Di cerai karena anak yang dia lahirkan meninggal, membuat hati Adelia semakin terpuruk, akan tetapi beberapa hari kemudian, dia di minta untuk menjadi ibu susu anak CEO di tempatnya bekerja, karena memang dirinya di ketahui mempunyai ASI yang melimpah.
Apakah Adelia mampu menyembuhkan lukanya melalui bayi yang saat ini dia susui? Temukan jawabannya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jawaban Dari Semua Jawaban.
Keesokan harinya, langit di kota Manhattan begitu cerah, suara mesin kendaraan bermotor terdengar cukup ramah tidak terlalu bising, hanya saja suara klakson menjadi ciri khas layaknya musik yang selalu terdengar mewarnai jalanan.
Di pagi yang cerah ini Arthur duduk di kursi restaurant yang terletak di pinggul jalan, tangannya mulai memegang roti, untuk mengawali sarapan paginya, sambil mengunyah, dan menikmati sehelai roti tersebut. Tiba-tiba saja handphone nya berdering, sebuah pesan masuk.
"Tuan, ada kabar mengejutkan, setelah melakukan otopsi jenazah tim medis sudah menemukan hasilnya: Jenazah tersebut bukan milik Nona Sisi, dan setelah polisi menyelidiki kasus ini ternyata Jenazah itu merupakan milik korban kebakaran ruko tiga bulan yang lalu," tulis Reyhan.
Seketika Arthur tercengang bahkan potongan roti yang tinggal sedikit tidak di teruskan lagi, hatinya benar-benar tercekat, setelah empat tahun menjalani biduk rumah tangga kenapa setelah kehadiran buah cintanya Sisi malah menghilang begitu saja.
"Aku sudah yakin, kalau kamu memang Sisi, bukan Shofia, mau sejauh mana kau menutupi kebohongan ini, tetap saja waktu akan menunjukkan siapa dirimu," gumam Arthur sambil mengepalkan tangannya.
Pria itu segera kembali lagi ke hotelnya, untuk mengambil sebuah bukti-bukti yang menyangkut tentang Sisi.
langkahnya mulai mengayun suara sepatu uang terdengar cukup keras menandakan kalau saat ini kondisi hatinya tidak sedang baik-baik saja.
"Baiklah Si, kalau memang ini yang kamu inginkan maka sampai kapanpun kamu tidak akan pernah melihat anakmu," ucap Arthur sambil menapaki lorong-lorong hotel.
Sesampainya di kamar hotel, Arthur langsung mengambil sebuah berkas yang berisi tentang data Shofia dan juga sebuah bukti yang berupa foto-foto sudah dia siapkan mulai kemarin ketika ia sudah menemukan bukti lewat detektif yang ia sewa kemarin.
"Tunggu aku sebentar Si," ucapnya penuh telisik.
*******
Taksi online sudah membawa Arthur di ke tempat yang sudah pernah ia temui sebelumnya, ya di sebuah apartemen tua dimana saat ini Shofia atau Sisi menempatinya.
Mobil masih terus berjalan hingga berhenti di depan bangunan tua itu.
"Tunggu sebentar ya apak," ucap Arthur kepada supir taksi itu.
"Baik Tuan," sahut supir itu.
Arthur segera keluar dari taksi yang ia tumpangi, tatapannya begitu kuat dan tajam, menatap bangunan tua itu, langkahnya terdengar begitu tegas dan cepat, seperti langkah seekor singa yang ingin menerkam lawannya.
kamar lantai dua, nomor 2b saat ini Arthur sudah berada ambang pintu, mencoba untuk mengetuk pintu perasaan yang begitu sesak. Yang ingin segera di tumpakan.
"Tok ... Tok ... Tok ....," suara itu terdengar suara ketukan pintu wanita di balik pintu sana segera membukanya.
"Sebentar," sahut suara itu.
Shofia pun mulai membuka pintunya, dan tubuhnya mendadak memematung ketika seseorang yang ia takuti mulai datang kembali.
"Kamu ....," ucap Shofia dengan nada yang tercekat.
"Iya ... Kenapa kau terlihat begitu ketakutan Nona Shofia," seringai Arthur terpancar di wajahnya.
"Mau apa lagi," ucap Shofia mencoba untuk menenangkan hatinya.
"Aku hanya ingin menunjukkan sesuatu saja," kata Arthur sambil menyerahkan sebuah berkas, mengenai, bukti-bukti tentang dirinya yang sudah berganti identitas.
Shofia membelalakkan matanya dengan sempurna tangan wanita itu bergetar hebat ketika membuka map yang di serahkan oleh pria di hadapannya, suatu bukti yang berupa penggantian identitas dan sebuah foto tanda lahir di bawa leher kirinya yang benar-benar membuatnya tidak bisa berkutik sama sekali.
"Ada apa Nona Shofia ... Jangan merasa terkejut seperti itu dong? Buktikan kalau memang diri anda Shofia bukan Pricilia Hermawan atau yang kerap di panggil Sisi," suara Arthur terdengar penuh amarah yang menakutkan.
"Ti ... Tidak," elak Shofia.
"Bukti seperti itu masih belum membuat anda mengakui, sebentar ...." Arthur mulai menggantungkan ucapannya. "Kalau ini bagaimana," tunjuk Arthur.
Sebuah surat keterangan medis, di mana jenazah yang di kubur tiga bulan lalu, bukan milik Sisi melainkan milik korban kebakaran di sebuah ruko pada waktu itu.
"Bagaimana? Jenazah mu sudah di otopsi loh, dan sidik jarimu tidak sama dengan datamu, lantas itu jenazah siapa?" seringai Arthur.
Duarrr!!
Bagaikan petir di siang bolong yang mengejutkan hatinya seketika, saat ini Shofia tidak bisa berkutik sama sekali ketika dihadapkan dengan sebuah bukti-bukti yang mengarah ke dirinya. Tubuhnya membeku terasa sulit untuk di gerakan, ketika dengan cepat suaminya itu menemukan identitas dirinya yang sudah pergi jauh dari negaranya.
"Kenapa diam, ayo jawab yang lantang, seperti pertama kali kita bertemu, dan kau sekuat tenaga sudah menyangkal kalau dirimu bukan Sisi melainkan Shofia," titah Arthur.
Sedangkan Shofia hanya mampu memejamkan matanya, kedatangan Arthur kali ini benar-benar sebuah jebakan yang harus ia hadapi.
"Ayo jawab ... jangan diam seperti ini layaknya seorang pengecut!" desak Arthur dengan amarahnya.
"Iya aku jawab! Jangan meneriaki aku seperti itu seolah aku ini penjahatnya!" gertak Shofia yang akhirnya berani mengeluarkan suaranya.
Suasana hening seketika, Shofia bagikan seorang yang kesetanan ketika desakan itu terus menerus mengintimidasinya.
"Pricilia Hermawan, nama yang begitu indah ... Ya nama pemberian dari kedua orang tuaku, sejak kecil hidupku tidak seberuntung anak-anak lain, bahkan setelah dewasa kedua orang tuaku menjodohkan ku denganmu, aku pikir kehidupanku akan ada perubahan, di saat aku dinikahi oleh anak pengusaha kaya raya, tapi ternyata aku salah, menikah denganmu merupakan penderitaan di babak kedua, aku sudah berusaha menjadi istri yang baik dan penurut, tapi ... kau masih tetap acuh," terang Shofia kali ini menggunakan nada yang cukup tenang.
Arthur hanya terdiam, tatapannya sudah mulai menunduk, dia tahu kesalahannya di dalam rumah tangga akan tetapi membuat keterangan palsu seperti tidak di benarkan juga.
"Tapi apa yang kau lakukan itu merupakan kesalahan fatal dan kau sudah bermain-main dengan hukum," cetus Arthur.
"Aku tidak merugikan orang lain, jadi stop jangan bawa-bawa hukum, aku hanya ingin hidup tenang saja," ujar Shofia.
"Hidup tenang? Omong kosong macam apa ini, kau bilang hidup tenang ... Kau benar-benar wanita egois yang pernah aku temui kau hanya memikirkan tentang dirimu saja, tanpa berpikir, di saat kepergianmu banyak keluarga yang merasa sedih dan kehilanganmu."
"Termasuk kamu," sela Shofia dengan cepat.
Arthur hanya terdiam mulutnya tercekat, hanya sekedar menjawab pertanyaan sederhana dari wanita dihadapannya itu.
"Aku sudah tahu jawaban dari semuanya, semua orang menangisi kepergianku, itu bukan karena mereka kehilanganku, akan tetapi mereka sedih karena bayiku yang kecil harus kehilangan sosok ibu, termasuk kamu," tuduh Shofia.
"Aku memang bukan suami yang baik, tapi ada beribu cara agar kamu terbebas dariku, kau punya akal kan, tapi kenapa malah memilih jalan yang seperti ini!" sentak Arthur.
"Biarkan, ini sudah menjadi jalanku, dan pulanglah, aku berjanji tidak akan muncul ke dalam hidupmu lagi, hanya satu pesanku, selalu jaga Dalton, karena hanya dialah satu-satunya peninggalanku yang masih tersisa," pinta Sisi.
"Kau yakin dengan apa yang kau ucapkan itu?" tanya Arthur dengan amarahnya.
"Iya aku janji," sahut Shofia dengan tegas.
"Baiklah, mulai sekarang, aku tegaskan. Dia bukan anakmu lagi!" cetus Arthur.
Kata-kata Arthur bagaikan ujung pisau yang lancip, yang akan sakit jika di tancapkan.
Bersambung ...
vote pun udah meluncur lho