Mencintai Pacar Ibuku

Hingga saat itu membuat hati Rosa selalu merasa berdebar dengan kedatangan Fabian yang selalu tampil menawan hati, mata Rosa tak bisa lepas begitu saja bila melihat Fabian yang selalu membuat dirinya bergetar.

Hingga di umur Rosa yang menginjak usia 17 tahun kini ternyata dirinya menyadari kalau mulai tumbuh benih rasa yang kini menjadi cinta dan nyata.

Meski saat ini Rosa merasakan rasa di dalam dada tapi, Rosa tak pernah tahu dengan perasaan dari Fabian kepada dirinya.

"Kok Om Fabian tahu aku ulangtahun?" Tanya Rosa.

"Tahu dong, tahu dari Bu Dian"

"Oh"

"Kamu sekarang sudah dewasa tapi?"

"Tapi apa?" Tanya Rosa.

"Om belum nikah juga gak terasa ya? Sudah tua" kata Fabian.

Seketika Rosa pun tesenyum simpul mendengar ucapan dari Fabian. Seketika Fabian pun memberikan sebuah hadiah yang saat itu Rosa buka adalah sebuah boneka kecil.

"Terimakasih untuk kadonya" kata Rosa.

"Sama sama" jawab Fabian.

"Kalau om merasa butuh seorang wanita untuk menikah pilih lah satu wanita yang memang bisa di jadikan orang yang om cinta" kata Rosa.

"Om pasti akan memilihnya satu, tapi ada perasaan menggantung yang saat ini om rasakan" kata Fabian.

"Apa?"

"Entahlah ada seorang wanita yang selalu hadir dalam mimpi tapi om sendiri tidak tahu dia siapa?" Kata Fabian.

Seketika Rosa pun diam seribu bahasa saat itu, tak bisa berkata. Mungkin kah Fabian memiliki wanita idaman lain selama ini hingga dirinya tak kunjung menikah.

Tapi setiap mengatakan wanita lain yang Fabian ceritakan sungguh membuat Rosa tak mampu menerima sama sekali siapapun itu.

Rosa tak mampu jika pria yang Rosa anggap baik ternyata memiliki wanita lain, meski dari umur dan status Fabian lebih cocok menjadi Ayah dari Rosa. Tapi Rosa merasa pria yang baik, pria yang memiliki segalanya, pria yang berkarismatik dan sangat baik adalah Fabian yang mampu memberikan kebahagiaan kecil dan besar tanpa celah.

"Om fabian tahu gak?" Ucap Rosa kepada Fabian.

"Apa?" Tanya Fabian tesenyum kecil.

"Om Fabian itu kebahagiaan kecil yang di susun menjadi besar dan berarti"

"Waaahh kata kata yang bagus" kata Fabian tesenyum.

"Selama ini aku tak punya ayah tak punya cinta, tak punya masa lalu" kata Rosa.

"Tapi masih punya masa depan kan" kata Fabian.

"Tapi aku tak tahu aku lahir dari rahim siapa? Dari mana aku berasal dan siapa ayah dan juga ibuku" kata Rosa.

"Kamu dan aku adalah sama" jelas Fabian tesenyum dan lalu menunduk tersenyum kecil.

"Kamu tahu?" Ucap Fabian lagi.

"Apa?" Tanya Rosa.

"Aku dan kamu sama sama tak mengenal siapa masalalu kita"

"Bagaimana om maksudnya?" Tanya Rosa.

"Jika kamu tak tahu dari mana dirimu ada dan siapa ayah dan ibu mu. Aku pun juga tak tahu bagaimana masa lalu ku, aku punya masa lalu yang belum selesai tapi aku sendiri tak tahu itu apa. Aku dulu pernah mengalami amnesia dan seperti nya itu permanen, tujuh belas tahun aku tidak tahu ada yang mengganjal dalam hidup ku. Ada dalam hati yang menggantung membuat aku harus setia pada sesuatu yang itu apa. membuat om bingung sendiri dan Kamu tahu... Hingga sampai saat ini aku merasa aku harus setia" kata Fabian.

"Setia pada apa atau siapa?"tanya Rosa.

"Entahlah, aku tak tahu. Ada sesuatu yang harus aku pertahankan"

"Apa itu cinta?"

"Hahhaha mungkin iya mungkin tidak tapi itu terasa dalam dan entahlah itu jelasnya apa. Aku harap aku dapat menemukan masalalu itu agar aku bisa menjalani semuanya lebih baik tanpa beban lupa yang entah apa itu" kata Fabian.

"Jika om merasa terbebani karena om lupa pada masalalu, beda hal padaku yang hadir karena di lupakan. Kita hadir dengan sebuah kata yaitu lupa. Bagaimana kalau om melupakan masa lalu dan ke jalan masa depan yang lebih indah" kata Rosa yang merasa jika Rosa sesuatu yang memang layak untuk dijadikan kekasih. "Mungkin om bisa memilih yang mudah saja untuk dijadikan istri tanpa mengingat masa lalu yang gelap"

"Tidak, masa depan adalah awal dari masa lalu. Kalau aku berpikiran sesimpel itu sama saja aku menghianti diriku sendiri bagaimana kalau ternyata masa lalu ku tak kalah penting dengan masa depan ku" kata Fabian.

Seketika Rosa pun menunduk seolah tak terima dengan Fabian yang terus saja memilih single karena merasa masa lalunya penting.

"Masa lalu itu seperti sebuah misteri dan tak harus di ingat" kata Rosa.

"Rosa tak seperti itu, seperti hal nya dirimu yang tak bisa menghapus darah dalam tubuh mu. Tak bisa menghapus DNA dalam hidup mu, dan tak bisa menghapus nama ibu kandung mu sekali pun kamu tahu bahwa mungkin ibu mu tak menginginkan mu. Tak bisa di hapus begitu saja, aku harus tahu masa lalu seperti apa yang aku pernah jalani hingga aku sendiri seperti orang yang kehilangan arah"

Rosa pun terdiam yang merasa jika hati Fabian sulit untuk di selami karena ternyata Fabian masih penasaran dengan masa lalu yang dulu ia jalani.

Rosa pun hanya bisa pasrah dan memejamkan mata berharap suatu saat jika Fabian menyadari bahwa ada orang yang mencintai dirinya secara diam diam. Dan merasakan cinta yang sama seperti dirinya.