menangis sesenggukan. Tidak ada seorang pun yang datang menenangkannya. Padahal ia sama terlukanya. Tapi tak ada yang peduli.

Pintu ballroom di belakangnya sudah tertutup rapat. Bagas pergi, Ratna pergi, para tamu pergi. Yang tersisa hanyalah kesepian, rasa bersalah, dan kehancuran yang ia tanggung sendirian.

Cahaya lampu kristal di atasnya masih berkilau indah, tapi tak lagi membawa kemewahan—hanya menyoroti betapa hancurnya seorang Andini yang ditinggalkan.

Bagas berbalik mencari istrinya yang hilang entah kemana, ia memutari taman hotel dan menemukan istrinya Tengah di temani oleh sahabat-sahabatnya. Segera ia bergegas kesana.

Saat Bagas akan mendekati Ratna, salah seorang sahabat Ratna mencegahnya. Ia mendorong Bagas dan memaki laki-laki itu, “Masih berani kamu menampakkan diri ke hadapan kami, Gas?”

“Cukup, Bagas. Kamu sudah melukai dia terlalu dalam. Biarkan Ratna sendiri!”

Tante Ratna maju dan menampar Bagas, plak! “Bagas! Bagaimana kamu setega itu? Di depan semua keluarga, semua orang! Kamu sudah mempermalukan Ratna!”

“Tolong aku ingin bicara sama istriku,” pinta Bagas dengan sangat memohon.

“Gak. Aku ga akan biarin ka – “

“Biarin aja Cell, aku juga mau ngomong sama Bagas,” Ratna bersuara masih dengan sisa isaknya.

Bagas jatuh bersimpuh di hadapan Ratna, “Dek, tolong dengerin mas. Semua itu bukan salah mas dek. Mas dijebak. Kamu harus percaya sama mas,”

“Mas …” isak Ratna. “Kenapa mas tega? Apa salahku mas?” dadanya terengah-engah menahan emosi.

“Dek, tolong. Percaya sama mas. Mas cinta sama kamu dek. Mas ga akan khianati kamu. Tolong maafin mas atas kesalahpahaman ini.” Ujar Bagas yang juga menangis tersedu

“Ok, aku akan maafin mas,” ucap Ratna sambil mengusap air matanya, “Tapi dengan satu syarat,” tandasnya.

“Apapun dek, apapun akan mas lakukan. Apa – kamu mau apa dek?” tanya Bagas sambil menggenggam tangan Ratna dengan erat.

“Nikahi Andini, mas.” Ucap Ratna yakin.

Baik Bagas dan hadirin lain sama-sama terkesiap.

 

 

 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!