Bayinya tak selamat, suaminya tega berkhianat, bahkan ia diusir dan dikirim ke rumah sakit jiwa oleh Ibu mertua.
Namun takdir membawa Sahira ke jalan yang tak terduga. Ia menjadi Ibu Susu untuk bayi seorang mafia berhati dingin. Di sana, Sahira bertemu Zandereo Raymond, Bos Mafia beristri yang mulai tertarik kepadanya.
Di tengah dendam yang membara, mampukah Sahira bangkit dan membalas sakit hatinya? Atau akankah ia terjebak dalam pesona pria yang seharusnya tak ia cintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Ilaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9 | JANDA ANAK SATU
Mobil Hansel berhenti di depan restoran yang megah. Keanehan pun menyelimuti ruangan karena tak ada satu pun jiwa terlihat di dalam, seolah tempat itu disewa khusus oleh Zander untuk perjamuan senyap ini.
"Tuan, apa saya akan makan di sini?" tanya Sahira, suaranya kecil dan ragu.
"Kau tidak suka?" Zander meliriknya, matanya lurus tanpa ekspresi.
"Tempat ini terlalu besar untuk orang miskin seperti saya. Makanannya pasti mahal," bisik Sahira sambil menunduk.
Sebuah tawa kecil terlepas dari bibir Zander. Tawa yang jarang terdengar, membuat kening Sahira berkerut. "Jangan kan makanannya, restoran ini pun bisa kubeli, Sahira," ucapnya sombong. "Jangan cemas, aku yang akan membayarnya. Ayo, masuk." Lalu menarik pergelangan tangan Sahira, tarikan yang lembut namun tak terbantahkan.
Di meja, Zander duduk sambil menatap Sahira yang masih berdiri. "Duduk di sana," titahnya menunjuk kursi di hadapannya. Sahira duduk dengan pelan dan tak berani menatap mata biru itu. Pelayan pun datang dan tanpa ragu, Zander memesan hidangan yang sepertinya dikhususkan untuk ibu menyusui. Tak sampai dua menit, lima hidangan tersaji di depan mereka.
Sahira menelan ludah. Hatinya bergetar melihat hidangan yang begitu lezat. Sudah berapa lama ia tak merasakan kebahagiaan sesederhana ini?
"Kenapa hanya ditatap? Makanlah," desak Zander seraya bersandar di kursi belakang punggungnya. "Makanan ini sehat, tidak berbahaya."
Sahira menunduk, matanya terpaku pada bayi perempuan di dekapannya. Bayinya menguap, tampak kantuk mulai menyerangnya. Sahira lalu bangkit, ia berdiri di sebelah Zander. "Apa dia mau pindah tempat duduk?" batin Zander sedikit bingung.
Tapi dugaannya meleset. "Tuan, bisakah Anda menggendong bayi saya sebentar? Saya tidak tega meletakkannya di sana," pinta Sahira.
Hansel yang baru saja masuk, terdiam di ambang pintu dengan mulut sedikit terbuka. Atasannya yang dikenal dingin pada wanita dan benci anak-anak, sekarang menggendong bayi dengan begitu santai. Dan lebih anehnya lagi, bayi itu tampak terlelap dengan tenang dalam dekapan Zander. Sementara Sahira, wanita itu menyantap makanannya dengan lahap. Hansel mundur, tak ingin mengganggu pemandangan langka itu.
Sahira merasa tak nyaman, terus-menerus ditatap Zander. Ia mengusap sudut bibirnya, mengira ada sisa makanan. Namun, tak ada. Dengan keberanian yang dikumpulkannya, ia bertanya, "Mengapa Anda terus menatap saya, Tuan?"
Zander tersentak, cepat-cepat mengalihkan pandangannya ke wajah bayi Sahira. "Dia benar-benar tidak ingat?" batinnya, sedikit kecewa. Zander masih ingat betul kenangan di sekolah menengah dulu, saat ia dan Sahira pernah bersekolah di tempat yang sama.
"Bagaimana kabar suamimu?" tanya Zander, tiba-tiba.
Sahira bingung. "Saya tidak punya suami," jawabnya lesu, malas memikirkan Rames.
"Tidak punya suami?" Mata Zander turun, melihat jari Sahira yang tak berhias cincin. "Jika tidak ada suami, bagaimana kau bisa punya anak?"
'Apa anaknya ini hasil pemerkosaan?' Pikiran itu melintas membuat Zander mendecih.
Sahira menghela napas, lalu menceritakan kisah pahitnya. Pernikahan singkat dengan Rames, CEO Ra-Beauty yang berakhir karena pengkhianatan. Lalu iamerasa aneh, karena bisa berbagi cerita personal dengan pria yang baru dikenalnya. Zander yang mendengarkan, hanya manggut-manggut sambil mengusap lembut pipi bayi Sahira. 'Ternyata suaminya pria brengsek!' batinnya kesal sendiri.
"Tuan, apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Sahira.
"Mungkin," jawab Zander singkat. Ia ingin jujur, ingin Sahira tahu, tapi ia takut Sahira akan pergi.
Sahira menunduk, bibirnya tersenyum tipis. Tapi senyum itu memudar saat ia teringat kejadian dengan Balchia. "Tuan, saya sebenarnya ingin meminta gaji saya, tapi karena Anda sudah mentraktir saya hari ini, saya rasa itu sudah cukup. Terima kasih," ucapnya membungkuk. Kemudian Sahira mengambil bayinya untuk bersiap pergi.
"Tunggu, kau mau ke mana?" Zander dengan cepat menangkap pergelangan tangannya.
"Saya harus pergi."
"Pergi? Pulang ke rumah Ibuku?"
"Saya sudah dipecat, Tuan."
"APA?!" Zander berdiri, terkejut.
"Tuan, jangan salah paham. Saya dipecat karena Nyonya Muda tidak setuju saya mengasuh bayinya," jelas Sahira, ketakutan.
"Cih, wanita itu selalu seenaknya!" Zander mencengkeram tangannya lebih kuat. "Ayo, pulang bersamaku."
"Sebentar, apa dia juga yang menampar pipimu?"
"Bukan, ini salahku," elak Sahira, tak ingin Zander bertengkar dengan Balchia, karena kasihan pada baby Zee.
"Sahira, jangan berbohong. Aku tidak suka pembohong!" Zander membentak.
"Maaf, saya memang dipukul Nyonya Muda," Sahira mengaku. "Tapi saya tidak mau kembali. Lepaskan saya!" Ia mencoba melepaskan diri.
"Kenapa kau tidak mau pulang denganku?" Suara Zander meninggi. Ia kecewa.
"Saya mantan pasien rumah sakit jiwa. Saya tidak diterima oleh Nyonya Balchia maupun Tuan Besar," tutur Sahira, menunduk. Zander terkejut, alisan tebalnya terangkat. Ia tak pernah melihat catatan itu di formulir Sahira.
"Jangan bicara lagi. Prioritasku sekarang membawamu pulang. baby Zee tidak bisa hidup tanpamu," kata Zander, kembali menarik Sahira menuju mobil Hansel. "Mau kau dari rumah sakit jiwa, penjara, atau panti jompo, aku tidak peduli."
Air mata Sahira pun menetes karena Zander mengoleskan obat ke pipinya yang memar. Hansel di kursi kemudi tampak tak habis pikir. Ia pun semakin yakin, wanita di sebelah Bos mafia itu telah menembus hati dingin Zander.
"Bos, apa yang membuat Anda tertarik padanya?" tanya Hansel, tak tahan.
Zander melirik Sahira dan bayinya yang terlelap. "Apa karena dia polos dan lemah?" tebak Hansel.
"Karena dia… janda anak satu," jawab Zander, enteng. Rahang Hansel jatuh. Ekspektasinya hancur berkeping-keping.
"Bos, pilih mana, janda atau perawan?"
"Sahira."
_____________
Oh Sahira~ Oh Sahira~
Janda semakin di depan, incarannya mafia eaa💃💃
nanti tuh cebong berenang ria di rahim istri mu kamu ga percaya zan
Duda di t inggal mati rupa ny... 😁😁😁
makaberhati2 lah Sahira
fasar hokang jaya