Arani bingung ketika tiba-tiba saja dijadikan kekasih oleh lelaki yang namanya hampir mirip dengannya yaitu Areno. Sering terjadi perdebatan karena Arani tidak mencintai Areno. Arani berpikir Areno menjadikannya kekasih karena kalah taruhan, atau sedang menjadikan Ia sebagai mainan.
Arani adalah anak yang fokus pada pendidikan. Maka ketika Ia dijadikan kekasih oleh Areno, didekati oleh Areno, Arani merasa terusik. Pendidikan yang Arani tempuh saat ini atas dasar keinginan orangtuanya, yang pada akhirnya menjadi keinginannya juga. Belajar Farmasi tidak mudah bagi Arani tapi Ia mau berusaha, dan tetap fokus. Hadirnya Areno menambah warna baru dalam hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arzeerawrites, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
"Mau makan apa?"
Arani berdecak lalu merotasi bola matanya. Bosan mendengar kalimat itu terus.
"Gak mau makan. Ngerti gak sih?"
"Udah dibilang, Kalau kamu gak makan ya gak bakal ilang sakitnya. Ngerti gak sih?"
"Ngikutin aja," Cibir Arani.
"Ayo cepetan bilang mau makan apa? Biar aku beli di kantin,"
"Batu banget sih,"
Areno mencubit pelan hidung bangir Arani.
"Kamu yang batu. Dikasih tau dari tadi gak pernah nurut,"
Arani yang tak kunjung bangun dari kursinya dengan wajah pucat dan keringat bercucuran membuat Areno khawatir.
Arani tidak bisa memasukkan makanan apapun ke dalam mulut jika penyakit Maag nya kambuh seperti ini.
Sekedar berdiri saja rasanya tak kuat. Hal ini biasanya terjadi karena dia suka terlambat makan. Dan kadang jika ia sudah kelewatan makan masakan pedas pun sakit itu tak segan datang.
Tetapi itulah hoby Arani. Rasa pedas memang sudah menjadi Favorit lidahnya. Makan tanpa sambal rasanya seperti ada yang kurang. Oleh sebab itu, Setiap Arani ikut belanja bulanan bersama sang mama, ia tak pernah lupa membeli Stok sambal kesukannya untuk menjadi santapannya setiap hari.
Walaupun sudah dimarahi berkali-kali bahkan sambal-sambal itu sudah pernah di buang oleh mamanya, tetap saja gadis itu bandel. Lebih baik dia tidak makan jika tidak ada sambal.
"Terserah kamu deh. Kamu ini yang ngerasain sakitnya. Nikmatin aja," Ujar Areno dengan dingin lalu bangkit dari kursi di samping Arani yang tadi di dudukinya.
Tangan Arani yang sejak tadi di gunakan untuk memegang perutnya yang sakit secara Refleks langsung menggenggam tangan Areno untuk menahannya pergi.
Areno menatap dingin Arani yang sedang menempelkan pipinya di meja.
"Apa?"
"Mau kemana?" Tanya Arani dengan pelan.
"Mau ke kantin. Buat apa di sini? Kamu gak mau dengerin aku. Padahal aku ngomong kayak gitu buat kamu juga. Lebih baik aku makan di kantin,"
Arani menarik nafasnya dalam.
"Yaudah aku nitip bubur aja. Aku mau makan,"
Senyum cerah langsung timbul di wajah Areno. Ia mengelus rambut Arani.
"Bener ya? Aku beliin buburnya dan kamu harus makan sampe abis. Oke?"
Dengan pasrah Arani mengangguk pelan. Lalu menutup matanya setelah Areno bergegas menuju kantin.
****** ******
Areno langsung bangun dari Jok motornya saat melihat Arani yang berjalan ke arahnya.
"Kok lama baru keluar?"
Areno mengusap rambut Arani yang tergerai. Ia memperhatikan lamat-lamat wajah Arani.
"Beli obat dulu yuk," Ajaknya seraya memasukkan ke dua tangannya di saku Jaket Bomber yang dipakainya.
"Obat apa?"
"Ya obat Apaan aja yang bisa nyembuhin kamu."
"Aku udah minum obat Maag."
"Itu obat yang biasa kamu minum kalau kambuh?"
Arani mengangguk sekilas lalu menaiki motor Areno.
Ia menatap cowoknya yang masih berdiri di sampingnya.
"Ayo pulang,"
"Masih sakit?" Tanya Areno tanpa mendengar ajakan Arani barusan.
"Udah enggak terlalu kok,"
"Perlu gak sih kalau aku beliin kamu obat Amara ?"
Arani Menepuk Pundak tegap Areno dengan sebal.
Maksudnya apa Arani disuruh minum obat penambah nafsu makan? Memang nya Arani punya penyakit Gizi buruk?
"Emangnya aku bocah?" Sungut Arani.
Cukup semasa kecil saja ia di paksa minum obat penambah nafsu makan oleh mamanya. Di usia ke 17 tahun ini ia tak ingin lagi kenal dengan segala macam obat yang bisa menambah berat badan itu.
Walaupun sebenarnya obat itu tidak ada efeknya sama sekali di tubuh Arani, tapi tetap saja mamanya tak pernah absen untuk memaksanya.
"Lagian Aku heran sama kamu. Kenapa sih sering banget telat makan? Karena gak nafsu kan? Makanya sekarang kita beli obat yang ada efek Amara nya. Biar kamu selalu nafsu kalau makan, Biar kamu gak pernah telat makan lagi. Jadi badan kamu gak Ceking kayak gini,"
Arani melotot marah pada Areno yang baru saja berbicara dengan cepat untuk memarahinya.
" Bukan karena gak nafsu. Tapi emang dari sananya kayak begini. Mau di apain lagi? Emang badan aku ditakdirin gak bisa gemuk kali,"
Arani mengangkat bahunya pasrah. Lalu mengisyaratkan Areno agar naik ke atas motornya.
"Beli Curcuma Plus aja mau gak?"
"ARENO IHHH!!"
Dengan membabi buta Arani memukul punggung Areno yang sudah naik di atas motor.
Yang dipukul hanya tertawa keras tanpa merasa kesakitan.
"Aku udah puas ya minum itu waktu kecil. Gak mau lagi minum itu satu tetes pun!"
Areno menatap Cewek yang ada di belakangnya.
"Kamu ngaca dong! Badan kamu tuh udah kayak Triplek tau gak? Rata gak ada lemaknya."
Arani makin dibuat berang oleh pacarnya. Areno membandingkannya dengan Triplek? Tidak ada yang lebih bagus lagi?
"Biarin kurus yang penting sehat," Ucap Arani dengan percaya diri seraya menjulurkan lidahnya meledek Areno.
Areno berdecak lalu kembali menghadap ke depan dan memutar kunci motornya.
"Pokoknya aku gak mau kamu kurus terus. Kamu harus gemuk kalau pacaran sama aku. Berhubung dengan Obat penambah nafsu makan Kamu gak mau. Cara satu-satunya yang harus aku lakuin adalah buat kamu bahagia,"
******
Amara --> Penambah nafsu makan