Pitung yang merupakan Wibu garis keras sedang menonton Anime baru di Bioskop, tiba-tiba tersedak Popcorn saat pemutaran film baru dimulai.
Pitung tewas tanpa ada penonton yang mengetahuinya dan jiwanya bertransmigrasi ke tubuh Raja Iblis yang sedang sekarat.
“Eh... kenapa Aku menjadi Raja Iblis Zagralaas!” Pitung berteriak histeris.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bang Regar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kota Trovine
“Tolong Bosss!”
“Tidakkkk!”
“Ampuni aku tuan!”
Beberapa saat kemudian, suara jeritan dan teriakan anggota bandit langsung menghilang sehingga Bos Bandit sangat ketakutan. Dia memacu kudanya tanpa menoleh ke belakang, satu-satunya keinginannya hanya kabur sejauh mungkin——bahkan ia yang tak pernah berdo'a pada Dewi Cahaya kini memohon pada-Nya untuk menolongnya.
Pitung menunggangi salah satu Kuda milik bandit dan menuruni bukit mengejar Bos bandit. Samar-samar di bawah cahaya bintang terlihat kuda dan punggung bandit yang akan mencapai lereng bukit.
Pitung tak mungkin membiarkannya kabur begitu saja karena tak ingin hadiah dari Demon King System menjadi hangus bila gagal menuntaskan misi tersebut.
Dia berdiri di atas punggung Kuda, tetapi kakinya langsung terpeleset. “Sial!” gerutunya sembari mengayunkan Pedang Hell Of Darkness ke arah depan.
“Demonic Sword Art!”
Aura Pedang (Ledakan Mana yang keluar dari bilah Pedang berbentuk bulan sabit) melesat ke arah lereng bukit, kepada kuda yang ia tunggangi terbelah——sehingga tubuh Kuda menimpa Pitung yang terjatuh lebih dulu.
“Aaaaaaa! Sakit! Sakit!” keluh Pitung sembari berusaha keluar dari himpitan tubuh kuda.
[Selamat Anda berhasil menyelesaikan misi dan mendapatkan hadiah 10 Poin dan 10 Mana.] Tiba-tiba Panel Sistem muncul di hadapan wajah Pitung yang menandakan serangan serampangannya berhasil mengenai Bos bandit.
Pitung tersenyum bahagia walaupun tubuhnya masih terasa sakit. Dia memperhatikan Panel Sistem dan langsung mengerutkan keningnya karena jumlah Mana miliknya malah berkurang 20 sementara hadiah dari Demon King System hanya 10 Mana saja, sehingga kini jumlahnya Mana miliknya tinggal 100 saja.
Namun, ia tetap senang karena mendapatkan pengalaman bertarung melawan musuh tanpa bantuan dari Netla Durand.
Pitung mengepal tangannya dan merasa dirinya masih terlalu lemah walaupun telah berlevel 14. Dia harus bertambah kuat lagi agar bisa melawan Pahlawan Nistenia dan Raja Iblis Eblirt nantinya.
“Oh, ya... aku akan mengumpulkan Tas Sihir mereka, para bandit ini pasti memiliki banyak harta!” Sudut bibir Pitung memancarkan seringai tipis dan langsung bergegas mendekati tubuh bos bandit yang terbelah dua.
Pitung kembali merasa mual pada perutnya dan memuntahkan isi ubi rebus yang ia makan tadi.
Dengan tubuh gemetar, Pitung mengambil Tas Sihir Bos bandit dan segera kembali ke perapian dengan berjalan terhuyung-huyung karena terus memuntahkan isi perutnya.
Netla Durand yang bersembunyi di kegelapan tersenyum menatap tuannya itu dan kembali ke perapian lebih dulu. Dia berpura-pura tidur dan segera bangun setelah Pitung terlelap tidur di sebelahnya.
“Semoga tuan menjadi kuat seperti dulu dan mengambil kembali apa yang seharusnya kamu miliki dulu!” gumam Netla Durand sembari merapalkan mantera Sihir Penyembuhan untuk menghilangkan luka-luka ringan di tubuh Pitung.
...***...
Sinar matahari pagi menyengat wajah Pitung dan ia langsung terkejut melihat Netla Durand ternyata menjadikan lengannya sebagai bantal sehingga ia merasa tangannya mati rasa serta sulit digerakkan.
“Tuan Penyihir sudah bangun, ayo kita sarapan sup panas ini!” Petani tersebut menyodorkan mangkuk berisi Sup. “Aku mengambil bagian kaki Kuda yang terbunuh itu!” Dia menunjuk Kuda milik Jo yang ditebas oleh Pitung tadi malam, tetapi tubuh Jo sudah tak terlihat lagi.
Pitung yakin Petani ini memakamkan mayat para bandit, sedangkan kudanya dibiarkan saja tergeletak dan itu akan menjadi makanan binatang buas. Dia tidak berani membawanya karena takut diinterogasi oleh bawahan Lord Voldemort, apalagi itu mungkin kuda-kuda curian dan ia tidak mau membawa masalah bila mengambilnya.
“Hmm, enak sekali Paman! Kalau ditambah sedikit kecap manis pasti tambah enak nih!” kata Pitung sembari meminta tambah lagi karena tadi malam perutnya telah kosong akibat muntah-muntah setelah membunuh Manusia untuk pertama kalinya.
“Apa itu Kecap Manis?“ tanya Netla Durand keheranan.
“Campuran yang diolah dari kacang kedelai dan gula aren untuk menambahkan cita rasa manis pada makanan,” sahut Pitung. “Kalau saja aku jago memasak maka aku akan memamerkan masakan Bumi pada penduduk di Dunia ini,” katanya dalam hati. Namun, di Bumi Pitung selalu makan di Warteg dan rumah makan Padang saja, hanya sesekali mencicipi restoran mewah serta makanan khas dari daerah lainnya.
“Oh, ide yang bagus... aku akan mencoba membuatnya saat kembali ke Desa nanti!” sahut Petani itu sembari mengemas periuknya serta mangkuk dan gelas ke dalam gerobak kereta Kuda. “Kalau tak ada kendala apapun di jalan maka kita mencapai Jam Dua pada menara Jam di Kuil Cahaya Kota Trovine!”
Pitung tak menyangka di Dunia Nistenia ini ternyata sudah ada Jam atau sistem waktu.
Tak ada kendala apapun dalam perjalanan mereka dan Pitung langsung kagum begitu melihat tembok tinggi yang mengelilingi Kota Trovine. Itu sangat mirip dengan latar Kota fantasi abad pertengahan di film Anime Isekai.
Pitung dan Netla Durand melompat turun dari atap kereta kuda sebelum mendekati gerbang masuk Kota Trovine yang dijaga oleh Kesatria Sihir bawahan Lord Voldemort, pemimpin Kota Trovine.
Hal yang pertama yang mereka lakukan adalah mencari Guild Petualang untuk mendapatkan lisensi sebagai Kesatria Sihir dan Penyihir serta tanda pengenal untuk mereka dari Guild Petualang tersebut agar bisa menghasilkan uang.
Kota Trovine ini akan menjadi batu pijakan Pitung untuk menjadi Kesatria Sihir dan berencana akan tinggal lebih lama di sini, karena tempat ini sangat jauh dari ibukota Kerajaan Kinearus sehingga ia tidak akan bertemu dengan Pahlawan Nistenia dan para Inkuisitor yang kemungkinan mengetahui identitas aslinya walaupun Netla Durand membuatkan Sihir penyamaran padanya.
“Kota Trovine ini sangat ramai sekali! Sangat jauh berbeda dengan Desa-desa yang kita lalui tadi. Mungkin Ibukota Kerajaan jauh lebih mewah lagi!” Pitung menatap Jam dinding besar di Kuil Cahaya, Kota Trovine.
“Bolehkah aku bertanya tuan, Guild Petualang mana yang paling besar di Kota Trovine?” tanya Netla Durand pada Pria yang membawa Pedang besar di punggungnya.
Pria itu menatap Netla Durand dan wajahnya langsung memerah. Dia tersenyum hangat dan berkata, “Ada Dua Guild Petualang besar di sini dan Lima Guild Petualang lokal.”
“Skip saja Guild Petualang Lokal! Kami ingin mendaftar Guild Petualang besar karena tujuan kami bukan hanya berpetualang di Kota Trovine ini. Kami ingin berkeliling Dunia dan menaklukkan Iblis!” sahut Pitung berkata bangga padahal ia adalah mantan Raja Iblis yang sangat dibenci oleh Manusia.
Pria itu mengabaikan ucapan Pitung dan hanya menatap Netla Durand saja. “Nomor satu adalah Guild kami, Guild Cahaya Keadilan yang merupakan Guild milik Kuil Cahaya dan kedua adalah Guild Meteor milik Kerajaan. Aku sarankan kalian masuk Guild Cahaya Keadilan saja karena lebih nyaman dari pada ....” Dia menoleh ke kanan dan ke kiri dan berbisik, “Guild Meteor banyak diisi keluarga Bangsawan yang sangat sombong dan sok berkuasa!”
Netla Durand menaruh tangan kanannya di dada dan membungkukkan sedikit wajahnya. “Terimakasih tuan, kami akan berpikir lebih dulu sebelum memutuskan ke Guild Petualang mana akan mendaftar!”
Pria itu melambaikan tangan dan segera pergi sembari tersenyum. “Iya, jangan asal pilih dan aku menantikan berpetualang bersamamu menaklukkan Labirin!” sahutnya.