NovelToon NovelToon
Terjerat Pesona Ustadz Tampan

Terjerat Pesona Ustadz Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Anak Genius / Aliansi Pernikahan / Anak Kembar / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Tak ada angin, tak ada hujan tiba-tiba, dari balik kerumunan jemaah masjid yang baru saja menyimak tausiyah dzuhur, muncullah seorang gadis berwajah bening dengan sorot mata sekuat badai.

Di hadapan ratusan pasang mata, ia berdiri tepat di depan sang ustadz muda yang dikenal seantero negeri karena ceramahnya yang menyentuh hati.

"Aku ingin menikah denganmu, Ustadz Yassir," ucap Zamara Nurayn Altun, dokter magang berusia dua puluh satu tahun, anak dari keluarga terpandang berdarah Turki-Indonesia.

Seluruh dunia seakan berhenti sejenak. Para jemaah terdiam. Para santri tertegun. Dan sang ustadz hanya terpaku, tak sanggup berkata-kata. Bagaimana bisa, seorang gadis yang tak pernah ia kenal, datang tiba-tiba dengan keyakinan setegas itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 6

Ia mengangguk pelan, air matanya menggantung. “Iya... aku mau, Ustadz.”

Tepuk tangan kecil pun terdengar. Pasien lansia tadi berseru, “Alhamdulillah! Semoga samawa, Nak!”

Yassir pun menyematkan cincin itu perlahan ke jari manis Zamara, dan senyuman paling tulus muncul di wajah keduanya.

Hari itu, rumah sakit tak cuma mencatat angka kesembuhan tapi juga menjadi saksi lahirnya harapan baru dari dua insan yang memilih saling menyembuhkan dalam cinta yang berlandaskan iman.

Setelah lamaran yang mendadak tapi menggetarkan hati semua orang, suasana mulai tenang kembali. Namun bagi Zamara, hatinya justru makin ramai. Pandangannya tak bisa lepas dari cincin emas sederhana yang kini melingkar di jarinya. Ia pun menoleh ke arah Yassir yang masih duduk di bangku tunggu.

“Ustadz,” panggilnya manja, dengan gaya centil khas Zamara. “Mau nemenin makan siang nggak? Aku traktir. Tapi syaratnya satu.”

Yassir mengangkat alis, lalu menatapnya tenang. “Apa syaratnya, Dokter?”

Zamara menyandarkan tubuhnya ke meja nurse station sambil berbisik, “Harus siap mendengar gombalan maut dari calon istri tercantik se-Jabodetabek.”

Yassir menghela napas pelan, namun bibirnya menyunggingkan senyum tipis. “Selama tidak termasuk dalam pelanggaran syariat, insya Allah saya siap.”

Beberapa menit kemudian, mereka duduk berdua di kantin rumah sakit. Zamara membuka kotak makannya sambil menatap Ustadz Yassir yang tetap menjaga jarak duduk, bahkan tidak menyentuh sendok yang sempat disentuhkan tangannya.

“Masya Allah, Ustadz... jaga jaraknya luar biasa, padahal kita udah dilamar di depan umum, tahu,” goda Zamara sambil menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya.

Yassir tersenyum tenang. “Justru karena sudah dilamar, maka saya harus makin hati-hati menjaga yang belum halal. Saya ingin saat tangan ini menyentuhmu nanti itu adalah tangan yang membawa akad, bukan keinginan sesaat.”

Zamara terpaku sejenak. Tapi tak lama kemudian ia kembali dengan senjata andalannya.

“Ustadz,” katanya sambil menatap serius. “Tahu nggak bedanya kamu sama nasi goreng kantin ini?”

“Beda?” tanya Yassir, bingung tapi siap siaga.

“Nasi goreng ini panasnya sementara, tapi kamu bikin jantung aku panas terus-terusan sampai harus konsultasi ke spesialis jantung,” ucap Zamara sambil menahan tawa.

Yassir menutup wajahnya sebentar, lalu berkata, “Insya Allah, nanti kalau sudah halal, saya carikan kamu dokter jantung terbaik biar jantungmu sehat, tapi hatimu tetap istiqamah.”

Zamara mengerucutkan bibirnya. “Ustadz ini bisa ya gombal, tapi tetap ala ustadz.”

“Saya bukan menggombal,” jawab Yassir tenang, “Saya hanya berusaha menjaga adab sekaligus memberi rasa. Karena cinta sejati tidak perlu banyak sentuhan, cukup dengan niat yang lurus dan ucapan yang terjaga.”

Zamara tersenyum lebar, hatinya makin meleleh.

Dalam hati, ia berbisik, "Ternyata lelaki paling romantis, adalah dia yang menjaga cintanya dengan takut kepada Tuhan."

Dan siang itu, kantin rumah sakit jadi saksi bukan hanya canda dan gombal, tapi juga dua hati yang saling mendekat dengan cara yang paling indah tanpa menyentuh, tapi begitu menyentuh.

“Makasih banyak, aku selangkah lagi akan menang,” Zamara membatin.

Setelah suapan terakhirnya, Zamara menatap Ustadz Yassir dengan mata berbinar, lalu bersandar manja di meja tentu masih dalam jarak aman.

“Ustadz...” katanya dengan nada menggoda. “Aku mau tanya satu hal, tapi jangan marah ya.”

Yassir menoleh, ekspresinya tetap tenang. “Silakan, tanya saja. Insya Allah saya dengarkan.”

Zamara memainkan sendoknya, lalu menatap pria di depannya dengan senyum penuh makna. “Ustadz mau nggak prewedding kayak pasangan lain? Foto di taman, pegang-pegangan tangan, terus ada balon-balon, bunga-bunga, duduk di ayunan, atau pakai baju adat romantis banget gitu.”

Yassir terdiam beberapa detik. Kemudian ia tersenyum kecil, senyum yang tak pernah terburu-buru, tapi menenangkan seperti air zamzam.

“Saya paham maksudmu,” katanya perlahan. “Tapi, Zamara… saya ingin cinta kita beda. Bukan karena kita anti dengan hal-hal indah, tapi karena kita ingin menjaga agar keindahannya jadi berkah.”

Zamara memiringkan kepala, penasaran. “Maksudnya?”

“Prewedding itu bukan wajib dan bukan dosa tapi seringkali, batasannya dilanggar tanpa sadar. Pegang tangan sebelum halal, berpelukan karena alasan seni, saling tatap tanpa hijab hati.”

Ia menatap Zamara lembut. “Kalau kamu mau, kita bisa foto bersama setelah akad. Dengan status istri dan suami. Saat tangan ini menggenggam tanganmu bukan lagi dosa, tapi ibadah.”

Zamara terdiam. Gombalan ustadz kalah jauh dari kalimat itu. Hatinya terasa ditampar sekaligus dipeluk dalam waktu yang bersamaan.

“Tapi kalau mau dokumentasi pra-akad yang syar’i kita bisa duduk berjauhan, kamu pakai pakaian terbaikmu, aku pun berpakaian rapi. Kita ambil gambar, tanpa sentuhan. Tapi penuh makna.”

Ia menambahkan, “Karena cinta bukan diukur dari seberapa mesra foto kita sebelum halal, tapi seberapa besar usaha kita menjaga satu sama lain dari dosa sampai Allah merestui.”

Zamara menunduk, senyumnya pelan tapi penuh rasa.

“Ustadz... makin hari, saya makin tahu kenapa Allah pilih kamu buat jadi imam saya.”

Dan sore itu, bukan prewedding yang menjadi pusat pembicaraan mereka, tapi niat suci yang lebih berharga dari sekadar frame indah di media sosial.

"Selangkah lagi, sukses poll!" cicitnya Zamara.

Baiklah,” ucap Zamara lembut sore itu, sambil menatap mata Yassir yang tenang. “Besok kita akan prewedding, seperti yang Ustadz inginkan.”

Yassir mengangguk pelan. “Insya Allah. Yang sederhana, tapi bermakna.”

“Semudah ini rupanya menaklukkan pria yang bergelar ustadz terkenal dan viral karena kegantengan dan kepintarannya. Makasih Tuhan sedikit lagi usahaku akan berhasil,” batinnya Zamara yang memperlihatkan senyuman termanisnya di hadapan sang calon suami.

Keesokan harinya.

Langit tampak cerah, seolah ikut merestui rencana dua insan yang sedang berusaha menjaga cinta mereka tetap di jalan yang diridhai.

Zamara mengenakan gamis putih tulang dengan kerudung lembut berwarna sage. Wajahnya dirias sederhana, namun justru itulah yang membuat kecantikannya tampak utuh alami dan penuh kehangatan.

Di sisi lain, Ustadz Yassir mengenakan kemeja putih panjang dan celana kain berwarna krem. Ia tetap membawa aura khasnya tenang, bersih, teduh.

Tak satu sentuhan pun terjadi sejak mereka bertemu pagi itu di taman kecil milik pesantren tempat Yassir biasa mengajar.

“Tempat ini tenang ya,” ujar Zamara sambil menatap taman yang penuh daun-daun berguguran.

“Lebih tenang kalau hati kita ikut tenang karena taat,” balas Yassir sambil tersenyum.

Fotografer yang mereka sewa dari komunitas muslimah mulai mengarahkan posisi.

“Ustadz, boleh berdiri agak ke kiri Mbak Zamara, tetap di sana. Tangan jangan bersentuhan, tapi bisa saling memandang atau menunduk Kita ambil sudut siluetnya saja.”

Zamara terkekeh pelan. “Prewedding tapi berasa kajian.”

Yassir hanya tertawa kecil, lalu menunduk. “Yang penting ridha Allah-nya, bukan gaya foto kita calon bidadari surgaku.”

Mereka duduk di bangku kayu. Jarak antara mereka tetap terjaga. Tak ada sentuhan. Tak ada pelukan atau genggaman tangan. Hanya tatapan yang saling menyimpan harapan dan niat suci.

“Kalau nanti kita udah halal,” ucap Zamara sambil memandangi kamera, “aku masih boleh gombalin Ustadz tiap hari?”

Yassir menjawab tanpa menoleh, masih fokus ke arah kamera, “Kalau udah halal, semua gombalanmu akan jadi pahala asal jangan bikin aku lupa shalat wajib.”

Fotografer tertawa kecil. “Masya Allah, pasangan ini syar’i tapi manis.”

Dan begitulah hari itu berlangsung. Foto-foto mereka tak memperlihatkan kemesraan fisik, tapi menampilkan keindahan dua insan yang menjaga duduk berdampingan, tersenyum tulus, mata yang tak saling menerkam tapi saling mendoakan.

Karena cinta yang terjaga bukan berarti kurang cinta. Justru itulah cinta yang sesungguhnya, yang tidak memaksa untuk dilihat dunia, tapi ingin dilihat Allah,

sebagai niat yang suci menuju pernikahan yang dirahmati.

Di tengah suasana hangat pemotretan prewedding yang sederhana itu, angin sepoi-sepoi bertiup lembut membelai dedaunan.

Zamara sedang tersenyum ke arah kamera, sementara Ustadz Yassir menatap ke samping dengan wajah kalem.

Namun tiba-tiba, langkah seseorang terdengar dari arah gerbang taman. Seorang perempuan berkerudung biru muda, wajahnya anggun tapi tatapannya tajam, melangkah mendekat. Langkahnya mantap, tak ragu sedikit pun.

“Aisyah?” ujar Yassir pelan, sedikit terkejut.

Zamara menoleh, alisnya terangkat, mencoba mengenali sosok asing yang kini menghentikan langkahnya di depan mereka.

“Masya Allah... ternyata benar,” ucap Aisyah dengan senyum tipis yang tak sepenuhnya ramah. “Prewedding ala ustadz tapi tetap saja prewedding.”

Zamara berdiri perlahan, menjaga sikap, meski senyum di wajahnya tak sehangat tadi.

“Maaf, ini siapa ya?” tanyanya halus meski nada waspada terasa jelas.

Aisyah menatap Zamara dari atas hingga bawah, lalu menoleh ke arah Yassir.

“Masih ingat aku, kan? Aisyah perempuan yang dulu pernah kamu ajak taaruf lalu kamu tinggalkan dengan alasan belum siap. Tapi ternyata kamu justru jatuh cinta pada dokter cantik yang suka gombal.”

Yassir menarik napas panjang. “Aisyah, ini bukan tempat yang tepat untuk membicarakan masa lalu. Apa yang terjadi dulu bukan karena kamu tidak baik, tapi karena Allah belum takdirkan.”

Aisyah tersenyum sinis. “Atau mungkin karena aku terlalu biasa. Nggak cukup menarik buat seorang ustadz terkenal.”

Zamara maju satu langkah, tapi tetap menjaga ketenangan. “Saya nggak tahu masa lalu kalian, Mbak. Tapi yang saya tahu, saya dan Ustadz Yassir saat ini sedang menata masa depan yang kami niatkan lillahi ta’ala. Kalau memang ada luka, mari kita sembuhkan dengan cara yang baik.”

Aisyah mendengus pelan, lalu menatap Zamara tajam.

“Cantik, pintar, dan sekarang jadi calon istri ustadz terkenal. Kamu menang, ya. Tapi ingat yang cepat datang, belum tentu paling kuat bertahan.”

Yassir akhirnya berdiri, menatap Aisyah dengan tenang namun tegas. “Aisyah cukup. Jangan bawa luka ke tempat di mana kami sedang berusaha menjaga ridha Allah.”

Aisyah tersenyum dingin, lalu berbalik. “Semoga benar-benar karena Allah, bukan karena ingin menang dari perempuan lain.”

Ia melangkah pergi menyisakan keheningan. Zamara memejamkan mata sejenak, menarik napas panjang. Ustadz Yassir menatapnya dengan lembut.

“Ternyata akhirnya muncul juga batu sandungan tapi aku akan bereskan, karena Aku nggak mau ada penghalang dari rencanaku,” Zamara membatin.

“Maafkan,” ucapnya pelan. “Masa lalu saya ternyata masih ingin menguji masa depan kita.”

Zamara tersenyum tipis. “Nggak apa-apa, Ustadz. Cinta yang datang dengan ragu pasti pergi dengan kecewa. Tapi cinta yang datang dengan doa insya Allah pulang membawa ridha.”

Dan mereka pun kembali duduk, menyelesaikan sesi foto, tak lagi demi dunia tapi demi hati yang ingin terus saling menjaga dalam cahaya iman.

Zamara memandangi kepergian Aisyah yang berjalan perlahan, kerudungnya berkibar pelan tertiup angin. Senyum yang tersungging di wajah Aisyah tampak manis di mata orang lain, tapi bagi Zamara ada getir yang tersembunyi di balik lengkung bibirnya.

Senyum itu bukan senyum lega, tapi senyum yang menyimpan sesuatu. Tatapannya sempat menoleh sekilas ke belakang sejenak lalu kembali melangkah menjauh.

Zamara menarik napas pelan, menunduk sebentar. Ada perasaan tak nyaman di dada. Tapi ia memilih diam. Tak ingin mengadu apalagi mau membalas.

Dalam hatinya, Zamara bergumam lirih,

"Tersenyumlah sesuka hatimu, Aisyah... tapi aku tahu, senyum itu bukan karena ikhlas, tapi karena rencana yang kau pikir berhasil."

1
Abel Incess
nangis bombay pagi" Thor 😭😭😭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: nggak tanggung tissu yah kakak 🤣🤭🙏🏻
total 1 replies
Abel Incess
Asli ini sangat menyakitkan 😭😭😭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sabar kak ini ujian 🤣☺️🤗🙏🏻
total 1 replies
Enz99
jangan lama-lama sedihnya Thor.... balikin zamara nya y
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Mami Pihri An Nur
Wooowww,, perempuan egois, menantang bpknya sndri masalh keturunan, tp dia sndri yg utamakn keturunan laki2 buat penerus trs ditingglkn ank ceweknya,, aku kecewa thour di tengh crtanya ko gini, dikira Setelah punya ank akn bhgia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: masih panjang kak ceritanya 🤭😂
total 1 replies
Isma Isma
apa zamara punya penyakit bikin penasaran
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: tungguin selanjutnya
total 1 replies
Abel Incess
apa sih tujuannya Zamara, makin penasaran
Enz99
bagus bangettt.... lanjut thor
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Alhamdulillah makasih banyak
total 1 replies
darsih
zamara penuh teka teki JD penasaran
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kakak sudah mampir baca
total 1 replies
darsih
JD penasaran SM zamara penuh teka- teki
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: baca lanjutannya kakak biar kejwab
total 1 replies
Eva Karmita
ada misi apa kamu Zamara...dalam satu Minggu harus bisa menaklukkan ustadz Yassir...??
Semoga saja kamu tidak membuat ustadz Yassir kecewa , kamu harus hati" dgn Aisyah
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: rahasia 😂🤣
total 1 replies
Eva Karmita
mampir otor 🙏😊
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!