Bagaimana jadinya ketika bayi yang ditinggal di jalanan lalu dipungut oleh panti asuhan, ketika dia dewasa menemukan bayi di jalanan seperti sedang melihat dirinya sendiri, lalu dia memutuskan untuk merawatnya? Morgan pria berusia 35 tahun yang beruntung dalam karir tapi sial dalam kisah cintanya, memutuskan untuk merawat anak yang ia temukan di jalanan sendirian. Yang semuanya diawali dengan keisengan belaka siapa yang menyangka kalau bayi itu kini sudah menjelma sebagai seorang gadis. Dia tumbuh cantik, pintar, dan polos. Morgan berhasil merawatnya dengan baik. Namun, cinta yang seharusnya ia dapat adalah cinta dari anak untuk ayah yang telah merawatnya, tapi yang terjadi justru di luar dugaannya. Siapa yang menyangka gadis yang ia pungut dan dibesarkan dengan susah payah justru mencintai dirinya layaknya seorang wanita pada pria? Mungkinkah sebenarnya gadis
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maeee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Halloween
Udara malam ini berbeda dari hari-hari biasanya. Kali ini terasa lengket, semua aroma seakan bercampur di udara. Harumnya makanan seakan bertabrakan dengan harum dari parfum yang semua orang pakai.
Jalanan utama kota sudah berubah menjadi lautan manusia yang meriah. Lampu berwarna-warni berkelap-kelip ikut menghiasi jalanan, bersaing dengan cahaya bulan purnama yang malu mengintip dari balik awan tipis.
Kostum-kostum unik dan nyentrik bertebaran di mana-mana. Ada yang memakai costum vampir, penyihir jahat, dan lainnya yang semata-mata dilakukan untuk memeriahkan halloween malam ini.
Di tengah keramaian itu ada Morgan dan Cherry yang berjalan beriringan. Wajah Morgan berseri-seri begitu menikmati suasana malam ini, berbanding terbalik dengan yang Cherry rasakan.
Gadis itu dari keluar rumah hingga kini berbaur bersama orang-orang ekspresi wajahnya tak berubah, masam dan cemberut. Bukan ia tidak senang dengan acara ini, tapi costum yang ia pakailah yang membuatnya tidak mood.
Namun meski begitu Cherry tetap berjalan di samping Morgan, melewati lautan manusia yang tak berujung.
Rumah-rumah yang berdiri di sepanjang jalan dihias menyeramkan, ada yang dihias dengan labu ukir yang menyala, jaring laba-laba palsu, ada juga yang menggantungkan kerangka manusia.
Saat Cherry dan Morgan berjalan lebih jauh, mereka akhirnya dipertemukan dengan teman-teman Morgan. Seperti dugaan Cherry, mereka semua pasti akan menertawakannya dan hal itu pun yang saat ini tengah berlangsung.
"Astaga naga, Cherry, kamu gadis yang baik mengenakan costum tertutup," celetuk Oscar meraba costum Cherry sambil menahan tawanya.
Cherry semakin mengerutkan wajahnya kesal.
"Dari banyaknya costum, kenapa kamu memakai costum suster valak? Padahal aku pikir kamu akan terlihat lebih cantik kalau mengenakan costum peri jahat," timpal Felix, mencoba untuk tidak menertawakan gadis yang hampir menangis itu.
Cherry menunjuk Morgan dengan emosi. "Dia yang memaksa ku untuk memakai costum jelek ini." Ia menyilangkan tangan di dada, ogah untuk beradu pandang bersama pria menjengkelkan di sampingnya.
Teman-teman Morgan diam-diam menertawakan Cherry dan Morgan. Di mata mereka sulit untuk melihat bahwa Morgan adalah ayah Cherry, bagaimana pun dia masih pria lajang, jadi sulit untuk mengakui bahwa dia sudah punya anak.
"Sudahlah, di hari spesial ini tidak baik digunakan untuk berdebat, ayo bersenang-senang!" tukas Max, berdiri di antara Cherry dan Morgan, dia merangkul keduanya.
Selanjutnya, mereka semua pun kembali berjalan bersama yang lainnya.
Di pertengahan jalan Morgan mendorong Max ke depan, lalu dirinya lah yang merangkul Cherry. Cherry menoleh pada pria itu dengan kesal.
"I hate you," ungkapnya dengan emosi.
Morgan menulikan telinganya dan tatapan matanya fokus ke depan. Dia tak mengindahkan ujaran kekesalan Cherry, yang justru membuat Cherry semakin kesal.
Cherry dengan kesal menarik daun telinga Morgan, gadis itu berjinjit untuk mendekati daun telinga pria itu. "I hate you," ulangnya, kini tepat di daun telinga Morgan.
Morgan tak bisa menahan tawanya, tapi ia tetap berusaha untuk mengabaikan gadis itu.
Cherry melihat dari sudut matanya, Morgan masih mengabaikannya, tekadnya pun semakin kuat.
Cherry mendengus kesal. "I hate you, Morgan Seraphine. Fuck you, damn, shit, bastard, asshole, dickhead,-" Umpatan Cherry di telinga Morgan mengalir deras, seakan tak ada habisnya. Gadis itu mengungkapkan semua kata kasar yang ada di kepalanya, setiap kata yang keluar dari bibir ranumnya itu penuh emosi seolah ingin meluapkan semua amarahnya.
Morgan hanya tersenyum geli mendengarkan rentetan umpatan dari Cherry. Tangannya yang semula berada di bahu gadis itu kini beralih ke pinggangnya, jari-jarinya meremas lembut tapi kuat.
Dengan gerakan cepat ia menarik Cherry lebih dekat hingga tubuh mereka saling bersentuhan. Dada bidang Morgan menempel sempurna pada tubuh Cherry. Cherry menyelipkan tangannya di antara dadanya dan dada Morgan dan berusaha mendorong tubuh pria itu.
"Yes, i love you to, Cherry Seraphine," balas Morgan santai. Senyumnya lebar seakan tak terpengaruh oleh kata-kata kasar gadis itu. Kepalanya menunduk lalu dimiringkan untuk mencium pipi Cherry.
Ciuman yang lembut itu berlangsung lama. Bibir Morgan seakan anteng diam di pipi kenyal nan lembut milik Cherry.
Cherry tertegun. Matanya terbelalak. Tangannya yang terhimpit antara dadanya dan dada Morgan tiba-tiba terasa bergetar karena terkena debaran jantungnya sangat kencang seakan hendak keluar dari rongga dadanya. Untuk beberapa saat Cherry menahan napas.
Morgan tersenyum smirk. Lihat! Tidak sulit kan untuk meredakan kemarahan gadisnya. Dia cukup mudah.
Setelah tersadar Cherry buru-buru mendorong Morgan menjauh. "Don't touch me. I hate you," tukasnya. Ia berjalan lebih dulu dari Morgan, tak ingin kembali luluh dengan sikap lemah lembutnya.
Morgan menghela napasnya. Lebih baik menerima semua umpatan Cherry daripada harus melihat gadis itu menjadi pusat tatapan mata orang-orang mesum yang entah ada berapa banyak di acara ini.
Cherry adalah anak mahal. Dia dibesarkan dengan sangat susah payah dan semua yang diberikan padanya hingga saat ini selalu yang terbaik dalam hal apapun, tak sudi rasanya jika pada akhirnya gadis itu dinikmati oleh orang-orang sembarangan.
Morgan tak melepaskan pandangannya sedetik pun dari punggung Cherry yang berjalan di depannya. Tiba-tiba saja seseorang menyerobotnya dan meraih tangan Cherry.
"Pinjam Cherry sebentar. Aku butuh seseorang untuk menghabiskan uangku," ucap Felix, pria yang tadi menyerobot Morgan dan meraih tangan Cherry.
Belum sempat Morgan beraksi, Cherry sudah dibawa jauh oleh Felix. Tangannya yang ada di udara diturunkan kembali. Ia tidak mengejarnya. Biarkan saja. Ia percaya Felix tidak akan berbuat aneh pada Cherry.
Kini, Cherry dan Felix berjalan berdampingan. Felix menggenggam tangan Cherry erat, tanpa sadar telah membuat gadis tersebut salah tingkah.
Tidak mengenakan blush-on tapi pipi Cherry merah merona, jantungnya berpacu kencang setiap sadar kalau dirinya sedang saling menggenggam bersama Felix, si pria tampan. Tangannya terasa hangat. Berkali-kali Cherry melirik Felix yang fokus menatap jalanan.
Felix menghentikan langkahnya di sebuah toko permen yang dihiasi labu-labu. "Tunggu di sini sebentar!" pintanya pada Cherry. Gadis itu mengangguk patuh dan menunggunya di depan pintu, matanya mengikuti setiap gerakan Felix di dalam toko sana.
Tak lama kemudian Felix keluar membawa banyak permen apel. "Tak lengkap rasanya halloween tanpa permen apel," ujarnya sambil menyodorkan permen tersebut.
Cherry menatap wajah Felix sebelum menerima pemberian darinya. Felix pun mengangguk meyakinkan dia untuk menerimanya.
"Terima kasih, tapi ini sangat banyak," ucap Cherry sambil menerima permen apel itu. Aroma manis permen apel memenuhi indra penciumannya.
"Tidak masalah, kamu bisa menyimpannya untuk besok mungkin," balas Felix santai.
"Mending kita duduk dulu di situ, yuk!" ajaknya, menunjuk kursi yang ada di depan toko. Cherry mengangguk saja dan mengikuti langah Felix di depannya.
Keduanya kini duduk berdampingan, di depan mereka masih banyak orang yang berlalu lalang arak-arakan memeriahkan acara halloween ini.
"Felix, kamu tidak datang ke sini bersama kekasih mu?" tanya Cherry, dirinya tidak bisa menyimpan rasa penasarannya begitu lama. Dengan pertanyaan ini dirinya pasti tahu apakah Felix punya kekasih atau tidak.
Felix tersenyum simpul. "Aku tidak tahu apakah masih harus menyebutnya kekasih atau tidak."
"You look so sad, what’s the matter?" Cherry menatap lekat wajah Felix.
"Sebenarnya aku dan kekasih ku sudah bertunangan, tapi dua minggu yang lalu aku melihat dia berselingkuh dengan pria yang konon dia bilang itu hanya teman. Ternyata mereka berselingkuh sudah cukup lama. Ada yang memberitahu ku juga bahwa wanita itu mau bersamaku hanya untuk memanfaatkan uangku saja."
"Bitch." Kata itu spontan keluar dari bibir Cherry. Ia baru saja sadar dengan yang baru saja diucapkannya, pun segera menutup mulut.
"Sorry," ralat Cherry, memukul bibirnya supaya Felix tahu bahwa dirinya benar-benar menyesal.
"Its oke. Aku juga berpikir bahwa dia memang seorang jalang. Yeah, aku tidak begitu menyesal uangku banyak habis olehnya. Aku menganggap itu sebagai upah untuknya karena selalu melayaniku di tempat tidur."
"Kalau begitu aku memang tak salah bicara," lanjut Cherry sembari menggaruk belakang kepalanya.
Felix terkekeh. "Aku tahu kamu tidak akan mengerti situasi ini, tapi, menurut mu aku harus bagaimana?"
"Kenapa masih bertanya? Tentu saja lebih baik tinggalkan saja dia. Tidak ada gunanya mempertahankan seseorang di samping kita jika dia tidak mau. Buka mata dan melangkah lah sejauh mungkin, suatu hari nanti kamu pasti akan menemukan wanita yang lebih segalanya dari dia," tutur Cherry dengan serius, membuat Felix yang di sampingnya tersenyum.
"Trust me! Setelah malam yang gelap akan ada pagi yang cerah, setelah badai menerjang akan ada hari yang indah, dan hari ini kamu bersedih maka yakin esok kan bahagia," tukas gadis itu lalu menoleh pada Felix.
Menemukan Felix yang tengah menatapnya begitu dalam dengan senyuman manisnya.
"Ternyata kamu pintar, sweety," puji Felix sambil menyelipkan anak rambut Cherry.
"Tidak menyesal aku mencuri mu dari Morgan."
Cherry lagi-lagi tersenyum salah tingkah.
"Kalau menurut mu itu lebih baik maka sekarang aku telah yakin untuk benar-benar meninggalkan dia," lanjut Felix mantap.
"Aku tahu apa yang aku ucapkan itu yang terbaik, tapi apa secepat itu? Memangnya kamu tidak mencintainya? Kenapa kamu terlihat begitu mudah untuk memutuskan meninggalkannya. Um, maksud ku..."
Felix mengangguk, mengerti maksud ucapan Cherry. "Aku mengerti dan sebenarnya aku sudah merencanakan untuk meninggalkannya, hanya saja aku ingin mendengar dulu pendapat orang lain karena aku takut keputusan ku itu salah."
"Tapi aku tidak berani bercerita pada orang lain, mungkin saja mereka akan menertawakan ku. Tapi aku tetap butuh pendapat seseorang, karena itulah aku memutuskan untuk memilih mu. Aku percaya kamu gadis yang baik," ungkap Felix.
"Sudah selesai berceritanya?" Suara berat itu membelah keseriusan diantara Cherry dan Felix, mereka sama-sama mendongak, dan menemukan Morgan berdiri di hadapan mereka dengan tangan yang melipat di dada.
Morgan meraih tangan Cherry. "Ini sudah malam, sudah saatnya kamu pulang dan istirahat."
"Baiklah." Cherry tak membantah.
"Thank you, Cherry. Jika kamu kekurangan uang jangan sungkan datang padaku. Aku akan memberi mu jajan sepuas yang kamu mau," ujar Felix sambil melambaikan tangannya pada Cherry yang mulai berjalan menjauh.
"Thank you, Felix. Aku akan menagih janjimu suatu hari nanti," sahut Cherry berbicara dengan nada tinggi supaya Felix mendengarnya.
wajar dia nggak peduli lg dgn ortu kandungnya secara dia dr bayi sdh dibuang.🥲