Tidak ada yang tahu pasti bagaimana takdir telah di gariskan. Almira Kanaya tidak sengaja menumpahkan jus milik salah seorang pria yang bernama Hafiz Muhammad Adnan.
kejadian tak terduga tersebut ternyata menarik keduanya dalam hubungan abstrak yang cukup membuat hati mereka porak-poranda bak rollercoaster. penasaran? mari simak kisahnya.
note : cerita ini murni dari tulisan author dilarang untuk di coppy paste, jika terdapat maka akan berusan dengan undang-undag hak cipta. ☺
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Hikma Arzam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 9. Bertemu orang tua Almira
Sesaat setelah pintu rumah di ketuk, di sinilah Hafiz duduk. di ruang tamu rumah Haya dan Almira. raganya seraya bergetar, jantungnya berdegub kencang saling bertalu. adrenalinnya meningkat. ia gugup.
"Masya Allah Hafiz sebulan lamanya kita tidak ketemu akhirnya kamu main kesini juga ya nak" Tegur Razfan yang datang dari arah dapur menghampirinya.
Hafiz memasang wajah tersenyum, jujur ia masih sangat gugup untuk membuka suara.
Syifa yang sudah rapi dengan pakaian kantornya juga ikut bergabung bersama keduanya seraya membawa brownies coklat dan juz mangga.
"silahkan di nikmati Hafiz" ucap Syifa setelah meletakkan kue dan jus itu ke atas meja.
Hafiz mengangguk. ia berdehem pelan memulai pembicaraan nya "sebenarnya saya kesini ingin menyampaikan niat baik saya om , tante" ujarnya lugas sedikit menjeda ingin melihat reaksi kedua orang tua Almira
Razfan dan Syifa tersenyum. melihat senyuman itu Hafiz mulai percaya diri. namun saat ingin melanjutkan maksud ucapannya, ponselnya berdering disanaa tertera nama Abyan laksana. Hafiz ijin sebentar untuk mengangkat telpon.
Ia berjalan sedikit menjauh dari tempat duduk ayah dan mama Almira. "ada apa Abyan?"
"bos kau harus kesini, ada Angeline yang tiba-tiba masuk kedalam ruang kerjamu dan mengambil foto Almira" suara Abyan terdengar dari dalam ponsel.
Hafiz menegang ia mengepalkan tangannya kuat-kuat. "usir dia" pungkasnya lalu mematikan sambungan tersebut.
Ia kembali duduk namun merasa sedikit bersalah. "maaf om, tante" ucapnya sambil menatap serius sepasang suami istri yang saling mencintai itu.
"saya belum bisa melanjutkan maksud saya, ada kendala di kantor yang mengharuskan saya untuk segera pergi" lanjutnya lagi. Lalu berdiri menyalami keduanya.
Razfan dan Syifa paham mereka tidak memaksa dan tidak merasa di rugikan. "tidak apa nak, salam untuk ayahmu ya sampaikan mungkin dua atau tiga hari lagi kami akan main kerumah" ujar Razfan tenang masih dengan senyum teduhnya.
Hafiz mengangguk ia akhirnya keluar setelah memberi salam, berjalan cepat masuk ke dalam mobil. Aisyah yang melihat ketegangan di wajah abang nya mengernyit
"di tolak?" tanyanya.
Hafiz menggeleng dengan cepat ia menyalakan mesin, menekan pedal gas dan menjalankan mobil itu. sepanjang perjalanan Aisya berkutat dengan kebingungan sementara Hafiz hanyut tanpa suara hanya riuh pikirannya yang berbicara.
...****************...
"untung kamu datang di waktu yang tepat bell" kata Almira dengan nada yang melegakan.
"aku pikir, aku adalah pengganggu" jawab Bella.
Almira menggeleng "justru karena kamu disana tepat waktu, aku jadi tidak berbuat hal yang terlewat batas"
"maksudnya?"
Almira menatap netra Bella, ia menelisik dalam memperhatikan apakah gadis itu benar-benar bingung atau hanya ingin meledeknya. namun yang ia dapat adalah rasa penasaran yang besar.
"Hafiz menawarkan diri untuk mengantarkan ku kesini Bell ya meskipun atas permintaan dari bang Haya sih" jelasnya. gadis yang berjalan di sampingnya itu berhenti.
"dan kamu menolaknya? oh astaga Almira itu kesempatan bagus untuk dekat dengan kak Hafiz, kenapa kamu tolak" sesal Bella, ia rasa sahabatnya ini tidak benar-benar menyukai Hafiz.
"aku mau, tapi kalau nanti saat kami telah menikah" sanggah Almira.
"oh waw, Almira dengan prinsip kuatnya, jadi itu yang membuat Hafiz berucap masuk kedalam rumah menemui ayahmu" tanya Bella akhirnya.
Almira mengangguk. mereka melanjutkan langkah menuju gedung A, ruang perkuliahan hari ini.
"apakah dia serius bell? apakah dia akan menemui ayahku?" Almira bertanya dengan sedikit berharap bahwa Hafiz juga punya rasa yang sama denganya.
"fifty-fifty Al, bisa jadi dia bertemu atau dia hanya ingin melihat perasaan mu" jawab Bella.
Mereka berbelok dan kemudian naik tangga. sebelah kanan gedung A terletak.
"aku harap dia menemui ayahku, tapi jika tidak aku akan pelan-pelan tidak menyukainya" ucap Almira ragu.
"haha mustahil Al, kita memang punya hati tapi perasaan punya kendali penuh terhadap hati kita" Bella membalas dengan jawaban sedikit menohok.
Ya manusia memang punya hati namun perasaanlah yang mengendalikan seonggok daging berwarna merah tua itu.
Mereka masuk dalam ruangan yang sudah ramai, ada dua kursi yang sengaja dikasih kosong untuk ke duanya. di sana ada Aldi yang memapah satu buket bunga kombinasi coklat yang berukuran lumayan besar.
"Allhamdulillah akhirnya kalian datang juga" ucap Aldi dengan senyum manis mengembang di wajah putihnya.
Almira dan Bella kompak menggeleng pelan seraya menghembuskan nafas lelah. Aldi dengan segala macam efforts nya.
"Aldi, kamu sepagi ini sempat-sempatnya beli buket" tegur Bella yang terlalu terkejut.
Aldi hanya tersenyum lalu menyodorkan buket itu pada Almira. "nih Al buat kamu"
"Al, makasih ya, tapi saya tidak bisa nerima semua ini" Almira menambahkan, dengan berat hati ia harus selalu menolak.
"tenang Al, ini hanya coklat untuk mengurangi hormon kortisol dan meningkatkan pelepasan hormon endorfin juga serotoninmu. biar kamu happy. aku tidak memaksa soal perasaan kok tenang" ujar Aldi tulus lalu meletakkan bunga itu di atas meja Almira.
Almira tersenyum, hangat sekali ketua tingkat nya ini. kenapa hatinya tidak tertarik pada Aldi saja? cowok penuh effort, manis dan tulus juga humoris. kenapa hatinya harus tertarik pada Hafiz yang belum jelas ia kenal kepribadian nya.
"thanks Aldi, baiklah untuk kali ini akan saya terima" jawab Almira tulus.
jawaban Almira membuat teman-temannya yang menyaksikan bersorak senang.
"ciee apakah akan terwujud Al-Al couple? " ucap Dito salah satu teman Aldi.
"kalau terwujud kami akan jadi fanbase terbesar" tambah Ela.
"uhuy Aldi wajahmu bersinar sekali hari ini" timpal yang lain.
"Al kalau bisa kami juga dong dipertimbangkan" pria berbaju biru tua juga menimpali.
Almira hanya tersenyum lalu duduk. sedangkan Bella lagi-lagi menggeleng kan kepalanya.
"kalian ini masih saja berjuang ya" ujar Bella sarkastis.
Teman-teman mereka malah balik berucap "usaha tidak akan pernah menghianati hasil Bella cantik" ujar Dito.
"diliat-liat Bella dan Dito ini tidak pernah akur selama lima enam semester perkuliahan" tanggap Aldi dengan tatapan meledek.
"biasanya kata bella benci jadi cinta sih" Almira nyeletuk membuat seisi kelas heboh lagi. kali ini sasarannya berpindah ke arah Bella dan Dito.
Bella melirik sinis sahabatnya itu, "Al kamu mau saya jodohin sama Aldi hmm?" Ancamnya.
Almira tertawa menanggapi ancaman itu seraya menangkup kan kedua tangannya memohon ampun.
"Bell benar lo apa kata Al bisa jadi benci berubah menjadi cinta loh" Dito ikut menggoda.
"Diam Dit, kamu tidak mau di cium sepatu saya kan" ingat Bella. membuat semua teman-temannya tertawa.
Almira juga ikut tertawa namun jauh dalam pikiran nya, ia sedikit penasaran dengan keseriusan Hafiz. apakah pemuda itu berani bertemu ayahnya? jika iya maka dia akan menjadi perempuan yang sangat bahagia karena cintanya bersambut.
Unik ya, lama tidak pernah bertemu hanya memandang dari layar ponsel perasaannya bisa muncul begitu saja, sekalinya bertemu ternyata pria itu seru juga. selalu tersenyum menanggapi ucapan randomnya. tidak pernah marah saat ia berbuat kesalahan ya meskipun kesalahannya hanya sekali. lalu sekarang tiba-tiba saja idolanya itu menawarkan lamaran secara langsung yang membuat hatinya terbang seperti kapas. ringan dan menangkan.
Hanya saja mungkin sepulang kuliah nanti ia harus segera kembali ke tempat laundry untuk mengambil jaz Hafiz, mengembalikan dengan senang hati mana tau mereka akan berjodoh. semoga saja ia tidak seperti apa yang di ucapkan oleh salah satu sahabat nabi bahwa berharap pada manusia adalah
"Bella jangan gitu lah."
ceritanya keren banget seriuss😁✨✨
jangan lupa mampir di karya aku ya thor. terimakasih