NovelToon NovelToon
Terjerat Pesona Ustadz Tampan

Terjerat Pesona Ustadz Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Anak Genius / Aliansi Pernikahan / Anak Kembar / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Tak ada angin, tak ada hujan tiba-tiba, dari balik kerumunan jemaah masjid yang baru saja menyimak tausiyah dzuhur, muncullah seorang gadis berwajah bening dengan sorot mata sekuat badai.

Di hadapan ratusan pasang mata, ia berdiri tepat di depan sang ustadz muda yang dikenal seantero negeri karena ceramahnya yang menyentuh hati.

"Aku ingin menikah denganmu, Ustadz Yassir," ucap Zamara Nurayn Altun, dokter magang berusia dua puluh satu tahun, anak dari keluarga terpandang berdarah Turki-Indonesia.

Seluruh dunia seakan berhenti sejenak. Para jemaah terdiam. Para santri tertegun. Dan sang ustadz hanya terpaku, tak sanggup berkata-kata. Bagaimana bisa, seorang gadis yang tak pernah ia kenal, datang tiba-tiba dengan keyakinan setegas itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 9

Suasana pondok Al Muttaqin pagi itu mendadak keruh. Desas-desus mulai menyebar seperti udara pengap di ruang sempit.

“Astagfirullah, katanya dokter itu pura-pura baik doang, padahal matre,” celetuk seorang santri perempuan di dekat kantin.

“Dia tuh bukan dokter beneran, cuma modal wajah cantik doang biar bisa nikah sama Ustadz Yassir,” timpal temannya sambil menunduk pura-pura malu.

Aisyah berdiri di balik pohon ketapang sambil mendengarkan dan menahan senyum. Dialah dalang semua ini. Diam-diam dia menyebarkan isu murahan demi menjatuhkan reputasi Zamara Nurayn Altun.

“Pokoknya jangan sampai ustadz kita tertipu sama perempuan kayak gitu,” ujar Aisyah saat menyerahkan sejumlah uang ke dua perempuan berkerudung hitam di dekat taman belakang masjid.

“Udah beres semuanya. Tinggal tunggu efeknya aja,” ucap salah satu dari mereka pelan.

“Bagus. Biar semua tahu siapa Zamara sebenarnya,” imbuh Aisyah dengan mata menyipit tajam.

Namun, Zamara tak bergeming. Dia mendengar semuanya. Fitnah yang bertebaran dari mulut ke mulut tidak mengguncang sedikit pun keyakinannya.

“Biar mereka ngomong apa aja. Aku percaya sama Yassir,” ucap Zamara pelan saat duduk berdua bersama Salwa di teras asrama.

“Kak, kita semua ada di pihakmu. Kak Gilang sampai nyari siapa dalang di balik hoax ini. Kak Bayu juga udah nulis klarifikasi di grup santri senior,” jelas Salwa dengan wajah serius.

Zamara hanya tersenyum tipis.

“Selama calon suamiku percaya, aku nggak perlu membela diri,” katanya dengan tenang.

Annisa pun ikut menimpali saat mereka berkumpul di ruang makan, “Kak Zam, kami tahu siapa kamu. Fitnah busuk itu nggak akan bertahan lama.”

“Kami bukan orang yang gampang diprovokasi,” ujar Gilang tegas dari balik pintu.

Salman mengangguk, “Ustadz Yassir orang cerdas, nggak mungkin tertipu perempuan licik.”

Aliya meletakkan gelasnya dan menatap Zamara, “Kita jaga nama baik keluarga pondok. Jangan kasih celah buat mereka puas.”

Bayu menepuk pundak Zamara perlahan, “Kakak ipar gue bukan orang sembarangan. Yang ngomong seenaknya pasti bakal kena batunya.”

Zamara menarik napas dalam dan mengangguk pelan.

“Aku nggak akan balas mereka. Biarlah waktu yang buka semuanya,” ucapnya pelan namun penuh keyakinan.

Di balik semua fitnah, ada kebenaran yang sedang menunggu waktu untuk bicara.

Beberapa hari setelah gosip itu menyebar, suasana pondok mulai berubah. Tidak sekeras sebelumnya. Bisik-bisik mulai mereda. Banyak yang mulai mempertanyakan dari mana semua kabar itu berasal.

Di aula utama, setelah pengajian malam selesai, Ustadz Yassir berdiri dengan wajah tenang namun tajam.

“Saya mau sampaikan satu hal penting,” katanya tegas, suaranya memenuhi ruangan.

Santri langsung diam. Tidak ada yang berani bergerak.

“Beberapa waktu terakhir, saya dengar banyak kabar buruk soal calon istri saya. Saya tahu siapa dalangnya. Saya tahu siapa yang nyebar,” ujarnya pelan namun penuh tekanan.

Aisyah yang duduk di barisan depan langsung menunduk.

“Saya bukan orang bodoh yang bisa ditipu. Zamara adalah dokter sungguhan, lulusan luar negeri, punya izin praktik, dan lebih dari itu… dia perempuan berintegritas,” imbuh Yassir sambil menatap tajam ke arah barisan kanan.

“Kalau ada yang masih percaya fitnah, silakan keluar dari lingkungan ini. Pondok ini bukan tempat buat orang yang suka merusak nama orang lain,” tegasnya tanpa ragu.

Gilang berdiri sambil mengangkat tangannya, “Saya udah kumpulin bukti, video, chat, sama rekaman suara dari beberapa orang yang dibayar buat nyebarin berita palsu itu.”

Salwa menyusul berdiri, “Dan nama yang muncul terus-terusan adalah… Aisyah,” serunya lantang.

Suasana langsung hening. Semua mata beralih ke arah Aisyah yang kini gemetar.

“Fitnah itu racun. Dan kamu udah racunin banyak orang di sini,” kata Bayu dingin.

Aliya menyusul, “Kak Zamara nggak pernah sekalipun bela diri. Tapi kami semua tahu siapa yang pantas dipertahankan.”

Aisyah berdiri dengan napas tersengal, “Aku cuma… aku cuma pengin buka mata kalian semua. Dia itu bukan orang pondok! Dia bukan dari dunia kita!”

“Dan kamu pikir kamu siapa sampai bisa menghakimi?” balas Salman.

Annisa mendekat ke arah Aisyah, “Kamu iri? Atau cuma sakit hati karena nggak bisa dapetin Ustadz Yassir?”

“Aku cuma nggak rela ustadz nikah sama orang yang bukan dari lingkungan kita!” teriak Aisyah, matanya berkaca-kaca.

“Tapi kamu rela hancurin nama orang baik?” balas Gilang ketus.

Zamara yang sejak tadi hanya diam akhirnya berdiri.

“Maafkan aku kalau kehadiranku bikin kamu ngerasa terancam, Aisyah. Tapi aku nggak pernah datang ke sini buat rebut siapa pun. Aku datang karena aku dijemput dengan niat baik,” katanya tenang.

Ustadz Yassir berjalan ke sisi Zamara.

“Dan aku akan tetap berdiri di sampingnya. Dengan atau tanpa restu orang-orang yang lebih percaya kabar bohong daripada akal sehat,” ujar Yassir mantap.

Seketika aula sunyi. Tak ada yang berani bicara. Semua menyaksikan bagaimana kebenaran akhirnya berdiri sendiri, meski sempat dilukai.

Dan Aisyah hanya bisa duduk dengan mata kosong, menyadari bahwa semua tipu dayanya runtuh oleh satu hal yang tak bisa dibeli kepercayaan.

Langit malam memayungi halaman Pondok Al Muttaqin. Hening, hanya terdengar suara jangkrik dan desir angin melewati sela pepohonan. Di balik gerbang samping, langkah pelan Zamara berhenti di depan asrama putri. Ia berdiri sebentar, menarik napas dalam, lalu mengetuk pintu kayu yang sedikit lapuk.

Tak lama kemudian, Aisyah membuka dengan wajah terkejut.

“Kamu?” ucap Aisyah kaget.

“Aku cuma mau bicara sebentar. Empat mata aja,” ujar Zamara pelan.

Aisyah memalingkan wajah, tapi tetap membuka lebih lebar.

“Silakan masuk. Kalau memang pengin bicara, bicara aja,” katanya ketus.

Mereka duduk di dalam ruangan kecil yang hanya berisi satu meja, dua kursi rotan, dan rak buku yang penuh dengan kitab-kitab.

“Aku tahu semua ini nggak mudah buat kamu,” ucap Zamara tenang.

Aisyah mendengus.

“Ngomong aja langsung. Nggak usah bawa nada simpati segala. Aku nggak butuh dikasihani,” tegasnya.

“Aku nggak kasihan. Aku cuma kasihan sama hatimu sendiri yang terus menyimpan luka dari satu penolakan,” kata Zamara pelan, tapi tajam.

Aisyah mendadak menatap tajam. “Kamu pikir kamu lebih baik dariku?”

“Aku nggak pernah ngerasa lebih baik. Tapi aku juga nggak pernah menjatuhkan orang lain supaya terlihat pantas,” balas Zamara tenang.

Aisyah tersenyum sinis. “Kamu menang. Kamu dapat dia. Bahagia sekarang?”

Zamara tersenyum kecil. “Bahagia itu bukan soal siapa yang dimiliki. Tapi seberapa jujur kita memperjuangkannya tanpa menyakiti orang lain.”

“Cukup ya. Aku capek dengar omongan sok bijakmu,” tukas Aisyah ketus.

“Aku datang bukan buat pamer atau balas. Tapi aku pengin kamu tahu… menjelekkan orang yang kamu anggap saingan nggak akan pernah bikin kamu lebih berharga di mata siapa pun,” kata Zamara, nada suaranya tetap lembut tapi menusuk.

Aisyah terdiam. Tangannya mengepal di atas pangkuan.

“Kamu kira aku nggak sakit waktu ditolak? Aku juga manusia,” gumamnya lirih.

“Aku tahu. Dan aku juga pernah ditolak. Tapi aku belajar, cinta yang dipaksa nggak akan pernah berubah jadi ikhlas,” ujar Zamara sambil berdiri.

Sebelum melangkah pergi, Zamara menatap Aisyah untuk terakhir kalinya malam itu.

“Kamu perempuan cerdas, punya ilmu, dihormati di sini. Jangan biarkan iri jadi alasan kamu lupa caramu dihargai,” katanya lembut.

Lalu ia melangkah pergi meninggalkan ruangan kecil itu. Angin malam membelai kerudungnya, seolah mengiringi kepergiannya yang penuh tenang.

Di balik pintu, Aisyah menunduk. Matanya basah. Tapi gengsinya terlalu besar untuk membiarkannya jatuh.

“Aku nggak akan biarkan siapapun yang menghancurkan rencanaku, Oma aku saja di Turki tak aku biarkan merusak rencanaku ini,” batinnya Zamara.

Pintu belum sepenuhnya menutup ketika Aisyah berdiri. Nafasnya memburu. Matanya menatap punggung Zamara yang perlahan menjauh di bawah lampu halaman yang temaram.

“Aku nggak akan diam,” gumam Aisyah, suaranya nyaris terdengar seperti bisikan.

Langkahnya mendekat ke jendela, lalu menatap ke luar, menembus malam yang mulai pekat.

“Kalau kamu pikir datang dengan kata-kata manis bakal bikin aku mundur, kamu salah,” ucapnya pelan tapi penuh racun.

Tangannya mengepal kuat di balik jubah panjangnya.

“Aku akan lakukan segala cara, apapun itu, supaya kamu pergi dari hidup Ustadz Yassir,” tegasnya lirih.

Matanya berkilat. Bukan karena air mata, tapi karena luka yang belum sembuh dan gengsi yang terlanjur tumbuh.

“Dia harusnya bersamaku, bukan kamu,” tambahnya dengan nada getir.

Detik itu juga, hatinya mulai menyusun rencana. Bukan lagi sekadar gosip atau bisikan kecil. Tapi langkah besar yang ia yakin, akan mengguncang semuanya.

Sementara itu, di kejauhan, Zamara menaiki mobil dan tak menoleh lagi. Ia tak tahu kalau di balik tirai tipis jendela asrama, seorang perempuan menyimpan bara yang tak padam dan mulai menyulutnya malam itu juga.

1
Abel Incess
nangis bombay pagi" Thor 😭😭😭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: nggak tanggung tissu yah kakak 🤣🤭🙏🏻
total 1 replies
Abel Incess
Asli ini sangat menyakitkan 😭😭😭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sabar kak ini ujian 🤣☺️🤗🙏🏻
total 1 replies
Enz99
jangan lama-lama sedihnya Thor.... balikin zamara nya y
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Mami Pihri An Nur
Wooowww,, perempuan egois, menantang bpknya sndri masalh keturunan, tp dia sndri yg utamakn keturunan laki2 buat penerus trs ditingglkn ank ceweknya,, aku kecewa thour di tengh crtanya ko gini, dikira Setelah punya ank akn bhgia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: masih panjang kak ceritanya 🤭😂
total 1 replies
Isma Isma
apa zamara punya penyakit bikin penasaran
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: tungguin selanjutnya
total 1 replies
Abel Incess
apa sih tujuannya Zamara, makin penasaran
Enz99
bagus bangettt.... lanjut thor
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Alhamdulillah makasih banyak
total 1 replies
darsih
zamara penuh teka teki JD penasaran
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kakak sudah mampir baca
total 1 replies
darsih
JD penasaran SM zamara penuh teka- teki
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: baca lanjutannya kakak biar kejwab
total 1 replies
Eva Karmita
ada misi apa kamu Zamara...dalam satu Minggu harus bisa menaklukkan ustadz Yassir...??
Semoga saja kamu tidak membuat ustadz Yassir kecewa , kamu harus hati" dgn Aisyah
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: rahasia 😂🤣
total 1 replies
Eva Karmita
mampir otor 🙏😊
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!