📢📢SELAMAT DATANG DI AREA HAHA HIHI 🤣🤣
Freya, gadis penurut dan berbakti harus mengikuti keinginan orang tuanya. Mama Ratna yang sangat suka membaca novel online, otaknya sudah tercemar oleh novel-novel yang telah ia baca. Hingga akhirnya ja menjodohkan putrinya dengan salah satu putra teman online yang ia kenal lewat grup chat (GC) novel kesayangannya. Dia berharap kehidupan anak-anak mereka berakhir bahagia seperti novel yang ia baca.
"Mencintaiku tak sesulit mengerjakan PR matematika, tak perlu perhitungan cukup bilang saranghae." Freyanisa Fransisca.
"Cinta bukan perhitungan tapi logika. Dan logikaku belum bisa berkata saranghae." Arkana Rahardian.
Akankah kisah mereka berakhir bahagia seperti novel yang dibaca orang tuanya?
happy reading jangan lupa like, komen dan favoritkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Net Profit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengejar tanpa hasil
Karena Papanya yang berangkat sangat pagi membuat Freya kepagian datang ke sekolah. Bangunan yang kurang dari dua bulan lagi akan ia tinggalkan terlihat begitu sepi, hanya ada Pak Satpam yang sudah standby di posnya. "Pagi Pak." Sapa Freya sambil berjalan pelan menuju kelasnya.
Di kelas belum ada siapa-siapa, gadis itu melepaskan tas yang ia gendong dan meletakannya di meja. Merogoh hp dari saku bajunya. Membuka kunci ponselnya dan memeriksa WA karena sebelum beranhkat tadi dirinya mengirim pesan terlebih dahulu pada Arka.
"Bang Ar aku sekolah dulu yah." Freya
"Iya sana belajar biar pinter." Arka
"Wah beneran nih sekarang chat gue di bales sama Bang Ar." Senyumnya terbit dan menghiasi wajahnya seraya membaca balasan dari calon suaminya. Meskipun hanya chat basa basi tanpa rasa di dalamnya. Tapi setidaknya sudah ada kemajuan untuk hubungan mereka.
Freya meletakan hp nya dan beralih melihat cincin yang melingkar di jari manis tangan kirinya. Dipegangnya cincin itu sambil tersenyum merem melek gemas mengingat penampilan memalukannya tadi malam. Masih tak percaya dirinya kini sudah terikat dengan calon patner hidupnya.
Meski belum ada rasa pada Arka tapi Freya berusaha untuk menerima perjodohan ini dengan baik. Baginya asal Arka memperlakukannya dengan baik pasti bisa menumbuhkan cinta dihatinya. Bagi Freya mencintai tak sesulit mengerjakan PR matematika yang selama ini menyulitkannya.
"Masih pagi woy udah gila aja lu." Ledek Miya yang baru saja datang. "Gimana semalem si Abang datang ga?" Tanyanya.
Freya menjawab pertanyaan Miya dengan memamerkan cincin di jarinya yang kemudian di pegang oleh Miya. "Beneran nih lu udah jadi calon bini orang?"
"Yoha." Jawab Freya dengan senyum yang masih tak luntur dari wajahnya.
"Lu suka sama si Abang?" Miya heran dengan sikap Freya yang seolah tak tertekan dengan perjodohannya hang mendadak, dengan orang yang sama sekali belum di kenalnya pula.
"Sejauh ini belum. Tapi orangnya ganteng, baik juga. Jadi ngga ada alasan buat nolak. Apalagi itu rekomendasi dari mama."
"Terus gimana sama Ardi? dia udah nunggu lu dari kelas sepuluh?"
Freya membuang nafasnya kasar huh. Tak tau juga harus bagaimana menyikapi Ardi yang dengan setia menunggunya. Bahkan Ardi yang termasuk ke jajaran lelaki dengan ketampanan diatas rata-rata itu berulang kali menolak dan mengabaikan gadis-gadis yang mendekatinya.
Kelas mulai ramai oleh siswa siswi yang berdatangan, Miya dan Freya memutuskan untuk beranjak dari duduknya dan dengan malas menuju lapangan untuk upacara.
Selama upacara berlangsung Miya tak henti-hentinya berbicara menanyakan ini itu terkait pertunangan Freya tadi malam hingga membuat barisan kelas mereka mendapat hukuman karena berisik selama upacara. Satu kelas itu diberi hukuman hormat bendera selama satu jam pelajaran.
"Gila Fre auto jadi ikan asin gue di jemur begini. Kalian yang brisik, satu kelas kena imbasnya."
"Haduh ini matahari level panasnya bisa diturunin dikit kaga ya, panas banget yaelah."
"Ya kali AC bisa diatur suhunya. Gebleg banget dah lu."
Berbagai ocehan meluncur bebas dari barisan anak-anak yang tengah menikmati hukuman mereka.
Setelah satu jam berlalu mereka semua diperbolehkan masuk kelas setelah di beri pengarahan oleh guru.
Saat jam istirahat tiba seperti biasa mereka menghabiskan waktu di kantin, menyantap berbagai hidangan yang tersedia di sana.
"Cie elah diliatin mulu tuh cincin Fre." Ucap Miya.
"Gimana yah berasa aneh aja gue make beginian. Tapi bagus juga hehehe."
"Eh jadi gimana aja semalem, ceritain ke gue."
Freya pun menceritakan acara pertunangannya yang konyol dengan menggunakan stelan tidurnya.
"Jadi si Abang datangnya telat terus lu udah ganti stelan tidur lu yang ambyar itu? Untung kaga di pecat jadi calon mantu lu." Ejek Miya.
Ardi yang hendak meninggalkan kantin bersama teman-temannya menghentikan langkahnya, menyuruh temannya untuk kembali ke kelas lebih dulu. Sedangkan dirinya duduk di samping Freya.
"Jadi gimana nih udah cerai belum sama suami yang kemarin? gue udah siap nih jadi suami baru lu" Ledeknya.
"Ih Ardi udah di bilangin kalo gue tuh kaga bakalan cerai sama yang sekarang soalnya udah di restui sama orang tua. Kita juga udah tunangan nih." Freya memperlihatkan cincin yang melingkar di jari manisnya.
"Makin jadi aja lu halunya sekarang, sampe pake cincin segala. Gue yakin nih cincin satu laginya pasti di pake sama Miya nih." Ardi mengalihkan pandangannya pada Miya, gadis yang duduk di hadapan Freya.
Miya hanya menggelengkan kepalanya sambil memperlihatkan jari-jarinya. Tak ada cincin di jari gadis berambut pendek itu.
Suasana mendadak menjadi hening. Freya jadi tak enak hati pada Ardi, lelaki yang selalu memperlakukannya dengan baik. Lelaki yang berulang kali mengungkapkan perasaannya. Meskipun di tolak dengan alasan tak boleh pacaran oleh orang tua bukannya mundur Ardi malah dengan sabar tetap berada di sisinya meskipun dengan status yang tidak jelas. Harapan Ardi hanya satu jika tak bisa mendapatkan Freya di bangku SMK maka dia akan mengejarnya saat kuliah nanti, tak akan ada lagi alasan dilarang pacaran.
Tapi segalanya mendadak berubah, gadis yang selalu ia tunggu dengan sabar selama hampir tiga tahun malah sudah bertunangan. Semua ucapan Freya yang ia anggap hanya bagian dari kegilaannya pada idol korea ternyata salah.
"Maafin gue Ardi. Bukannya gue ngga suka sama lu. Lu tau sendiri selama ini gue nyaman bareng lu. Tapi mau gimana lagi orang tua gue udah milihin jodoh buat gue. Dan lu kenal gue dengan baik, gue ngga mungkin bisa nolak permintaan orang tua gue." Ucap Freya.
Ardi menguatkan hatinya dan berusaha sebisa mungkin terlihat biasa saja. "Gue ngga apa-apa. Asal lu bahagia. Bukankah tingkat tertinggi mencintai adalah saat kita ikhlas melepas orang yang kita cintai untuk bahagia? Asal lu bahagia gue juga bahagia. Yang perlu lu inget gue adalah orang pertama yang akan menghajar tunangan lu kalo sampe dia buat lu nangis. Pokoknya kalo ada apa-apa lu bilang sama gue" Ucap Ardi menghadap Freya sambil memegang kedua bahu gadis itu.
"Makasih Ardi. Lu teman terbaik gue." Ucap Freya sambil terisak menahan tangisnya.
Ardi menghapus air mata yang membasahi pipi Freya. "Udah jangan nangis, lu jadi jelek kalo nangis."
Freya merapikan poninya yang sedikit berantakan. "Makasih Ardi."
Ardi beranjak dari duduknya, "Bentar lagi bel, gue ke kelas duluan." Ardi mempercepat langkahnya meninggalkan Freya dan Miya. Ada sakit yang begitu dalam menghujam hatinya, menyesakkan. "Begini rasanya berjuang tanpa hasil." Gumamnya dalam hati.
.
.
.
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMENTARNYA.
FAVORITKAN JUGA KALO KAMU SUKA SAMA CERITA INI.
ga bisa berkata-kata deh gue.