Di balik senyum manis dan mata indah Narynra, terdapat kesedihan mendalam yang disebabkan oleh pernikahan ayahnya dengan ibu tirinya. Sebelum pernikahan itu, Narynra membuat perjanjian rahasia dengan ibu tirinya yang hanya diketahui mereka berdua. Apakah isi perjanjian itu? Sementara itu hubungan Narynra dengan Kaka tirinya tidak pernah akur, dan situasi semakin buruk setelah ayahnya terkesan selalu membela kakak tirinya, membuat Narynra merasa tidak betah di rumahnya. Akankah Narynra dan kakak tirinya bisa berdamai?
Narynra kemudian bertemu Kayvan, seorang pria yang tampan dan perhatian. Setelah pertemuan pertama, Kayvan terus berusaha mendekati Narynra, dan mereka akhirnya menjalin hubungan asmara.
Sementara itu, seorang pria misterius selalu memperhatikan Narynra dari kejauhan dan terus mengirimkan pesan peringatan kepada Narynra bahwa Kayvan tidak baik untuknya. Siapa pria misterius ini? Apa tujuannya? Akankah Narynra bahagia bersama Kayvan atau atau bersama yang lain?,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Midnight Blue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pertemuan yang mengejutkan
Di koridor kampus yang sibuk dan cerah, Tiffany memanggil Narynra sambil melambaikan tangannya dengan gembira. "Narynra!" serunya, berharap Narynra bisa mendengar dan menoleh ke arahnya. Namun, Narynra yang sedang berjalan dengan langkah cepat dan pikiran yang masih terganggu oleh kejadian sebelumnya tidak melihat ke arah Tiffany.
Tiffany Atmaja, 22 tahun, sahabat Narynra yang cantik dengan rambut panjang blonde yang tergerai indah, mata biru cerah, dan wajah cantik yang memancarkan aura positif. Postur tubuhnya ramping dan feminin, membuatnya tampil elegan dan percaya diri. Ia dan Narynra berteman sejak awal kuliah, meskipun keluarga mereka sudah saling mengenal sebelumnya. Tiffany dan Narynra telah berteman sejak awal mereka masuk kuliah, meskipun sebenarnya mereka sudah mengenal satu sama lain sejak lama karena keluarga mereka saling mengenal. Namun, mereka tidak pernah memiliki kesempatan untuk saling berinteraksi secara dekat sebelumnya, karena mereka bersekolah di tempat yang berbeda sebelum kuliah. Pertemuan mereka di kampus menjadi awal dari persahabatan yang erat dan menyenangkan.
Tiffany menyadari bahwa Narynra tidak melihatnya, sehingga dia menghampiri Narynra, dengan langkah yang cepat. "Ryn, lo ngapain cemberut gitu? Gue panggil juga dari sebrang lo ga nyaut," ucap Tiffany dengan nada penasaran, sambil menatap Narynra dengan mata yang penuh perhatian.
Narynra menoleh ke arah Tiffany, mata yang menatap tajam menunjukkan rasa kesal yang masih membara. "Kesel gue sama Kaka tiri gue, masa dia pagi-pagi udah ngerjain gue, dia kempesin ban motor gue," Narynra menjelaskan dengan nada kesal, sambil menggelengkan kepala dan mengangkat tangan ke atas, menunjukkan rasa frustrasi yang tidak terkendali.
Tiffany menanggapi dengan empati, sambil menepuk-nepuk pundak Narynra dengan lembut. "Sabar ya Ryn," ucap Tiffany, berharap bisa menenangkan Narynra.
Namun, Narynra hanya bisa menghela nafas dan menundukkan kepala, menunjukkan rasa kesal yang masih membara. "Hmm udah ilang kesabaranku buat dia," ucap Narynra dengan nada pasrah, sambil menggelengkan kepala dan membiarkan tangan yang terkulai di samping tubuhnya. Mata Narynra yang menunduk menunjukkan rasa putus asa dan kesal yang mendalam terhadap kakak tirinya.
Tiffany menepuk-nepuk pundak Narynra dengan lembut, sambil tersenyum penyemangat. "Udah lupain masalah sama Kaka tiri lo, lo mau bimbingan skripsi kan sekarang," ucap Tiffany, berharap bisa mengalihkan perhatian Narynra dari kekesalannya.
Narynra menatap Tiffany dengan mata yang tajam, penasaran dengan kehadiran Tiffany di kampus pada hari itu. "Iya, eh lo bukannya bimbingan skripsi besok ya, nah lo ngapain berangkat?" tanya Narynra, sambil mengangkat alis dan menatap Tiffany dengan rasa penasaran.
Tiffany tersenyum tipis, sambil memainkan rambutnya dengan santai. "Mau ngajak lo jalan habis lo bimbingan, ini gue mau ke kantin sambil nungguin lo kelar bimbingan," ucap Tiffany, dengan nada yang santai dan penuh percaya diri.
Narynra mengangguk, sambil tersenyum sedikit. "Oh oke, gue bimbingan dulu ya, bye," pamit Narynra, sambil melambaikan tangan dan berjalan menuju ruang bimbingan.
Sementara itu, di sebuah sudut koridor yang tersembunyi, ada pria bertopi yang terus memperhatikan Narynra dengan mata yang tajam dan penuh perhitungan. Dia tersenyum smirk yang menawan, sambil memainkan sesuatu di tangannya. "Oke waktunya menjalankan rencana," ucap pria itu dengan nada percaya diri, sambil menatap Narynra yang semakin jauh dari pandangan.
Suasana koridor kampus yang sibuk dan cerah kontras dengan suasana hati Narynra yang sedang kesal dan frustrasi. Namun, kehadiran Tiffany membawa sedikit kelegaan dan keceriaan dalam suasana hati Narynra. Di sisi lain, orang yang memperhatikan Narynra dengan rencana yang sedang disusunnya menciptakan suasana yang tegang dan misterius.
*******
Selesai bimbingan skripsi, Narynra menghampiri Tiffany di meja biasa mereka tempati di kantin kampus. Suasana kantin dipenuhi dengan suara-suara percakapan dan gelak tawa mahasiswa yang sedang menikmati waktu istirahat. Narynra tersenyum sedikit saat melihat Tiffany yang sedang menanti dengan senyum lebar.
Tiffany mengajak Narynra meninggalkan kampus dan pergi ke mall. Sesampainya di mall, mereka pergi ke salah satu tempat makan yang memiliki suasana santai. Tempat makan itu terletak di lantai atas mall, dengan pemandangan kota yang indah. Mereka memilih meja dekat jendela sehingga mereka bisa menikmati pemandangan kota.
"Lo ngajak gue ke mall cuma buat makan?" Tanya Narynra dengan nada penasaran dan mata yang menatap tajam, sambil mencondongkan tubuh ke depan dan meletakkan tangan di atas meja.
Tiffany tersenyum tipis dan membisikkan jawabannya, "Iya makan, tapi gue juga mau ketemu orang, bentar gue lagi tanya orangnya yang mana," ucap Tiffany sambil menulis pesan di hpnya dengan ekspresi fokus, menundukkan kepala dan mengabaikan sekeliling.
Narynra memperhatikan Tiffany dengan mata yang tajam, lalu tersenyum tipis. "Lo mau kencan," ucap Narynra pelan, sambil menaikkan alisnya dengan nada penasaran.
Tiffany tersenyum lebar dan mengangguk, "Ya bisa dibilang gitu, tapi ini first meet kita," jawab Tiffany dengan nada gembira.
Narynra menatap Tiffany dengan mata yang heran, "Hah jadi lo belum pernah ketemu orangnya?" Tanya Narynra, sambil mencondongkan tubuh ke depan dengan rasa penasaran yang besar dan tangan yang menyangga dagunya.
Tiffany tertawa kecil dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dengan ekspresi malu-malu. "Belum hehe," ucap Tiffany, sambil tersenyum dan menundukkan kepala.
"Tapi lo pernah dikirim foto mukanya kan?" Narynra kembali bertanya, sambil menatap Tiffany dengan mata yang tajam dan penasaran.
Tiffany menggelengkan kepala dengan nada datar, "Engga," jawab Tiffany singkat, sambil memainkan hpnya dengan tangan yang santai dan mata yang tetap fokus pada Narynra.
"Hah, Lo ga takut emang ketemu sama orang yang mukanya aja lo ga tau?" Tanya Narynra dengan heran, sambil mengangkat alisnya dan menatap Tiffany dengan mata yang lebar.
Tiffany tersenyum santai dan mengangkat bahu, "Makannya gue ngajak lo kalo zonk kan gue bisa jadiin lo tameng kalo ga kenal itu orang haha," ucap Tiffany dengan enteng, sambil tertawa kecil dan memainkan rambutnya dengan santai, menggerakkan jari-jarinya dengan lembut di antara helai rambut.
Narynra menatap Tiffany dengan ekspresi tidak percaya, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tapi serius deh dia ga pernah kirim foto mukanya dia ke Lo?" Tanya Narynra dengan nada penasaran.
Tiffany menggelengkan kepala dengan nada santai, "Ga pernah, dia cuma pernah ngirim foto tempat gym, biasanya kan cowok-cowok di gym itu ganteng-ganteng," ucap Tiffany dengan senyum tipis, sambil menaikkan alisnya dengan percaya diri.
Narynra hanya menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar ucapan Tiffany dengan ekspresi tidak percaya, sambil tersenyum dan memandang Tiffany.
"Ehhh nih orangnya kirim pesan," ucap Tiffany lalu menunjukkan hpnya ke Narynra, sambil mencondongkan tubuh ke depan dan menunjuk layar hp dengan jari, mata yang berbinar melihat pesan baru.
Mereka berdua membaca pesan yang dikirim cowok itu dengan seksama, dan isi pesannya membuat mereka penasaran. "Dia memakai kaos hitam, celana pendek, dan menggunakan kacamata duduk di meja nomor 13," ucap Tiffany sambil menatap layar hp dengan mata yang fokus.
Setelah membaca pesan itu, Tiffany dan Narynra melihat-lihat dimana letak meja nomor 13 dari arah meja mereka. Mereka berdua berdiri dan memandang ke sekeliling, mencari meja yang sesuai dengan nomor yang disebutkan. Beberapa saat setelah melihat ke sana-kemari, pandangan Tiffany bertemu dengan cowok di meja nomor 13 dengan ciri-ciri yang sesuai dengan pesan tadi.
Seketika itu juga, Tiffany memalingkan wajahnya dari cowok itu dengan ekspresi shock dan tidak percaya, sambil menelan ludah dengan gugup. "Ryn jangan bilang kalau itu dia," ucap Tiffany seolah-olah tidak percaya, ingin agar Narynra menjawab tidak benar apa yang dia lihat barusan. Matanya masih terfokus pada Narynra, berharap mendapatkan jawaban yang tidak diharapkan.
Narynra melihat ke arah yang Tiffany lihat dengan ekspresi penasaran, sambil menatap ke arah itu dengan mata yang tajam. Setelah beberapa saat, Narynra mengangguk sedikit dan mengucapkan, "Kayaknya bener deh itu dia, masalahnya di meja itu cuma ada dia," ucap Narynra dengan nada datar, sambil tetap menatap ke arah itu. Ekspresi Narynra menunjukkan bahwa dia tidak terkejut seperti Tiffany, melainkan lebih penasaran dengan situasi yang terjadi.
Tiffany segera menarik tangan Narynra dengan gerakan cepat dan kuat, ekspresi panik terlihat jelas di wajahnya. "Ahhh ayo kita kabur," ucap Tiffany dengan nada gugup, suaranya terdengar sedikit bergetar menunjukkan ketakutan dan kecemasan yang dirasakannya.
Namun, baru saja mereka akan pergi, cowok itu sudah muncul di depan meja mereka dengan senyum lebar.
Cowok itu menatap Tiffany dengan mata yang berbinari. "Mau kemana? Kamu baby girl kan, ini aku baby boy," ucapnya dengan nada santai, namun penuh rasa penasaran. Tatapan matanya yang intens pada Tiffany, menciptakan kesan yang ambigu
sementara Tiffany merespons dengan campuran antara ketidakpercayaan dan ketidaknyamanan. Tiffany terkejut dan tidak percaya, mengangkat alisnya dan menatap cowok itu dengan mata yang tajam. "Ehh kayaknya kamu salah orang deh, aku Tiffany bukan baby girl," jawabnya dengan nada datar, sambil menggelengkan kepala.
Cowok itu penasaran, menatap Tiffany dengan mata yang tajam dan mencoba memahami situasi. "Tapi tadi aku lihat kamu kaya lagi cari orang, berarti benerkan kamu itu baby girl," kata cowo itu dengan sedikit rasa percaya diri. Dia terlihat tidak percaya dengan jawaban Tiffany, dan ingin memastikan bahwa dia tidak salah orang.
Suasana menjadi tegang dan tidak nyaman, dengan Tiffany yang terlihat semakin panik dan menggoyangkan tangan Narynra seolah meminta agar membantu dia pergi dari tempat itu. "Ini kita mau pergi, jadi ga mungkin kan kalau aku orang yang lagi kamu cari," ucap Tiffany dengan nada sopan, sambil menoleh ke Narynra dengan ekspresi meminta bantuan. Matanya terlihat memohon kepada Narynra untuk membantu dia keluar dari situasi yang tidak diinginkan.
Narynra memahami situasi ini dan segera mengambil tindakan. "Maaf ya, temen saya bukan orang yang kamu cari dan kita beneran buru-buru mau pergi, ada urusan penting," katanya dengan nada sopan dan ekspresi yakin, sambil memberikan tatapan tegas kepada cowok itu. Narynra menarik tangan Tiffany untuk pergi dan dengan langkah cepat dan terarah, Narynra membawa Tiffany pergi dari tempat itu.
Narynra dan Tiffany berjalan terburu-buru dengan ekspresi khawatir dan wajah yang tegang. Narynra sedikit menoleh ke belakang dengan ekspresi waspada, dan ternyata cowok itu mengikuti mereka dari belakang. "Kayaknya kita harus lebih cepat," bisik Narynra kepada Tiffany, sambil mempercepat langkah mereka dan meningkatkan kewaspadaan. Narynra semakin menggenggam erat tangan Tiffany, mempercepat jalannya dengan ekspresi ketakutan dan kecemasan yang terlihat jelas di wajahnya.
Mereka berdua hampir berlari, berusaha menghilangkan kejaran cowok itu. Saat melihat kerumunan orang di depan, Narynra menarik Tiffany ke arah itu, memanfaatkan kesempatan untuk menghilangkan pengejaran. Dengan lihai, mereka masuk ke salah satu toko baju yang ramai, bersembunyi di antara kerumunan pembeli.