Cerita ini adalah kelanjutan dari Reinkarnasi Dewa Pedang Abadi.
Perjalanan seorang dewa pedang untuk mengembalikan kekuatannya yang telah mengguncang dua benua.
Di tengah upaya itu, Cang Yan juga memikul satu tujuan besar: menghentikan era kekacauan yang telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu, sebuah era gelap yang pada awalnya diciptakan oleh perang besar yang menghancurkan keseimbangan dunia. Demi menebus kesalahan masa lalu dan mengubah nasib umat manusia, ia kembali melangkah ke medan takdir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nugraha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 : Menuju Hutan Seribu Bayangan
Wanita itu mengangguk kecil, tampak semakin gugup di bawah tatapan Cang Yan. "Aku tahu risikonya Senior. Maaf, tapi aku butuh bantuan senior." katanya pelan
"Kenapa kamu tidak mengajak orang lain saja malah mengajak ku?"
Wanita itu menundukan kepalanya, bingung harus menjawab apa.
"Mereka selalu memanfaatkan kesempatan dalam kesusahan orang lain."
"Apa maksud mu.? Aku tidak mengerti."
Wanita itu langsung menundukan kepalanya lagi, wajahnya seketika memerah di balik tudung hitamnya.
Cang Yan memiringkan kepalanya, mengamati wanita itu dengan penuh minat.
"Ouh aku tau, mungkin yang kamu maksud..."
"Bukan, bukan itu maksud aku..." wanita itu langsung menyela perkataan Cang Yan.
"Kalo aku sama seperti mereka, yang memanfaatkan kesusahan orang lain, apakah kamu masih mau memilihku?"
Wanita itu bingung harus berkata apa lagi.
"Kalo sudah tidak ada pilihan lagi, ya mau bagaimana lagi. Inti itu adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan keluargaku."
"Oh? untuk menyelamatkan keluargamu?"
Wanita itu menggenggam kedua tangannya erat-erat, berusaha menahan emosi yang hampir meluap. "Iya, Ayahku terkena racun mematikan, dan satu-satunya penawar yang bisa menyembuhkannya adalah inti dari monster itu. Jika aku tidak mendapatkannya, Ayah..." Ia berhenti berkata, kemudian menggigit bibirnya lagi sebelum melanjutkan. "Ia tidak akan bertahan lebih lama lagi."
Cang Yan terdiam sejenak dan menatap wanita itu dengan tatapan serius. Dalam hatinya ia terkejut, "Kau tahu di mana monster itu berada?"
Wanita itu mengangguk perlahan dengan sedikit kegembiraan. "Di dalam Hutan Seribu Bayangan, Tapi aku tidak bisa menghadapi monster itu sendirian."
Cang Yan mendengus pelan, kemudian menyilangkan lengannya. "Emang kau pikir aku yang kebetulan lewat sini bisa menghadapinya? Harus kuakui, itu ide yang cukup berani."
Wanita itu terlihat semakin malu, "Aku tidak punya pilihan lain senior, Jika senior tidak mau membantu, baiklah, aku akan mencobanya sendiri," katanya dengan suara pelan.
"Kau benar-benar tahu cara membuat seseorang merasa bersalah ya?" katanya dengan nada sedikit kesal.
"Baiklah, aku akan membantumu. Tapi jangan menyesal jika kita mati di tengah jalan."
Wanita itu menatapnya dengan mata berbinar, meski ia mencoba menyembunyikan perasaan lega di balik ekspresinya yang tenang. "Aku tidak akan menyesal senior, Terima kasih"
"Sial, kata kata ku selalu dibalikan olehnya." bisik Cang Yan dalam hatinya.
Sementara di dalam pedang Huang Ming Jian, Huang Long tersenyum geli melihat Tuan nya.
Cang Yan kemudian berjalan di depan dengan langkah santai. Di belakangnya wanita itu mengikuti dengan jarak beberapa meter, kelihatan tampak ragu-ragu untuk berbicara. Di antara mereka, hanya suara langkah kaki di jalan berbatu yang terdengar.
"Jadi, kau tidak akan memberitahuku namamu?" tanya Cang Yan akhirnya memecah keheningan.
Wanita itu tersentak, seolah terkejut dengan pertanyaannya. "Aku... Namaku Xue Er," jawabnya pelan sambil menundukkan kepalanya sedikit.
"Xue Er, Nama yang indah. Apakah kau seorang kultivator yang menguasai elemen salju?"
Xue Er mengangkat wajahnya, tatapannya tercengang mendengar pertanyaan itu. "Apa maksud senior?"
"Ouh tidak..."
Cang Yan tersenyum tipis tidak melanjutkan pertanyaannya, sekarang pandangannya tertuju lagi ke jalan di depannya.
"Kau sangat berani sekali mencari inti monster tingkat empat dengan kultivasimu saat ini.."
Xue Er terdiam sejenak, jemarinya yang sedikit gelisah merapikan ujung kerudung yang menutupi wajahnya. "Aku tahu itu seperti tindakan bodoh. Tapi aku tidak punya pilihan lain Senior."
"Pilihan?" Cang Yan berhenti sejenak dan berbalik menatap Xue Er dengan alis terangkat.
"Setiap orang selalu punya pilihan. Bahkan memilih untuk tidak melakukan apa pun adalah sebuah pilihan."
"Kalau begitu, aku memilih untuk tidak menyerah." kata Xue Er jawabnya.
Cang Yan memandangnya beberapa detik lebih lama, matanya menatap mata Xue Er seolah ingin membaca isi hatinya. Akhirnya, dia berbalik lagi dan melanjutkan perjalanan. "hmm, kamu sangat pintar ya menjawab pertanyaan orang..."
Setelah itu akhirnya mereka berjalan dalam keheningan, hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar di atas jalan berbatu yang perlahan berubah menjadi tanah keras. Semak belukar mulai bermunculan di sisi jalan, sementara angin dingin bertiup membawa aroma lembap hutan yang semakin dekat.
Setelah beberapa waktu diam, Cang Yan menoleh ke belakang melihat Xue Er yang tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri. "Hei."
Xue Er tersentak kecil dan mengangkat wajahnya tampak sedikit terkejut. "Ada apa senior?"
"Kenapa kau memilihku?" tanya Cang Yan dengan rasa ingin tahu. "Padahal di luar sana masih banyak kultivator yang jauh lebih kuat daripada diriku."
Xue Er tersenyum kecil, "Aku tidak tahu siapa lagi yang bisa kumintai bantuan."
"Jadi aku pilihan terakhir." Cang Yan menghela napas panjang, memasang ekspresi pura-pura kecewa.
Xue Er menundukkan wajahnya, tetapi senyum tipis terlukis di sudut bibirnya.
Langit mulai berwarna jingga keemasan saat matahari perlahan tenggelam di ufuk barat. Mereka berhenti di dekat sebuah pohon besar di sisi jalan untuk beristirahat. Xue Er duduk di atas akar pohon yang mencuat dari tanah, sementara Cang Yan berdiri diam memandang ke arah hutan yang tampak suram namun penuh misteri di depan mereka.
"Apa Hutan Seribu Bayangan ada di depan sana?" tanya Cang Yan sambil melirik ke arah hutan gelap yang menjulang di kejauhan.
Xue Er mengangguk pelan. "Ya, dari informasi yang kudapat, hutan itu memang berada di depan."
"Jadi kau sendiri bahkan belum yakin di mana lokasi pasti Hutan Seribu Bayangan?" tanyanya dengan nada heran.
Xue Er tersenyum malu di balik kerudungnya, menyembunyikan wajah yang mulai memerah. "Iya senior, Aku hanya mengikuti petunjuk yang diberikan."
Cang Yan memutar matanya lalu menghela napas pelan. "Apa yang membuatmu begitu yakin bahwa inti monster Laba-Laba Putih itu bisa menyembuhkan ayahmu dari racun?"
Xue Er terdiam, matanya memandang tanah seolah tengah mencari jawaban yang tepat. Setelah beberapa saat dia berkata dengan suara pelan,
"Ayahku punya seorang teman yang merupakan ahli racun. Dia bilang satu-satunya penawar untuk racun itu adalah inti monster dari Laba-Laba Putih yang hanya ada di Hutan Seribu Bayangan."
Cang Yan memandangi wanita itu, matanya sedikit menyipit mencoba membaca keteguhan hati gadis itu. "Kau sungguh nekat. Kalau informasi itu salah, perjalanan ini hanya akan membuang waktu dan mungkin nyawamu."
Setelah beristirahat semalam, mereka melanjutkan perjalanan menuju hutan. Pohon-pohon rindang berbaris di sepanjang jalan menciptakan bayangan gelap yang menyelimuti tanah. Cang Yan dan Xue Er sengaja tidak menggunakan jalur udara untuk menghindari bahaya yang mungkin mengintai di langit.
Saat mereka mendekati Hutan Seribu Bayangan, pemandangannya berubah semakin mencekam. Pohon-pohon besar dengan akar yang mencuat dari tanah seolah membentuk dinding alami, dan hawa dingin yang tidak wajar menyelimuti udara. Bahkan di area luar, aura gelap dari hutan itu terasa begitu menakutkan, membuat siapa pun yang mendekat merasa terintimidasi.
Tiba-tiba, suara Huang Long bergema di benak Cang Yan. "Tuan, aura kegelapan di hutan ini sangat kuat. Apa Anda yakin ingin memasuki tempat ini dengan kultivasi Anda saat ini?" tanyanya dengan nada khawatir.
Cang Yan berhenti sejenak, menatap ke arah hutan lebat di depannya. "Aku tidak mungkin mundur sekarang Huang Long. Jika aku mundur gadis ini mungkin akan sangat kecewa padaku. Lagipula, aku sebagai laki laki tidak boleh mengingkari janjinya. Selain itu juga, aku penasaran apakah benar inti monster Laba-Laba Putih bisa menyembuhkan racun seperti yang dia katakan," jawabnya dengan suara tenang namun tegas.
Huang Long menghela napas panjang dalam pikirannya. "Baiklah Tuan. Tapi berhati-hatilah. Aku memiliki firasat bahwa di dalam hutan ini tidak hanya ada binatang buas tingkat empat. Mungkin ada yang jauh lebih kuat."
Cang Yan tersenyum tipis, "Kau berbicara seolah-olah aku ini kultivator yang baru saja berkultivasi Huang Long. Aku sudah hidup lebih dari tiga ratus tahun. Aku tahu apa yang harus kulakukan."
Di sampingnya, Xue Er melirik ke arah Cang Yan dengan tatapan sedikit heran. Wajah pria itu terlihat serius beberapa saat lalu, tetapi sekarang dia tersenyum senyum sendiri.
"Senior, Apakah Anda baik-baik saja?" tanya Xue Er dengan nada ragu.
Cang Yan tersadar dari percakapannya dengan Huang Long dan menoleh ke arah wanita itu. "Hm? Ah, tidak apa-apa. Ayo kita teruskan perjalanannya."
Mereka akhirnya melangkah maju dan masuk lebih dalam ke dalam kegelapan yang semakin pekat. Setiap langkah membawa mereka lebih dekat ke inti Hutan Seribu Bayangan.