Follow ig author : @Shikuzika97
PLAGIAT! BISULAN SEUMUR HIDUP 🤙🏻😤
Restu Anggoro Wicaksono, seorang pria yang sering kena bully ketiga sahabatnya lantaran dirinya yang belum pernah melakukan hubungan s*xs dengan lawan jenis. Jangankan berhubungan badan, dekat dan sekedar berciuman saja Restu belum pernah.
Hingga suatu malam, ketiga sahabatnya menyeretnya ke klub malam. Menyewakan seorang wanita untuk membantu Restu merasakan pengalaman bercinta.
Namun, pertemuannya dengan wanita malam tersebut, membuat Restu terkesan, terpikat dan tidak bisa melupakannya.
Bertahun-tahun berlalu, Restu masih mencari wanita malam itu. Tapi nihil, wanita tersebut menghilang seperti di telan bumi. Di sisi lain, keluarganya sudah menuntutnya untuk segera menikah.
Akankah Restu bisa menemukan kembali wanita yang ia cari? Ataukah akhirnya dia harus menyerah dan menerima perjodohan yang telah diatur oleh keluarganya?
Yuk, ikuti dan dukung keseruan kisah Restu 😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquarius97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di usir.
Restu membuka matanya perlahan sambil memijat kedua pelipisnya. Ia masih merasakan kepalanya berdenyut nyeri.
"Akh..aku dimana? Apa yang terjadi?" gumamnya parau, berusaha merangkai ingatan.
Ketika samar-samar bayangan semalam muncul, ia spontan menoleh ke samping, dan sontak terlonjak. Seorang wanita terbaring di sisinya, dengan pundak yang terekspos, dan sebagian tubuhnya hanya tertutup selimut tebal.
Restu beralih menatap tubuhnya sendiri yang juga tak lagi berbalut kemeja ataupun jas, hanya telanjang dada dengan selimut menutupi pinggangnya.
"JANCOK, KOK ISO IKI?!" umpatnya kesal.
(Jancok, kok bisa ini).
Perkara Clarissa dan Ayu saja masih membuatnya kesal, kini ditambah lagi dengan kehadiran seorang wanita bernama Nadine, yang bahkan tak ia kenal siapa sebenarnya. Dengan geram, Restu menyibak selimut itu secara kasar. Ia meraih pakaian nya yang tercecer di lantai, lalu membawanya ke kamar mandi dengan langkah tergesa.
Begitu pintu tertutup, Nadine membuka matanya perlahan. Senyum licik terukir di bibirnya. Sejak tadi ia sudah terjaga, hanya menunggu Restu bangun lebih dulu dan melihat bagaimana reaksinya.
*
*
*
Ketika Restu keluar dari kamar mandi, Nadine sudah bangun, dan duduk di atas ranjang dengan bahu yang bergetar. Air mata mengalir di pipinya.
Tatapan mereka bertemu sesaat, namun dengan cepat Nadine menunduk, seperti seorang wanita yang merasa ternodai.
Restu menghela napas kasar, rasa kesal dan bingung bercampur jadi satu. "Maafkan aku yang sudah bersikap kurang ajar padamu," ucapnya datar, sedikit ada rasa penyesalan.
"Aku memang menyukaimu, Restu, tapi bukan berarti kau bisa memperlakukanku semena-mena, hiks! Aku… aku kotor sekarang… aku kotorr!"
Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, bahunya terguncang seakan benar-benar hancur.
Restu menatap Nadine tajam. Tangisannya memang terdengar memilukan, tapi entah kenapa ia tidak merasa iba sedikit pun. "Lalu, apa yang kau inginkan?" tanyanya datar, tanpa ekspresi.
Isakan Nadine perlahan mereda. Sudut bibirnya tersungging tipis sebelum akhirnya ia menegakkan kepala, menatap Restu dengan mata berkaca-kaca.
"Nikahi aku, apalagi!" nada suaranya memang rendah, tapi mengandung tuntutan. Nadine menyibak selimut, memperlihatkan seprai putih yang ternodai sedikit bercak darah. "Kau… kau telah merenggut kesucianku!"
Restu mengangkat sebelah alisnya, menatap Nadine tanpa sedikit pun rasa bersalah.
"Aku tidak bisa menikahimu," ucapnya dingin. "Tapi kalau kau mau, aku bisa memberimu kompensasi sebagai ganti rugi atas keperawananmu."
"Kenapa kau tidak bisa menikahiku?!" suara Nadine melengking, hampir histeris.
"Tentu saja karena aku tidak mencintaimu! Anggap saja kejadian semalam hanyalah sebuah kesalahan," jawab Restu dingin tanpa ragu.
"Kesalahan, katamu?! Kau yang memaksaku semalam!" Nadine menuding dengan suara bergetar, air mata kembali mengalir.
Restu menghela napas kasar, matanya menyipit tajam. "Jangan membalikkan fakta. Andai saja kau juga tidak gencar menggodaku, semua ini tidak akan pernah terjadi."
Nadine tidak bisa mengelak, ia menghembuskan napas pelan. "Tapi aku mencintaimu," ucapnya lesu.
"Aku tidak peduli! Aku tidak mencintaimu, bahkan aku tidak mengenalmu sedikit pun." Restu menekan setiap kalimatnya.
Wajah Nadine memerah, tangisnya berubah menjadi kemarahan. "Lihat saja! Aku akan meminta pertanggungjawaban pada keluargamu!"
Bibir Restu menyunggingkan senyum smirk. "Lakukan saja!" ia menjeda ucapannya sejenak. "Tapi pikirkan baik-baik. Mau terima kompensasi atau menikah denganku, dan aku pastikan hidupmu seperti di neraka seumur hidup!" Ancamnya, menusuk bagai belati.
Ia merogoh saku jas, lalu melemparkan sebuah kartu nama ke atas ranjang. "Jika kau berubah pikiran, segera hubungi aku!"
Tanpa menoleh lagi, Restu melangkah pergi, meninggalkan Nadine terdiam di kamar.
...🕊️🕊️🕊️...
Setelah meninggalkan hotel pagi itu, Restu memutuskan untuk langsung pulang. Hari ini, ia tidak akan pergi ke perusahaan.
Setibanya di rumah, Restu sudah di sambut Nyonya Emma dan juga neneknya dengan wajah masam, di ruang tamu. Mood yang buruk, jadi bertambah. Restu menghembuskan napasnya kasar, siap-siap menghadapi dua wanita heboh yang sudah menantinya
"Kau ke mana saja semalam?" tanya Nyonya Emma sembari menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Yang lain sibuk berdansa, menikmati pesta, sedangkan kau, yang punya acara, malah menghilang entaj ke mana. Ck!" sahut neneknya dengan nada kecewa.
Restu melangkah mendekat lalu duduk di sofa di hadapan neneknya. "Tidak ke mana-mana, hanya tidur di kamar," ujarnya datar.
Nyonya Emma menepuk keningnya pelan. "Astaga, anak ini!" desisnya kesal.
Sang nenek hanya menggelengkan kepala, seolah sudah kehabisan kata-kata. "Seharusnya kau berkeliling menyapa tamu. Kau tahu kan, rekan bisnis papamu banyak, dan mereka membawa anak-anak gadis mereka yang cantik-cantik, Res!"
"Cukup, Oma! Apa tidak bisa kalian berdua berhenti membahas wanita denganku?!" Restu terlihat frustasi.
"Kau yang cukup, Restu!" balas Nyonya Emma dengan tatapan tajam. "Umurmu sudah lewat cukup untuk berumah tangga!" Ia menarik napas dalam, lalu menambahkan dengan nada tak terbantahkan, "Kali ini, mau tak mau, kau harus menerima Ayu ataupun Clarissa. Setidaknya, cobalah mengenal mereka lebih dekat, Nak."
"Cukup, Ma! Restu tidak mau!" tolaknya sekali lagi, penuh penegasan.
Raut wajah Nyonya Emma mengeras. "Restu, kalau kamu tidak mau bertunangan dengan salah satu di antara Ayu atau Rissa, sebaiknya kau pergi dari Surabaya!"
"APA! MAMA NGUSIR AKU?!" mata Restu menyipit.
...ΩΩΩΩΩΩΩ...
Hmmm...Restu di usir ??? 🤔 Beneran nih Nyonya Emma?