Dia gadis yang periang dan penuh warna, hidup nya selalu penuh dengan kebahagiaan meskipun kenyataan nya dia tidak pernah bahagia.
Nama nya Rain, hanya Rain tanpa nama belakang keluarga besarnya. Karena gadis itu bukan lah terlahir dari keluarga itu.
Rain memiliki Mahendra sebagai ayahnya yang selalu mendukung dan menyanyangi nya dengan penuh kasih sayang tanpa membedakan anak anaknya.
Meski istri nya begitu membenci Rain sejak kedatangan gadis itu dalam kehidupan mereka, Mahendra selalu berusaha menyemangati Rain untuk tetap menjadi anak baik dan menghormati Rekka seperti ibunya sendiri.
Tahun terus berganti gadis itu kini sudah beranjak remaja dan bersekolah di sekolah ternama sama seperti anak anak Rekka.
Dan ini adalah tahun ajaran baru Rain di sekolah menengah atas pertama nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayap Sayap Patah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehujanan
" Rain, pulang sekolah ke rumah ku yuk.. kan aku belum sempet cerita sama kamu. " Ucap Angel sembari menyeruput es cream yang dia beli di kantin.
" Emmazzz... gimana yah Angel, aku ada kerjaan di rumah. "
" Kerjaan apa?. "
Rain nampak bingung bagaimana dia harus memberitahu Angel yang terjadi sebenarnya.
" Malah ngelamun, ngomong kenapa sih?. " Gumam Angel kesal.
" Aku mau bantu bik Jum di rumah, kasihan dia harus kerjakan semua pekerjaan rumah sendiri Angel. Usia nya sudah tidak muda lagi. "
Angel terheran-heran mendengar penuturan Rain yang ingin membantu pekerjaan di rumah nya.
" Dia kan bekerja di rumah mu Rain, jadi sudah menjadi tugas dia lah mengerjakan semua itu. Lagian kenapa juga kamu bantu dia?. "
" Dia baik Angel dan perhatian sama aku, sejak bayi hanya bik Jum yang aku kenal dia mengasuh ku dengan baik seperti anak nya sendiri Angel. Kamu tidak akan mengerti dengan semua yang aku katakan. "
Angel menatap Rain heran mendengar cerita dari sahabat nya itu.
" Ya sudah lah, kapan kapan berjanji lah kamu main kerumah ku yah. Nanti aku akan kenal kan pada kakakku. "
Rain mengganguk dan tersenyum.
Jam pulang sekolah telah berdenting
Anak anak itu sudah siap meninggalkan kelas sembari bercengkrama bersama dengan teman teman mereka, Rain menunggu Angel yang sedang menutup tasnya.
" Udah jam 15.00 sore aja yah, rasa nya cukup melelahkan aku ingin tidur dan istirahat... " Gumam Angel meregang semua otot-otot tubuh nya.
Rain hanya terkekeh melihat tingkat Angel.
" Yuk bareng ke parkiran nya, udah sore langit juga terlihat menghitam seperti akan turun hujan. " Ucap Rain sembari menatap awan hitam lewat jendela kelas nya.
" Iya Rain, seperti akan turun hujan deh. Yuk ah pulang istirahat.. " Angel menggandeng tangan Rain keluar dari kelas mereka melewati Koridor sekolah yang mulai sepi menuju parkiran.
Tiba di parkiran terlihat Gio yang sedang berbincang dengan teman teman nya mentap. kedatangan Rain dan Angel.
" Hay, Rain. " Sapa Gio menatap gadis itu.
" Hai kak. " Rain hanya menunduk tak berani mentap Gio kemudian langsung menuju motornya dan menghidupkan nya.
Angel sudah berada di dalam mobil nya kemudian melambaikan tangan pada Rain.
" Bye Rain aku pulang dulu, awas kehujanan.. " Pekik Angel dengan keras.
Rain hanya tersenyum dan melambai kab tangannya.
" Rain, emz apa saya boleh mengantar mu pulang?. " Gumam Gio mendekati Rain.
Teman teman Gio menatap heran melihat tingkah pemuda itu yang dengan terang terangan menunjukkan ketertarikan nya pada adik kelas nya.
" Gak usah kak, maaf saya bawa kendaraan sediri dan saya harus segera pulang. " Rain menolak Gio dengan lembut kemudian pergi meninggalkan Gio yang sedikit kecewa.
Ken mendekati Gio menepuk bahu pemuda itu.
" Sabar kek nya dia bukan tipe gadis yang tergila-gila dengan mostwantet sekolah deh. "
" Itu yang membuat ku tertarik padanya, dia tidak seperti yang lain Ken. "
" Lo tertarik apa penasaran aja anjirr.. " Ken menatap Gio heran.
" Dah lah yuk caput, mau hujan kek nya.. ke caffe aja nongkrong gue traktir. " Ucap Gio pada beberapa temannya yang lain.
Mereka meninggalkan sekolah yang telah sepi.
Rintikan hujan mulai turun perlahan membasai jalanan, Gio dan teman-temannya berkendara dengan kecepatan tinggi menuju cafe tempat mereka biasa nongkrong.
Rain yang masih mengendarai motornya dengan pelan berusaha menutupi kepalanya yang kehujanan, hujan turun dengan deras membuat tubuh nya basah kuyup seketika.
Perjalanan menuju rumah masih 10 menit lagi dan gadis itu memiliki untuk tetap melanjutkan perjalanan nya tanpa menghiraukan hujan yang turun.
Di tengah perjalanan mobil Renatha dan Kanaya melewati nya dengan cepat hingga air dalam genangan itu mengenai tubuh dan wajah Rain, seketika gadis itu menghentikan motornya.
" Kak Renatha... " Gumam nya pelan.
" Apaa, gak terima masa bodoh deh sama loe dasar anak punggut.. " Makinya dari dalam mobil kemudian pergi meninggalkan Rain.
Dari kejauhan sebuah mobil sport hitam berhenti memperhatikan Rain dan juga tingkah Renatha.
" Ada hubungan apa mereka, bukan kah itu mobil pak Mahendra dari perusahaan Senjaga Karta?. " Ucapnya.
Rain melajukan motornya menembus hujan deras dengan tanpa sadar di ikuti oleh seseorang pria dengan mobil sport di belakang nya.
" Dingin banget... " Keluh Rain saat tiba di depan gerbang rumah nya namun gerbang itu tak kunjung di buka oleh pak Bambang.
Lagi lagi mobil itu berhenti jauh dari Rain dan diam memperhatikan dirinya.
" Pak... pak Bambang, tolong buka gerbang nya Rain mau masuk.. pak Bambang... " Pekik Rain dengan keras.
Sedangkan di dalam rumah Renatha dan Kanaya tertawa terbahak-bahak melihat Rain yang basah kuyup dan kedinginan itu.
" Tau rasa dia, suruh siapa ganjen sama Gio. " Ucap Renatha.
Pak Bambang menatap iba Rain dari dalam rumah, dia hanya seorang satpam dia tidak punya keberanian untuk membantah anak majikan nya itu jika masih ingin bekerja di sana.
" Buka gerbang nya jika hujan sudah turun, awas kalau pak Bambang buka sekarang aku akan ngomong sama mama buat mecat pak Bambang. Paham... " Bentak Kanaya keras.
" Paham non, tapi kasihan non Rain kalau dia sakit bagaimana non?. "
" Bodo amat. " Renatha dan Kanaya masuk kedalam rumah dengan gelak tawa yang masih terdengar jelas dan keras.
Sedangkan Rain bener bener sudah sangat kedinginan berada di luar dengan guyura hujan deras di tubuh nya.
" Pak Bambang ke mana sih, kok gak di buka?. " Guma Rain dengan bibir yang bergetar. " Wajahnya kian pucat bibir nya membiru karena kedinginan.
" Kasihan sekali gadis itu, kenapa mereka melakukan hal seperti itu padanya?. Jika mereka saudara seharusnya mereka tidak berbuat sedemikian. "
Araya yang merasa iba kemudian memajukan mobilnya mendekati Rain yang kedinginan, gadis itu heran saat sebuah mobil sport menghampiri dirinya.
Araya keluar dengan payung yang dia bawa. Wajahnya tertutup payung membuat Rain tidak langsung mengenalinya.
" Masuk saja dalam mobil ku, kamu bisa sakit jika terus berdiri di bawah guyura hujan deras. " Arya membawa Rain ikut berteduh d bawa payung yang dia bawa.
" Pak Arya?... " Rain terkejut saat melihat wajah tampan itu.
" Iya saya Araya, masuk ke dalam mobil ku. " Araya mendorong tubuh Rain agar masuk kedalam mobil nya dengan segera.
Setelah masuk kedalam mobil Arya segera melepaskan jas hitamnya dan menyerahkan padan Rain yang menundu, semabri menahan dingin di tubuh nya.
" Tidak perlu pak, mobil dan jas bapak bisa ikutan basah dan kotor oleh saya " Gumam Rain menolak bantuan Arya.
Arya dengan kesabaran nya kemudian memaksa Rain mengenakan jas nya dengan cepat mengingat bibir gadis itu terus bergetar dan pucat.
" pakai saja, tunggu di sini saya rasa ada selimut besar di bagia belakang mobil saya. " Arya mencari sesuatu di bagia jok mobil belakang nya.
Selimut tebal berwarna pink dia bawa dan kenakan pada tubuh Rain yang basah kuyup itu.
" Ini selimut adikku, pakai saja sampai hujan reda mungkin satpam rumah akan tahu keberadaan mu di depan rumah. " Ucap Arya pelan.