Ini hanya cerita karangan semata. Semoga bermanfaat.
Ini kisah cinta Viola Armada dan Yuko Eraser. Di lengkapi dengan misteri di balik kematian Lazio Eraser, Daddy nya Yuko Eraser.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
09
...----------------...
Sera yang tengah menonton tv diapartemen Viola, menoleh saat suami duduk disampingnya sambil mengendurkan dasi dileher. "Kamu dari mana saja, Pa?" tanya Sera.
"Ketemuan sama istrinya si pembu.nuh itu,"
"Ohya? Apa yang kamu bicarakan sama dia? Jangan jelalatan matanya," Sera mendengus.
Victor mengerut kening lalu menatap Sera lekat, semakin lekat dia menatap Sera, Sera semakin memalingkan wajah darinya. Victor tersenyum geli, dia mencubit pipi Sera dengan gemas. "Kamu cemburu?"
Sera mendesis kesal. "Enggak!"
"Yakin?"
"Yakin banget!"
Victor mencibir dia menjauhkan wajah dari Sera dan beranjak dari duduk. "Padahal tadi diresto ada yang menggodaku, tahu kamu enggak cemburu aku la..."
"Iya. Aku cemburu!" potong Sera cepat, wajahnya memerah malu. "Makanya jangan suka keluar sendirian disini," kata Sera lagi.
Victor mengulum bibir. Hatinya berbunga-bunga mendengar pengakuan Sera yang cemburu. "Kita kekamar, Ma. Papa pingin yang bikin berkeringat," katanya dan berjalan menuju kamar miliknya.
Setelah suaminya tak terlihat dipandangan, Sera memegangi kedua wajahnya yang memanas. Walaupun sudah lama menikah dengan Victor tapi tetap saja Sera masih malu-malu disaat Victor ingin meminta haknya.
"Mama...!"
Sera menoleh, dan dia melotot saat melihat Victor yang berdiri diambang pintu hanya memakai dalaman bagian bawah saja dan sesuatu didalamnya terlihat menonjol.
"Ayo, sini. Dia minta dimanjain," kata Victor lagi sambil mengusap yang menonjol itu.
Sera meneguk ludah, wajah yang tadi sudah memanas kini lebih panas lagi. "Kamu tuh ya, dari dulu sampai sekarang selalu saja mesum!" omelnya tapi tetap beranjak dan menghampiri Victor.
Victor tersenyum melihat istrinya yang tetap menurut walau bibirnya mengeluarkan gerutuan. "Aku mau minta dua kali, Ma-Awshhh!" Victor mengaduh, dia mengusap pinggangnya karena Sera mencubitnya.
"Kamu mesum mulu, Pa. Ingat! Kamu itu sudah tua!"
"Tua tapi makin menggoda, iya kan, Ma?"
"Papaaa...!"
"Iya, Mama sayaaang,"
"Ish, au ah!"
...----------------...
"Viola, kamu kenapa dari tadi nggak baca pesan aku?"
"Aku sibuk kerjain soal,"
"Soal apa? Emang guru ngasih kamu tugas banyak?"
"Iya."
"Vio..."
"Yuko, kamu keluar dari kelasku dulu ya aku mau ketoilet," Viola menyela kata yang akan Yuko lontarkan. Lalu dia beranjak dan berjalan keluar dari dalam kelas.
Melihat itu, Yuko berjalan mengikuti Viola dibelakangnya. "Aku temenin,"
Viola berhenti mendadak, membuat Yuko yang berada dibelakangnya menabrak punggung Viola dan Viola hampir saja jatuh jika Yuko tak memegangi pinggangnya.
Saat itu juga jantung mereka berdua berdetak lebih kencang. Bahkan mereka berdua dapat mendengar suara detak jantung satu sama lain. "Viola, kamu deg-degan?" Yuko berseru, suaranya memecah keheningan, membuat Viola segera menjauhkan diri dari Yuko, dan cekalan Yuko dipinggangnya terlepas.
"K-kalau aku enggak deg-degan, ma.ti dong," jawabnya lalu melanjutkan langkah sambil memegangi dadanya, meninggalkan Yuko.
Yuko menatap Viola yang mulai menjauh dan menghilang dibalik dinding kelas lainnya. Perlahan bibir Yuko berkedut, dia tersenyum tipis. Dia mengingat dan tadi mendengar dengan jelas jika Viola tadi berdebar sangat kencang. Perlahan Yuko menyentuh dadanya, sama, dirinya juga deg-degan.
Yuko terkekeh. "Benar juga apa kata Viola, kalau enggak deg-degan ya ma.ti dong! Ck, calon pacarku kenapa semenggemaskan itu sih, dia suka ngelawak juga ternyata,"
...----------------...
"Widiiihhh, itu muka cerah banget yak, kenapa, Yuk? Baru dapet harta karun?"
Baru saja Yuko masuk kedalam kelasnya, Andreas si teman sebangkunya langsung menyambutnya dengan perkataan yang mungkin adalah pujian atau malah sebuah ejekan, dan Yuko tidak mempedulikan itu, hatinya sedang berbunga-bunga sekarang.
Yuko memilih duduk dibangkunya, dia mengambil pensil serta buku, lalu mulai mencoret-coret dikertas tulis yang masih kosong dan bersih tanpa noda.
Andreas mencibir melihat tingkah temannya yang kelihatan lagi bahagia banget. "Aku nanya dan kamu cuma diem saja, sariawan cuk...?" Andreas berbisik ditelinga Yuko membuat Yuko mendengus kesal.
"Napasmu bau, cuk! Enggak sikat gigi berapa minggu?" ejeknya yang tentunya hanya becanda.
Andreas melotot, dia tak terima, dia menarik rambut depan Yuko yang memanjang, membuat empunya meringis sakit. "Bac0tnya, Yuk! Aku sikat gigi terus ya! Enak saja dikatain nggak sikat gigi berapa minggu, lama-lama mu.lut kamu mirip mu.lut emak-emak depan komplek rumahku!"
Yuko menepis tangan Andreas yang menjambaknya. Membuat Andreas mengibas dan meniupnya karena sakit. "Emangnya emak-emak depan komplekmu kenapa, Ndre?"
"Julid!"
"Bhahahaaa..." Yuko dan Andreas tertawa bersamaan, menertawakan si emak-emak depan komplek yang kata Andreas suka julid.
Setelah itu, Yuko dan Andreas sama-sama terdiam karena suara bel sekolah sudah berbunyi, pertanda bahwa pelajaran akan segera dimulai.
"Anak-anak, sore ini saya kasih tugas kelompok ya, satu kelompok harus lima anggota, cowok-cewek!"
"Baik, Bu...!" jawab mereka serempak termasuk Yuko.
Seorang guru didepan sana pun menulis beberapa tema untuk bahan tugas kelompok. Anak-anak pun sibuk menulis seperti yang guru mereka tulis didepan sana. Namun tidak dengan Yuko, dia justru meneruskan coretan pada kertas tulisnya.
Andreas yang melihat itu menyikut pelan lengan Yuko, membuat Yuko menoleh padanya. "Tulis beg0, malah asik nge-gambar!" ~ Andreas.
"Berisik! Mirip emak-emak depan komplek!"
Andreas mendelik, lagi-lagi malah ngomongin si emak-emak depan komplek. Tahu gitu, tadi Andreas enggak usah cerita. "Yuko baji.ngan!" umpatnya, yang mana malah umpatan Andreas membuat Yuko tertawa kecil.
"Au ah! Malah ketawa, seng.klek!"
Yuko mengedik bahu dengan bibir yang mencibir. Lalu fokus pada gambarannya lagi. Dia sedang menggambar seseorang. Dan senyum Yuko terbentuk tat kala berhasil membuat bagian mata dengan bulu mata lentik seperti milik Viola.
Tetapi, disaat dia sedang tersenyum, kedua matanya menangkap sesuatu yang aneh pada gambarannya. Didalam gambarannya yang itu memang menggambar Viola, dibagian matanya memerah, menyala, bahkan dibagian rambut gambarannya ada cairan merah.
Yuko mengerut kening, dia sedikit bingung, lalu dia mendongak kelangit-langit kelas, kedua matanya melebar melihat diatas sana ada tulisan berawarna merah yang sangat acak-acakan tapi terkesan menyeramkan.
MELATI KOSONG DUA, TOLONG AKU, TEMUKAN...!!
Tangan Yuko gemetar dan dia buru-buru mengalihkan pandangan, tapi dia justru dibuat keheranan, sekarang Yuko bukan berada dikelasnya, tapi berada dijalanan yang waktu itu salah jalan bersama Viola. Lalu disana ada sebuah layar yang menunjukan pas hari waktu itu Daddy kecelakaan.
Dengan gemetar dan menahan takut, Yuko melihatnya, dan kening Yuko mengerut saat melihat ada benda kecil yang terlempar kedalam lubang selokan.
TEMUKAN
"Aaa...!" Yuko berteriak kala makhluk menyeramkan yang pernah dia lihat tiba-tiba muncul tepat didepan wajahnya.