"Sssssttt, sssssttt ahh, ahh,aaahh...Aaaahhhk."
Aku terbangun saat waktu sudah menunjukkan pukul 23:25. Sebab Mas Saka tidak ada di sebelahku. Ntah kemana dia, aku tidak tahu. Baru saja aku akan melangkah menuju keluar, namun aku mendengar suara aneh dari kamar mama, yang aku dengar seperti suara desahan dan lenguhan panjang.
Aku sampai bergidik ngeri mendengarnya, suara apakah itu? Aku tidak tahu pasti itu suara apa? Namun aku menebak, itu seperti suara orang yang sedang berhubungan. Apakah mamaku itu sedang menonton film??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SUARA MAMA TERSENDAT-SENDAT
Aku pun mengangguk dan mencium kepalanya.
Sesampai di rumah, Kiara langsung duduk di bawah karpet mahal milik mama. Disana ia mengeluarkan buku gambar yang terdapat ada gambaran tiga orang.
"Bagus sekali gambarnya nak" ucapku yang sangat mengaguminya.
Anakku itu sangat cerdas dan pintar sekali.
"Iya dong ma. Ini PR Ma. Kata bu guru harus di warnai." ucap Kiara sambil mengeluarkan pensil warna dari dalam tas.
"Memang ini gambar apa sih?" tanyaku.
Padahal aku sudah tahu, jika itu adalah gambaran sebuah keluarga.
"Lihat ma! Ini adalah mama. Ini papa, dan ini Kiara di tengah. Bagus gak ma?" ucap Kiara dengan sangat antusias.
"Kan sudah mama katakan. Bagus sekali. Mama bangga sama kamu. Tapi kok, oma tidak ada?" ucapku.
"Kata ibu guru, hanya papa dan mama juga adik saja ma. Tetapi kan Kiara belum punya adik. Jadi ya, hanya mama dan papa serta Kiara saja." ucap putriku itu.
Aku pun mengangguk dan mengelus kepalanya.
"Ya sudah, mama tinggal ganti baju dulu ya." ucapku yang bangkit meninggalkan Kiara.
Aku akan menghubungi mas Saka lebih dulu, sebab takut saja mama dan mas Saka tidak makan di rumah. Percuma saja aku masak jika mas Saka dan mama lembur lagi. Tapi tidaklah mungkin! Sebab ini adalah hari sabtu, tentu mereka hanya setengah hari saja di kantor.
Tut tut tut.
Tiga kali panggilan tidak di angkat. Aku terduduk di atas ranjang. Apakah mas Saka Sesibuk itu? Jika di luar selalu saja tidak pernah mau mengangkat telfon.
Aku beralih menghubungi mama. Siapa tahu saja mama langsung di angkat.
Tut tut tut..
"Hallo Rey, ah.. Rey ada apa Rey?" ucap mamaku di sebrang telfon dengan suara yang tersendat-sendat.
Aku sampai menjauhkan hp ku dari telinga. Sedang apa mamaku itu?
"Eem. Begini ma, Reyna mau masak makan siang, kira-kira mama dan mas Saka pulang jam berapa?" ucapku.
sepertinya mama dan Saka siang tidak pulang. Sebab di gudang pembuatan makanan sedang ada masalah. Ini mama dan Saka sedang menuju kesana. Ah, uh." ucap mamaku.
"Tapi kok suara mama seperti itu?" ucapku yang tidak mengerti mama sedang apa.
"Ini Rey, mama sedang ada di jalan. Jalanan menuju kesana rusak parah, sehingga suara mama menjadi tersendat-sendat. Sudah dulu ya Rey, suamimu sedang menyetir.. " ucap mama Rieta.
Sambungan telfon pun langsung di matikan. Aku terdiam sambil menggenggam hp ku. Aku bingung, apakah mama bohong? Aku menggelengkan kepala. Tidak seharusnya aku curiga dengan mama dan mas Saka. Suamiku sedang bekerja mencari nafkah untuk aku dan Kiara. Tidak sepatutnya aku mencurigai suamiku sendiri.
"Hiks hiks hiks.."
Terdengar suara isakan dari luar. Sepertinya Kiara menangis. Kenapa dengan putriku itu? Aku buru-buru keluar dari kamar dan menuju depan ruang tamu.
"Ya Allah Kiara. Kenapa? Kok nangis?" ucapku yang langsung mengusap air matanya.
Aku juga menatap gambar yang sedang di warnai Kiara sobek.
"Hiks. Lihat maa.. Gambar papa sobek, hiks. Gimana ini ma." ucap Kiara yang semakin menangis.
Aku meraih kertas gambar itu. Dan benar saja, gambar sebuah keluarga itu sobek di bagian papa nya lagi.
Aku pun menenangkan Kiara agar dia tidak menangis
"'Sekarang kia buat yang baru lagi ya.. Dan ingat, saat mewarnai jangan terlalu di tekan. Agar tidak sobek." ucapku sambil membuka kan buku gambar yang baru.
Kiara mengusap air matanya.
"Ya sudah.. Sambil kamu menggambar. Kamu mau mama buatkan apa? Pasti Kiara lapar kan?" ucapku.
Putriku itu mengangguk. "Kiara mau ayam goreng krispi ma.." jawabnya.
Aku pun tersenyum dan langsung bangkit untuk membuatkannya. Karena siang ini mama dan mas Saka tidak pulang, aku pun masak tidak terlalu banyak. Sebab sayang, akan mubazir jika tidak di makan.
Pukul lima sore. Kini mas Saka dan mama baru pulang, aku bersyukur, mama dan mas Saka tidak sampai lembur sampai malam lagi pulangnya.
"Eh Rieta ingat usia, pakaian mu yang benar saja. Masa pulang pergi bersama menantu, tetapi pakaian nya tidak mencontohkan seorang nenek yang baik."
Aku mendengar suara ibu Mira di luar yang sedang berbicara dengan mama.
"Mas, mama mana?" ucapku kepada mas Saka yang sudah masuk lebih dulu.
"Itu di depan. Gihh mamamu suruh masuk, dari pada ribut sama tetangga. Gak enak kan!" ucap mas Saka.
Aku pun langsung melangkah menuju depan.
"Eh Mira. Anda itu tidak usah sirik dengan saya. Dari dulu ya saya begini, mau bagaimana pun saya tetap seperti ini, sudah deh, tidak usah mengurusi hidup orang. Bikin rezeki seret saja." celetuk mama yang aku dengar.
"Iya saya tahu dari dulu kamu seperti itu. Tapi ingat usia dong, apa gak risih di depan memantu berpakaian yang kelihatan dadanya. Ih amit-amit." ucap ibu Mira.
"Udah-udah ma. Ya Allah apa sih ini kok ribut. Lebih baik mama masuk saja sana." ucapku yang menglerai keduanya.
"Itu Mira yang duluan. Tidak ada angin tidak ada hujan kok bicara seenaknya saja. Memangnya saya berpakaian seperti merugikan kamu!! Kan tidak!" ucap mama dan langsung masuk ke dalam.
Aku menatap ibu Mira dengan tidak enak. "Maaf ya ibu Mira, atas ucapan mama barusan." ucapku yang benar-benar sangat tidak enak.
"lya Rey, sebenarnya ibu ini menegur ibumu niatnya baik, tapi jika ibumu seperti itu ya, sudahlah." ucap ibu Mira.
"Terima kasih bu Mira. Sekali lagi saya minta maaf ya." ucapku kepada ibu Mira.
Wanita tengah baya itu pun mengangguk. Aku langsung masuk ke dalam untuk menenangkan mama.
"Rey, besok kamu panggil tukang, dan tutup tembok rumah kita yang berdampingan dengan rumah Mira itu, jadi orang kok julid banget, bikin kesal orang saja." gerutu mama yang ternyata duduk di sofa.
"Ma, tapi apa yang ibu Mira katakan itu benar. Lebih baik mama merapikan cara berpakaian mama itu." ucapku kepada mama.
"Hah. Kamu juga sama nya dengan Mira. Rey, mama itu nyaman dengan pakaian mama yang seperti ini, lagian kan kamu tahu sendiri. Jika dari dulu pakaian mama ya seperti ini, alm papa kamu saja tidak masalah kok." ucap mama yang kesal.
Aku hanya bisa menghembuskan nafas. Mama memang susah di kasih tahu.
"Ingat Rey, besok panggil tukang, untuk menutup tembok samping itu.!" ucap mama dan bangkit berlalu.
Aku menatap mama yang menjauh masuk ke dalam kamarnya. Harus bagaimana lagi agar mama sadar dan mau merubah cara berpakaiannya. Selalu saja waktunya tidak pas. Padahal aku ingin menanyakan tentang celana dalam mas Saka yang aku temukan di kamar mama.
msh mndg pelakornya org lain itupun msh atur waktu buat ketemu sesekali lha ini serumah bhkn istri sah mlh sdh d hlngkn perannya. gila memang moga2 kecelakaan gancet kek