NovelToon NovelToon
Lentera Jelita

Lentera Jelita

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Anak Genius / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Dokter Genius / Romansa / Penyelamat
Popularitas:664
Nilai: 5
Nama Author: Alfianita

Meminta Jodoh Di Jabal Rahmah?
Bertemu Jodoh Di Kota Jakarta?


Ahtar Fauzan Atmajaya tidak menyangka jika ia akan jatuh cinta pada seorang wanita yang hanya ia temui di dalam mimpinya saja.


“Saya tidak hanya sekedar memberi alasan, melainkan kenyataan. Hati saya merasa yakin jika Anda tak lain adalah jodoh saya.”


“Atas dasar apa hati Anda merasa yakin, Tuan? Sedangkan kita baru saja bertemu. Bahkan kita pun berbeda... jauh berbeda. Islam Agama Anda dan Kristen agama saya.”

Ahtar tersenyum, lalu...

“Biarkan takdir yang menjalankan perannya. Biarkan do'a yang berperang di langit. Dan jika nama saya bersanding dengan nama Anda di lauhul mahfudz-Nya, lantas kita bisa apa?”


Seketika perempuan itu tak menyangka dengan jawaban Ahtar. Tapi, kira-kira apa yang membuat Ahtar benar-benar merasa yakin? Lalu bagaimana kisah mereka selanjutnya? Akankah mereka bisa bersatu?


#1Dokter
#1goodboy
#hijrah
#Religi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfianita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tragedi Berdarah

...Ya Allah... Apa ini? Dia...ada disini. Dan terlihat sangat cantik, seperti bidadari yang saat ini dipinta untuk turun dan menjumpaiku. Ya Allah, jika ini mimpi, maka perpanjang lah durasi tidurku. Dan jika ini memang nyata, itu berarti aku tidak akan ada di hadapannya....

...****************...

Akhtar membalas dekapan Bunda nya, diusapnya lembut punggung yang terasa bergetar karena menangis.

“Bun... Jangan menangis! Akhtar janji akan temukan Hafizha dan membawanya kembali dengan segera.”

“Abi, tenangkan Bunda!” pinta Akhtar dengan gurat wajah khawatir. “Akhtar akan pergi sekarang untuk mencari Hafizha.”

Abi Yulian mengangguk—setuju. Tanpa menunggu waktu lama Akhtar segera berlari keluar. Saat berada di depan halaman rumahnya, Akhtar mengedarkan pandangannya—mencari keberadaan Hafizha jika saja gadis itu masih berada di sekitar sana.

“Tidak ada dimana-mana. Kamu berlari ke arah mana, Dek? Abang sungguh khawatir padamu.”

...****************...

”Zuena, betah banget sih di dalam kamar terus, keluar dong!" lirih Adam sesekali mengetuk pintu.

Hening...

“Tak asik ah, masa kamu tega biarin aku menunggu disini sendirian. Padahal kamu tau aku lagi sakit,” ucap Adam memecahkan keheningan, karena tak ada jawaban dari Zuena.

Ceklek...,

"Masuk!" pinta Zuena dengan suara parau, karena terlalu banyak menangis. "Aku malas mau melakukan apa pun. Tapi, perintah itu datang lagi darinya. Kita hanya punya waktu satu minggu di sini, Adam. Dan aku yakin kamu tahu itu, 'kan?" tanya Zuena sambil menatap kosong di depannya.

Adam menghela napas panjang, "Iya. Aku sudah mendapat petunjuk dari Om Aditya kita harus apa dan pergi kemana setelah satu minggu berada di sini." Adam pun diam, karena Adam tidak mau merusak suasana hati Zuena yang ingin mengenang momen itu, momen indah dengan Papanya saat berada di Edinburgh semasa kecil.

Zuena menunduk lesu, "Aku ingin pergi, Adam. Bukankah kehadiranku tidak pernah diinginkan? Mommy meninggal setelah melahirkan aku. Dan sekarang aku dipaksa harus diam dan menutup mulut, bahkan jika bisa tak ada yang tahu tentang siapa aku, seorang pun."

Adam masih diam, hanya mendengarkan apa yang disampaikan Zuena. Adam hanya bersikap secara profesional saja, dia akan menempatkan posisi yang seharusnya. Dan saat ini Adam hanya akan menjadi pendengar Zuena saja.

Zuena menghela napas berat, saking lelahnya ia kembali menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Adam mengulas senyuman tipis melihat Zuena yang lelah. Tapi dia juga tahu, jika perintah itu yang terbaik untuk Zuena.

"Aku ingin kamu kembali, Zuena. Jangan cengeng seperti ini," ucap Adam sambil duduk di sebelah Zuena.

"Tapi Adam_"

"_tak ada kata tapi ataupun nanti. Kita harus bergerak cepat menyelesaikan semuanya sebelum batas waktu itu berakhir. Bukankah kita tak ada pilihan lain selain tetap berjalan untuk terus maju ke depan. Bahkan kita tidak diperbolehkan menengok ke belakang sedikit pun," timpal Adam dengan suara tegas.

Mendengar ucapan Adam yang seolah perintah untuknya, seketika Zuena mengambil duduk tegap, lalu menatap Adam dengan tajam.

"Ok, fine. Just for you, Adam. Aku akan kembali seperti dulu, saat ini aku hanya... tersesat sesaat saja." Zuena menghela nafas panjang, lalu tersenyum lebar.

Adam menunjuk ke alisnya, 'Bagaimana dia bisa berubah secepat ini? Tapi... Ini sisi terbaik darinya untuk bertahan sampai waktu itu tiba.'

Zuena beranjak, lalu ke kamar mandi dan mengganti pakaiannya dengan pakaian sederhana. Tak lupa ia membawa syal rajut berwarna cokelat muda miliknya.

Adam hanya memidai setiap pergerakan Zuena.

"Jangan ikuti aku dan jangan cari aku! Aku ingin pergi sendirian dan aku akan baik-baik saja. Jaga rumah dan jangan lupa minum obatmu, Adam." Zuena memberikan penekanan pada ucapannya, menandakan jika memang dia tak mau diganggu siapa pun malam itu.

"Oke. Hati-hati..."

Zuena pun bergerak dengan sepedanya.

...****************...

Setelah berjalan cukup lama Akhtar pun berhenti di salah satu gedung tua, di jalan yang masih sama—Royal mile. Ia memejamkan mata sejenak, mencoba mengatur isi kepalanya. Akhtar menghela nafas untuk kesekian kalinya saat itu. Dan ia kembali mengusap wajahnya gusar, karena belum bisa menemukan keberadaan Hafizha.

"Dek, kamu kemana? Sekarang kamu ada dimana? Jangan buat Abang khawatir seperti ini!" keluh Akhtar lirih. “Ya Allah, hamba mohon berikan jalan-Mu. Bukalah mata hamba agar hamba bisa melihat keberadaan adik hamba, aamiin.”

"Tolong!" suara yang terdengar mengiris hati, yang disertai dengan isak tangis.

Pendengaran Akhtar menajam saat mendengar suara yang tak asing baginya. Akhtar melangkah cepat, bahkan ia berlari kecil agar segera sampai di tempat pusat suara itu berada.

Akhtar membeku di tempat, lidahnya terasa kelu saat melihat bagaimana kelima preman itu memperlakukan adiknya.

Seakan malam itu adalah malam terhina untuk Akhtar, karena ia merasa tidak bisa menjaga Hafizha dengan baik. Pelecehan yang dilakukan pada Hafizha malam itu sangat mengganggu penglihatannya.

"Hentikan semua ini!" teriak Akhtar dengan suara naik satu oktaf. "Jangan pernah berani menyentuh adikku sedikit pun! Dan aku tidak akan tinggal diam jika kalian masih berani menyentuhnya."

Wajah Akhtar mengeras, rahangnya mengatup kuat dan genggaman tangannya mengepal begitu kuat hingga buku rahangnya memutih. Akhtar menatap kelima preman itu dengan tajam dan baginya kelima preman itu adalah musuh yang harus segera dilumpuhkannya.

"Tidak semudah itu kamu meminta kami menjauh dari gadis cantik ini." Salah satu jemari preman itu menelusuri pipi mulus Hafizha.

Akhtar semakin memperkuat kepalan tangannya. Seakan amarahnya tak bisa diredam lagi, ingin meledak saat itu juga.

"Sudah aku bilang jangan sentuh adikku!" tekan Akhtar.

"Ha..., ha..., ha...," Kelima preman itu tertawa memekakkan telinga. Tak ada rasa takut sama sekali dari mereka untuk menghadapi kemarahan Akhtar yang meletup.

"Kalian lawan dia!" titah salah satu preman itu yang memberi perintah pada keempat temannya. "Biar gadis ini aku yang amankan." Preman itu tersenyum devil.

Keempat preman berjalan dan menghadang Akhtar. Sedangkan preman yang satunya mencengkeram tangan Hafizha, lalu menariknya sedikit menjauh dari Akhtar. Dan perasaan Hafizha yang sedang berkecamuk membuatnya tidak bisa melakukan perlawanan pada preman itu. Lemah. Itulah yang dirasakan Hafizha saat ini.

Detik berikutnya, preman itu berdiri mengitari Akhtar dan membuat Akhtar terkepung. Namun, hal itu tidak membuat Akhtar merasa takut, bahkan kemarahannya semakin memuncak.

"Lawan aku sekarang!" tantang Akhtar.

"Siapa takut! Kita akan melihat siapa yang akan kalah."

Bug! Duak!

Akhtar melayangkan tinjuan di pipi dan perut preman itu. Akhtar merasa sedikit kesulitan melawan keempatnya secara bersamaan, karena Akhtar hanya sendirian.

Namun, hal itu tidak membuat Akhtar menyerah begitu saja, karena Akhtar ingin segera menyelamatkan Hafizha. Pandangannya sesekali mengarah pada Hafizha, memastikan jika Hafzha tidak dilukai oleh preman itu.

"Bang Akhtar, Tolong Izha! Hiks..., hiks..., hiks...,"

'Tangismu menusuk hati Abang, Dek.'

Preman itu terus menyerang Akhtar tanpa jeda, tetapi Akhtar masih bisa menangkis setiap gerakan yang dapat dilihat dengan mata tajamnya.

Gedebuk!

Akhtar melakukan gerakan memutar, melayangkan tendangan dan tinjuan yang sempurna. Hingga membuat preman itu tumbang satu persatu. Namun, dua di antara empat preman itu kembali bangun untuk menyerang Akhtar lagi.

“Kami yakin kali ini kamu akan kalah,” ucap salah satu preman itu sambil mengeluarkan senjata dari balik jaketnya.

'Hah? Pisau... Lipat?' gumam Akhtar.

Akhtar kembali diserang, tetapi kali ini ia harus lebih hati-hati karena kedua preman itu membawa pisau lipat, yang bisa saja menyentuh kulitnya.

Bug!

Tinjuan dilayangkan oleh Akhtar dengan gerakan memutar. Bertubi-tubi Akhtar memberikan serangan.

"Aaahhh!" Preman itu terkena pukulan Akhtar.

Klonteng!

Pisau salah satu preman itu terjatuh.

"Argghhh!" rintih preman itu.

Satu preman telah tumbang setelah mendapatkan pukulan bertubi-tubi dari Akhtar. Dan kini tinggal satu lagi. Namun, kali ini fokus Akhtar terpecah, karena suara tangis Hafizha terdengar semakin terisak. Teriakannya semakin menusuk hati Akhtar saja, membuat Akhtar harus mengalihkan pandangannya, memastikan Hafizha masih baik-baik saja.

Jleb!

“Allahu Akbar.” Akhtar terbelalak kala pisau itu menusuk perutnya.

"Mampus!" ujaran preman itu sambil tersenyum menyeringai.

"Arrgghh!" rintih Akhtar saat pisau itu dicabut secara paksa.

Akhtar sempoyongan setelah mendapatkan tusukan yang cukup dalam dari preman itu. Seketika darah segar mengucur dari perut Akhtar. Bahkan darah itu mengalir, menembus kemeja putih yang dipakainya malam itu.

Akhtar segera menutup luka tusuk itu dengan tangan kanannya setelah kesadarannya telah kembali. Sebelum pandangan Akhtar semakin kabur, ia mencari tempat untuk bersandar. Dan ya. Akhtar memutuskan untuk bersandar pada tembok yang ada di belakangnya.

"Bang Akhtar! Hiks..., hiks..., hiks...,"

Hafizha berteriak dengan jerit tangis yang tak terelakkan. Rasanya gadis itu tak sanggup melihat Akhtar terluka dengan bersimbah darah. Hafizha merasa hatinya tercabik-cabik, dia berpikir semua ini karena kesalahannya.

'Ya Allah, meskipun Bang Akhtar bukanlah Abang kandungku, tapi Dia melindungiku sampai dia terluka. Ya Allah, tolong lindungi Dia, karena Dia lelaki baik dan soleh, aamiin.' Dalam tangisnya Hafizha melangitkan do'a.

Akhtar menatap Hafizha sejenak, lalu mengulas senyum tipis sambil mengacungkan jempolnya. Hal itu ia lakukan agar Hafizha tidak panik dan khawatir melihat kondisinya.

'Dek, Abang berdo'a semoga kamu selalu dalam lindungan Allah.'

Hafizha tak tahan melihat tubuh Akhtar yang semakin merosot ke bawah. Dengan penuh keberanian gadis itu berteriak meminta tolong.

"Tolong!" teriaknya sangat keras.

Beberapa detik kemudian terasa hening dengan hembusan angin yang membuat merinding. Hingga akhirnya pertolongan untuk mereka telah datang.

"Oh, God! Darahnya banyak sekal," pekik Zuena.

Zuena terhenyak melihat Akhtar yang bersimbah darah. Dengan lari Zuena pun menghampiri Akhtar untuk memberikan pertolongan.

Breet, breet!

Zuena menyobek kain syal yang dibawanya tadi agar lebar, lalu kain itu diikatkan di pinggang Akhtar untuk sesaat menghentikan darah yang mengalir.

"Bertahanlah!" lirih Zuena.

'Ya Allah... Apa ini? Dia...ada disini. Dan terlihat sangat cantik, seperti bidadari yang saat ini dipinta untuk turun dan menjumpaiku. Ya Allah, jika ini mimpi, maka perpanjang lah durasi tidurku. Dan jika ini memang nyata, itu berarti aku telah tiada di hadapannya.'

Kedua mata Akhtar semakin buram, pusing yang mendera kepalanya semakin terasa. Belum lagi nyeri di perutnya semakin menusuk saja. Dan saking banyaknya darah yang keluar Akhtar kehilangan kesadarannya.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!