Di khianati adik tiri dan pacar nya, Airin langsung memilih seorang Pria secara acak hari itu. Tanpa ia tahu, Pria itu adalah seorang narapidana yang sedang menghadiri sebuah acara penting. Airin pun terjebak. Ia tak bisa menghindar dan terpaksa menikah dengan laki-laki itu.
Bagaimana kah kehidupan Airin setelah menikah dengan seorang narapidana? Akan kah ia bertahan atau kah ia harus menyerah?
Selamat membaca. Jangan lupa tinggalkan komentar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Airin di bawa ke sebuah ruangan. Di sana, ia di tidurkan dan di biarkan beristirahat. Ia pingsan bukan hanya karena hal yang ia alami. Melainkan karena kelelahan seharian itu.
Di tambah rasa terkejut dan juga kepala yang tiba-tiba saja sa-kit. Ia pun langsung tumbang. Untung saja sang suami sigap dan langsung menggendong nya.
Airin terbangun dan membuka mata nya tidak lama kemudian. Tempat yang nyaman membuat nya malas untuk bangun. Namun, suara-suara yang ada di luar sana, membuat nya tak nyaman.
Dengan gaun pengantin malam nya, Airin berjalan keluar tanpa alas kaki. Emas di kepala nya pun sudah di lepas. Kini, ia ingin melihat keributan yang sudah membuat nya terbangun.
Sayup ia mendengar suara Arman dan juga orang tua nya. Mereka seperti nya tidak terima dengan keputusan Nyonya Lina malam itu.
"Nek. Nenek tak bisa sembarangan menyerahkan perusahaan itu pada orang lain. Perusahaan itu sudah bersusah payah di bangun oleh kakek."
"Siapa bilang Airin adalah orang lain? Dia adalah menantu ku. Kalian jangan bahas ini lagi. Tekad ku sudah bulat. Leo dan adik nya pun setuju."
"Setuju apa nya? Dia sebentar lagi akan mati. Dan paman Leo juga tak bisa mengurus perusahaan. Hanya Arman yang selama ini selalu ada dan mampu." Ucap Arman.
Leo hampir saja mence-kik leher keponakan nya itu, jika tak dihentikan oleh Nyonya Lina. Selama ini, Leo sudah sangat bersabar menghadapi Arman.
"Arman. Jangan pikir nenek tidak tahu. Siapa yang sudah membuat perusahaan mu maju. Kamu selama ini, hanya bermain wanita. Dan Airin, kamu suruh ia untuk kerja keras untuk perusahaan kalian."
"Nek. Airin itu kan berada di bawah Arman. Ya pasti lah ia mendengar kan apa yang Arman perintah kan."
"Sudah! Tak perlu lagi kalian berdebat. Kalian punya Peru sendiri. Jangan ganggu perusahaan Airin dan Leo. Kalian pun, menikah kan Arman dan pencuri itu tanpa bicara dengan ku. Jadi, kita impas."
Airin mendengar apa yang terjadi. Ternyata, ia tidak mimpi. Perusahaan Nyonya Lina yang sebesar itu, akan menjadi milik nya dalam waktu semalam.
"Airin, kamu sudah bangun, nak? Bagaimana tidur mu?"
Nyonya Lina membuka pintu kamar itu dan melihat Airin yang sedang mematung. Entah apa yang sedang di pikirkan oleh wanita yang sudah bersuami itu.
"Bu. Apa semua itu benar? Airin sama sekali tak mampu mengurus perusahaan sebesar itu."
"Tenang lah. Ibu akan bantu kamu. Ibu sudah tua. Leo juga masih harus mengurus masalah nya sendiri. Jadi, kamu lah satu-satunya harapan Ibu."
"Tapi, bagaimana jika Airin gagal dan kita jatuh miskin?"
"Tak apa. Kita masih punya kebun. Ibu juga punya usaha tambak. Untuk makan, kita tidak akan kekurangan."
"Ibuuuu."
"Iya menantu Ibu. Sudah lah. Ibu tahu dan bisa menilai kamu. Jadi, kamu juga harus percaya diri."
Airin mengangguk. Tiba-tiba saja terdengar suara dari dalam perut nya. Airin lapar dan perut nya tak bisa di ajak kompromi.
"Sebentar, biar aku ambilkan makan."
Leo dengan cepat mengambilkan makanan untuk istri nya. Ia juga menyuapi Airin. Airin hanya menatap wajah tampan itu. Ia tidak berbicara sama sekali.
Yang di tatap pun seperti nya tidak malu. Hati Leo memang begitu tangguh. Tatapan Airin tak membuat nya lemah.
"Kenapa? Masih ada yang kamu mau?" Tanya Leo.
"Tidak."
"Lalu, kenapa kamu melihat ku seperti itu?"
"Terima kasih. Karena mau menikah dengan ku. Saat itu, aku kira kamu bisa di ajak bercanda. Tapi nyata nya saat ini, kita benar-benar menikah."
"Apa kamu menyesal?"
"Tidak. Untuk apa aku menyesal. Apalagi dapat kado yang banyak dari Ibu."
"Jadi, karena itu kamu senang?"
"Apa aku terlihat seperti orang senang?"
"Ya. Kamu memang sesenang itu dapat perusahaan sebagai kado pernikahan."
"Memang nya ada, yang nggak senang dapat kado kayak gini?"
"Entah lah. Mungkin saja ada."
Leo bangun dan meletakkan piring kosong. Ia lalu mengambil kan air untuk sang istri.
"Terima kasih. Aku bisa kok ambil sendiri."
"Tak apa. Mulai hari ini, aku akan melakukan hal ini untuk mu."
Setelah Airin makan dan minum, Leo pergi entah kemana. Kini, tinggal lah Airin seorang diri di ruangan tersebut.
Ingin rasa nya ia pulang dan berganti pakaian. Tapi sang suami, pergi entah kemana. Airin pun bosan dan keluar dari ruangan itu.
Gedung tempat di laksanakan nya pernikahan dan resepsi, sudah sepi. Tak ada siapapun lagi yang terlihat di sana.
Airin masih saja berjalan tanpa alas kaki. Ia tak sanggup lagi memakai sepatu hak yang begitu tinggi. Kaki nya sudah pegal dan lantai di gedung itu pun bersih.
Airin terus berjalan sambil memegangi dinding yang ada di sana. kepalanya masih pusing tapi ia juga bosan berada di dalam ruangan.
Ia ingin mencari sang suami dan juga Ibu mertuanya yang pergi entah kemana. Airin sudah tidak betah lagi memakai pakaian pengantin itu.
Akan tetapi, saat ia hampir tiba di sebuah ruangan, ia seperti mendengar suara Arman dan juga kedua orang tuanya. Sedangkan Meta tak terlihat di dalam ruangan tersebut.
"Ma. Pa. Aku sudah tidak tahan lagi. Harusnya, dari dulu kita bu-nuh saja nenek tua itu."
"Tidak semudah itu, Arman. Bahkan untuk membuat Leo masuk penjara saja, kita harus merancang rencana yang besar."
"Tapi, Ma. Pa. Nenek itu sudah gila. Ia berani sekali menyerahkan perusahaan kakek pada Airin. Bagaimana kalau Airin berhasil dan malah membuat perusahaan itu semakin sukses?"
"Itu tidak mungkin. Airin hanya wanita biasa. Ia tidak sepintar itu."
"Pa. Airin itu sangat hebat. Dia lah yang selama ini sudah membuat perusahaan kita maju. Jika tidak ada dia, kita akan terus jalan ditempat."
"Lalu, apa yang harus kita lakukan? Haruskah kita melakukan kejahatan seperti saat itu?"
Papa nya Arman penuh dengan siasat. Airin ada di sana dan mendengar kan apa yang di katakan oleh mereka.
Walaupun Airin tidak tahu, kejahatan apa yang telah dilakukan oleh keluarga pengkhianat itu. Pantas saja mereka bisa mengkhianati Airin. Ternyata mereka memang benar-benar jahat sekali.
"Kak Airin? Apa yang kakak lakukan di sini?" Ucap Meta yang tiba-tiba saja ada di sana.
"Mau tahu aja urusan orang. Memang nya gedung ini punya mu? Lagi pun, ini gedung yang menjadi saksi pernikahan ku dan suami ku. Tidak seperti kamu, yang tidak di akui negara."
Airin yakin jika keluarga Arman pasti akan mendengar suara Meta. Airin terpaksa membuat Meta kesal demi melindungi diri nya sendiri.
"Kakak menghina aku? Walaupun begitu, aku yang lebih dulu menikah dengan Arman. Aku juga yang mengambil kekasih kakak. Tetap saja aku yang menang."
"Laki-laki miskin dan pelit seperti Arman memang lebih cocok untuk mu. Tak seperti Bang Napi ku. Biarpun ia narapidana, tapi ia memberikan ku perusahaan. Apa kamu mendapatkan kado yang sama dengan ku, Meta?"
"Kak Airrrrriiiin! Awas, ya. Aku aduin ke Ibu dan Ayah."
"Dasar manja! Dikit-dikit ngadu. Sudah! Aku mau pergi mencari suami kaya ku."
Airin ingin langsung pergi dan tak ingin berlama-lama berada di sana. Akan tetapi, langkah nya terhenti. Arman dan kedua orangtuanya menghadang Airin.
"Mau kemana, Airin?"
wkwkwk
jgn pula nnati bnyk drama kasihan no leo
ya kan
aq harap nnti airin jd kuat kk thor biar yg menindas tau klo airin yg skrg bukan lemah
dlu pembacamu bnyk lho kk dr nopel pertama mu itu ayok kk smgt dong
ohh airin rontok.sudah rasa malu mua kek mana pun dia suami mu lho wkwkwk
mkne kau liaht dlu baik2 siapa lawan mu kali ini gooo
nahh kann ayo nyonya lina
kek di ibutiri ku agen kusgus keren
saiki rasak no wae
teus nikmati wae hasil.pilihan mu ya kann
wkwkk
benerw bodoh macam itu pun jadi sekertaris ohh ya ampum jadi apa coba nnti
akal.licik sudah berjalan
ohh demi harta smpe mengorbN kan sodara