NovelToon NovelToon
Hingga Aku Tak Lagi Menunggu

Hingga Aku Tak Lagi Menunggu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Wanita Karir / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nclyaa

Asha, seorang gadis muda yang tulus mengabdikan diri di sebuah rumah Qur'an, tak pernah menyangka bahwa langkah ikhlasnya akan terseret dalam pusaran fitnah. Ia menjadi sasaran gosip keji, disebut-sebut memiliki hubungan gelap dengan ketua yayasan tempatnya mengajar. Padahal, semua itu tidak benar. Hatinya telah digenggam oleh seorang pemuda yang berjanji akan menikahinya. Namun waktu berlalu, dan janji itu tak kunjung ditepati.

Di tengah kesendirian dan tatapan sinis masyarakat, Asha tetap menggenggam sabar, meski fitnah demi fitnah kian menyesakkan. Mampukah ia membuktikan kebenaran di balik diamnya? Atau justru namanya akan terus diingat sebagai sumber aib yang tak pernah ia lakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nclyaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Diantara tiga hati

Suasana Meja Asha

Meja para ustadz sudah bising dengan celotehan para ustadz yang memojokkan ustadz Alam tentang memotret Asha secara diam-diam, sementara di meja para ustadzah masih terhanyut dengan obrolan mereka. Hingga suara ustadz Fahmi mengganggu fokus mereka,

"Ustadzah Asha ini banyak banget penggemar diem-diemnya ya," celetuknya sembari menyeruput es jeruk. Nada suaranya tidak serius, tapi cukup lantang untuk membuat beberapa kepala menoleh.

Tiga pria yang tadi sibuk dengan 'misi rahasia' mereka sontak kikuk. Nael langsung menurunkan kamera dan menatap piring, pura-pura fokus pada ayam bakar yang belum ia sentuh. Afkar buru-buru mengunci ponsel dan menyelipkannya ke saku, senyumnya mencurigakan.

Sedangkan Ustadz Alam hanya tertawa kecil, menyembunyikan kecanggungan di balik gelas teh panas yang sudah mulai dingin itu. Sebenarnya ustadz Fahmi hanya bermaksud menyinggung ustadz Alam saja, namun ternyata dua lainnya juga ikut tersinggung.

Di sisi lain, Asha menoleh dengan ekspresi terkejut. Matanya melotot, tak mengerti maksud dari kata-kata Fahmi yang penuh teka teki.

"Lho, gimana maksudnya?" tanyanya polos.

Rayna langsung tertawa melihat mimik wajah Asha, Asha ini tidak polos sebenarnya. Ia tahu makna dari ucapan Fahmi tadi, namun berusaha menepis agar tidak membuatnya canggung disana.

"Nih fans beratnya ustadzah Asha," sahut Dafa menunjuk kearah ustadz Alam, yang berhasil membuat ustadz Alam menatapnya kesal.

Asha hanya menunduk, senyum tipis tergambar di bibirnya. Ia tidak terbiasa menerima pujian terbuka seperti itu, apalagi dalam suasana ramai. Terlebih ketika Dafa menyebutkan nama ustadz Alam, ia segera menunduk.

Namun, ia tak tahu bahwa celetukan ringan tadi justru menjadi benih baru yang mengusik tiga hati yang diam-diam menaruh rasa. Dan malam itu, tiga pria itu pulang dengan pikiran berbeda-beda, yaitu tentang satu sosok yang sama, Asha.

"Asha kenapa gak naik mobil aja tadi?" tanya ustadzah Hamnah pada Asha yang sedang memakai helm di kepalanya.

"Rencananya emang mau ikut mobil ustadzah, cuman hari ini lagi pengen motoran aja sama Naira, yakan Nai?" jawab Asha menoleh pada Naira yang sudah menyalakan motor.

"Iya ustadzah, mau healing tipis-tipis hehe," timpal Naira dengan cengiran khasnya.

"Penuh ya mobilnya?" sahut ustadz Alam yang berjalan kearah rombongan akhwat.

"Engga tadz," jawab ustadzah Salma.

"Kenapa kalian naik motor?" tanyanya pada Naira dan Asha.

"Ni orang kalo gak ngerecokin hidupnya Asha gatel-gatel kayaknya!" kesal Rayna dalam batinnya.

"Mau keliling bentar tadz, lusa kan kita udah pada mudik juga." ujar Naira membalas pertanyaan ustadz Alam.

"Oalah, kirain karena penuh mobilnya. Kalo penuh tadinya saya mau nawarin mobil saya masih kosong, cuman ada ustadz Nael, ustadz Afkar sama ustadz Dafa doang." ucapnya menunjuk sebuah mobil berwarna putih.

"Modusnya keliatan banget," bisik Dafa yang berdiri diantara Nael dan Afkar.

Sementara keduanya hanya memandang kearah ustadz Alam yang sedang berbicara dengan dua gadis disana, membuat Dafa sedikit kesal karena tak digubris sama sekali oleh keduanya.

"Syukron ustadz sebelumnya, tapi kebetulan hari ini saya bawa motor. Kita juga mau sekalian beli oleh-oleh buat mudik nanti," kata Naira dengan sopan.

"Thoyyib, kalo gitu hati-hati ya ustadzah Naira. Jangan sampai ngebut, kasian yang dibonceng." kekehnya menatap Asha sekilas kemudian berjalan pergi kearah mobil yang akan ia tumpangi.

"Yaudah ayo Sha cepetan, keburu direcokin lagi!" kesal Naira yang dibalas anggukan oleh Asha.

Setelah rombongan mobil berangkat dari restoran, Naira melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Dan tentu saja hal itu tidak luput dari pandangan beberapa orang didalam mobil, seperti yang dilakukan oleh Afkar saat ini. Ia memantau Naira dan Asha melalui kaca spion mobil yang ia kendalikan.

"Cantik," ucapnya dalam hati sembari tersenyum, membuat Dafa yang duduk tepat di kursi belakang supir menatap curiga.

"Kenapa tadz senyum-senyum sendiri?" tanyanya polos, dan berhasil membuat Afkar tersadar akan perilakunya.

"Oh gak ada apa-apa, tiba-tiba keinget hal random," jawabnya kikuk.

"Ustadz Afkar ada rencana nikah usia berapa tadz?" pertanyaan yang tiba-tiba terlontar dari mulut sang atasan membuatnya menatap sekilas padanya.

"Ekhem, hehe belum tau tadz. Untuk saat ini belum ada rencana," jawabnya sopan dengan terus fokus pada jalan.

"24 tahun ya kalo gak salah?" tanyanya lagi pada Afkar.

"Shohih ustadz," balasnya membenarkan perkataan ustadz Alam.

"Udah ada calon?" lagi lagi ia bertanya.

"Saat ini belum tadz hehe," kekehnya memperlihatkan giginya ynag putih dan rapi.

"Atau mau saya jodohkan dengan salah satu ustadzah disana? Ada 2 ustadzah kan yang masih single," ucapnya membuat ketiga ustadz muda itu menautkan kedua alisnya.

Dua? Bukankah Naira, Asha dan juga Rayna masih single? Seharusnya tiga orang ustadzah yang masih single. Paham akan ekspresi ketiga bawahannya itu, ustadz Alam pun tertawa kecil yang membuat ketiganya semakin kebingungan.

"Kok dua tadz? Bukannya tiga ya?" akhirnya Dafa berhasil mengatakan kebingungannya.

"Iya, tinggal ustadzah Naira sama ustadzah Rayna yang single, kalo ustadzah Asha sudah ada yang melamar." jelasnya pada mereka.

Tiiiin

Afkar tiba-tiba menghentikan mobilnya, membuat penumpang ynag ada didalam sedikit terlempar kedepan. Sementara ustadz Alam kepalanya sedikit terbentur, adapun Afkar, ia menggenggam erat kemudinya.

"Kenapa tadz?" tanyanya kepada Afkar yang berhenti secara mendadak.

Saat Afkar hendak menjawab tiba-tiba mobil belakang tertabrak secara keras, membuat keempatnya kembali terhempas meskipun tidak terlalu kencang. Keempatnya segera menoleh ketika mendengar suara yang familiar, saat mereka melihat ke belakang dan siapa ynag menabraknya barusan, keempatnya segera turun untuk mengecek keadaan orang tersebut.

"Astaghfirullah! Ustadzah Asha, ustadzah Naira!" ucap mereka serentak saat melihat Asha dan Naira tertindih oleh motor scoopy.

Keempatnya segera membantu dua gadis itu dengan mengangkat motornya, kemudian mereka dibuat kebingungan saat hendak membantu keduanya. Sementara mobil para ustadzah sudah menghilang dari jangkauan, yang membuat keempatnya berfikir keras, terlebih ini sudah cukup malam jika harus meminta mobil asatidzah untuk berputar kembali.

Akhirnya Afkar membalutkan sarung ke tangannya, kemudian segera menarik Naira dari posisinya. Beruntunglah Naira tak memiliki luka apapun di tubuhnya, ia segera membantu Asha berdiri. Namun saat hendak berdiri, Asha merasakan kakinya sakit.

"Dududuh Sha, kenapa?" tanya Naira menatap Asha yang terlihat meringis.

"Kaki aku sakit Nai," bisik Asha pada Naira.

"Tar coba aku liat," Naira menurunkan Asha kembali agar posisinya menjadi duduk.

"Kenapa dzah?" tanya ustadz Alam pada Naira.

"Gatau tadz, kayaknya ada luka." jawab Naira hendak menyingkap gamis Asha, namun segera dihentikan oleh Afkar.

"Ustadzah!" ucapnya sedikit terkejut ketika Naira tanpa aba-aba hendak menyingkap gamis Asha.

Naira menghela nafas dengan kesal, para pria didepannya ini sangatlah mengganggunya sejak di restoran tadi. Membuat Naira cukup kesal, sehingga melayangkan pertanyaan dengan nada kesal.

"Kenapa ustadz Afkar?" tanyanya.

"J-jangan dibuka disini, kita kan ikhwan semua!" ucapnya gugup.

Naira segera menoleh ke sekelilingnya, benar juga yang diucapkan Afkar. Tidak mungkin ia membuka gamis Asha didepan para pria untuk sekedar melihat apakah kaki Asha terluka, akhirnya Naira menyuruh mereka untuk segera membelakangi keduanya.

"Yaudah semuanya balik badan!" ucap Naira kesal, keempatnya pun berbalik dan membelakangi mereka.

"Lagian Asha juga pake celana longgar sama kaos kaki!" lanjutnya yang kemudian menyingkap gamis Asha sedikit, dan tidak terlihat adanya luka dimanapun.

"Sha, kamu yakin ada yang sakit?" tanya Naira saat melihat kaki Asha yang bersih tanpa luka.

"Trus kamu kira aku pura-pura?" jawab Asha polos.

"Ini soalnya gak ada luka sama sekali Sha," ujar Naira menunjuk kaki Asha.

"Yang mana yang sakit?" tanya Naira dengan sabar.

"Pantat sama pergelangan kaki Nai," bisik Asha sepelan mungkin, agar tidak terdengar oleh para pria di depannya.

"Yang bener aja Sha, masa harus kubuka area pa-mmpph!" Asha segera menutup mulut Naira saat temannya itu berbicara keras.

"Diem gak!" ucapnya.

Percakapan itu membuat Dafa sedikit menoleh ke belakang, yang langsung ditegur Afkar agar tak menoleh.

"Sudah ustadzah?" tanya ustadz Alam.

"Kholas ustadz," jawab Asha.

"Ada yang luka?" tanya ustadz Alam pada Asha.

"Cuman kekilir tadz, aman." jawab Asha sopan.

"Yaudah kita langsung ke tukang urut aja pake mobil," timpal Nael yang sejak tadi diam saja.

"Gausah tadz, nanti biar diurut sama Rayna aja di sakan." balas Asha tanpa melihat Nael.

"Lagian kita juga bawa motor," sahut Naira.

"Motor biar saya yang bawa," ucap Dafa secara tiba-tiba.

"Ustadz tengil ini gak bisa diajak kompromi! Apa gak liat disini tiga musuh lagi berebutan Asha!" batin Naira, kesal menatap Dafa.

"Yaudah kalo gitu kita ke tukang urut aja sekarang," lanjut ustadz Alam, yang tentunya tak bisa diganggu gugat jika beliau sudah berkata-kata.

"Antum bawa motornya, sekalian sampaikan ke asatidzah yang lain kalo ustadzah Asha dibawa ke tukang urut dulu." ucap ustadz Alam pada Dafa yang di angguki olehnya.

Akhirnya Asha dipapah oleh Naira ke mobil, kemudian Dafa membawa motor gadis itu. Tadinya Nael ingin ikut Dafa menggunakan motor, namun ustadz Alam melarangnya, karena ada sesuatu yang ingin disampaikan kepadanya.

1
Takagi Saya
Aku suka gaya penulisanmu, jangan berhenti menulis ya thor!
Nclyaa: Timakaci❤
total 1 replies
°·`.Elliot.'·°
Kreatif banget!
Nclyaa: timakaci ❤
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!