Pernikahan sudah di depan mata. Gaun, cincin, dan undangan sudah dipersiapkan. Namun, Carla Aurora malah membatalkan pernikahan secara sepihak. Tanpa alasan yang jelas, dia meninggalkan tunangannya—Esson Barnard.
Setelah lima tahun kehilangan jejak Carla, Esson pun menikah dengan wanita lain. Akan tetapi, tak lama setelah itu dia kembali bertemu Carla dan dihadapkan dengan fakta yang mencengangkan. Fakta yang berhubungan dengan adik kesayangannya—Alvero Barnard.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendapatkan Jawaban
"Lancang!"
Esson tak hanya melayangkan bentakan, tetapi juga sambil mencengkeram baju Vero dengan kasar, hingga lelaki itu batuk-batuk karena lehernya tercekik.
Namun, amarah dan cemburu yang telanjur menyelimuti hati membuat Esson gelap mata. Alih-alih mengendurkan cengkeraman, ia malah menariknya dengan lebih kuat.
"Kak, lepaskan tanganmu, Kak, aku nggak bisa nafas," ucap Vero dengan terbata-bata. Susah payah dia mengeluarkan suara, bahkan napas pun tersendat-sendat.
"Buang rasa cintamu itu, Vero! Kamu tidak pantas!" bentak Esson tepat di depan wajah adiknya.
"Aku—"
"Atau jangan-jangan perginya Carla karena ulahmu, Vero. Kamu lancang mengutarakan perasaan gila itu, sehingga Carla memilih pergi. Jawab, Vero!" pungkas Esson dengan intonasi yang lebih tinggi dan tatapan yang lebih tajam.
"Sayang, Vero, kalian ngapain?" teriak Tessa dari ambang pintu.
Dia datang sambil membawa secangkir kopi untuk sang suami. Namun, malah disuguhi pemandangan yang tidak mengenakkan.
"Sayang, ada masalah apa? Kenapa kamu dan Vero sampai bertengkar?"
Tessa terkejut sekaligus takut. Khawatir jika pertengkaran Esson dan Vero barusan ada hubungannya dengan Carla, yang otomatis bisa berhubungan juga dengan kedatangannya ke Hotel Sakura tadi siang.
"Ada urusan yang dia lakukan dengan tidak benar." Esson menjawab dingin, seraya melepaskan cengkeramannya dengan kasar, sampai-sampai tubuh Vero ikut terhuyung.
"Kan bisa diselesaikan baik-baik, Sayang, tidak perlu dengan kekerasan," ucap Tessa sambil melangkah mendekati suami dan adik iparnya. Lantas, ia letakkan secangkir kopi ke atas meja sembari menatap Esson dengan sedikit takut.
"Aku nggak apa-apa kok, Mbak. Mungkin menurut Kak Esson tindakanku memang salah, ya ... meski menurutku sendiri nggak ada yang salah sih."
Sebelum Esson menyahut, Vero yang lebih dulu menyela. Meski lehernya masih sedikit sakit, tetapi ia berusaha tersenyum dan membuktikan bahwa semuanya baik-baik saja.
Setelah itu, Vero pun pergi meninggalkan Esson yang masih tenggelam dalam amarah dan cemburu.
Sepeninggalan Vero, Tessa mencoba mendekati Esson dan menggenggam bahunya dengan lembut. Tidak ada kata yang terucap, karena ia sendiri masih sibuk menata hati yang gelisah.
Sementara Esson sendiri sekadar menarik dan mengembuskan napas kasar. Paham benar dengan maksud jawaban Vero barusan, adiknya itu tak akan mendengar gertakannya. Dia pasti akan tetap mendekati Carla dan mencoba mendapatkannya. Tidak! Sampai kapanpun Esson tak akan membiarkan itu terjadi!
Dia tak mau melihat mantan terindahnya menjadi istri dari adik kesayangannya. Ah, jangankan sampai menjadi istri, sekadar pacaran saja Esson tak rela.
"Tapi ... apa yang membuat Vero tiba-tiba tertarik dengan Carla? Dulu tidak ada yang aneh dengan mereka berdua. Tapi, lebih aneh lagi jika Vero jatuh cinta hanya karena pertemuan kembali yang hanya dalam beberapa hari ini. Jangan-jangan ... ada sesuatu yang kulewatkan, dan itu berkaitan dengan perginya Carla lima tahun lalu," batin Esson dengan perasaan yang makin tak menentu.
"Sayang ...."
Esson menoleh, menyudahi sejenak pikirannya yang berkelana pada seorang Carla. Ia menoleh dan menatap sang istri yang masih berdiri tepat di sisinya.
"Jangan terlalu emosi! Perbaiki saja pelan-pelan kesalahan yang dibuat oleh Vero. Mungkin dia belum mengerti yang kamu inginkan bagaimana, makanya masih melakukan kesalahan," ucap Tessa, seolah-olah percaya bahwa masalah barusan hanya seputar pekerjaan.
"Iya." Meski sekadar jawaban singkat yang keluar dari bibir Esson, tetapi tak lupa ia mengulum senyum lebar. Walaupun tidak dari hati, tetapi cukup untuk menenangkan hati Tessa.
Akhirnya hari itu tidak ada makan malam bersama di meja makan. Esson dan Tessa memilih menyantap makan malam di kamar mereka. Sementara Vero justru mengabaikan urusan perut dan hanya mengisap rokok sampai entah berapa batang di balkon kamar.
Melihat sang suami menikmati makan malam dengan lahap, Tessa menganggap suasana hati Esson sudah membaik, bahkan mulai berani berharap lelaki itu akan berhenti memikirkan Carla.
Namun, tanpa sepengetahuan Tessa, malam itu Esson mengirimkan perintah tegas kepada Arsen.
'Cepat cari tahu informasi tentang Carla sebelum dia resign dari hotel dan menjual rumahnya! Aku curiga ini ada hubungannya dengan Vero!'
________
Bukan kebetulan Arsen menjadi tangan kanan sekaligus orang kepercayaan Esson, melainkan karena dia memang memiliki potensi tinggi dalam segala bidang, termasuk untuk urusan penyelidikan. Kemampuannya hampir setara dengan detektif profesional di luar sana.
Terbukti dia berhasil menggali kembali informasi dari sebuah masalah yang sudah berlalu selama lima tahun. Masalah yang berkaitan dengan Carla Aurora, yang melibatkan seorang sopir taksi yang sekarang sudah pensiun, juga satpam komplek yang kini sudah banting setir menjadi pedagang barang elektronik.
"Saya sudah mendapatkan bukti-bukti yang Anda cari, Tuan, tapi ...." Arsen sedikit ragu ketika melaporkan hasil kerjanya pada sang atasan. Pasalnya, ada sesuatu yang janggal yang mengarah pada hal fatal.
"Tapi, apa? Cepat katakan!" sahut Esson dengan tegas. Sudah cukup dia menunggu, tak sabar lagi untuk mendengarkan hasilnya.
Di luar, terik matahari masih menyengat meski kini sudah pukul 14.00, sama seperti hati Arsen ketika menyodorkan bukti rekaman yang ia dapatkan saat berbincang dengan sopir taksi dan juga mantan satpam.
'Malam itu Nona Carla pulang hampir dini hari dan dalam keadaan kacau. Tidak memakai alas kaki, tidak memakai blazer, dan dia membiarkan diri kehujanan. Keesokan paginya, Nona Carla meminta saya untuk tidak mengatakan apa-apa pada Tuan Esson. Saya juga tidak berani bertanya kenapa meski sebenarnya juga merasa aneh karena tiba-tiba setelah itu Nona Carla menjual rumahnya.'
Mendengar kesaksian satpam, hati Esson kembali bergejolak. Membayangkan kondisi Carla pada malam itu, mau tidak mau pikiran Esson mulai dipenuhi prasangka buruk.
'Iya, saya pernah bertemu wanita ini sebagai penumpang saya. Saya lupa namanya, tapi saya ingat wajahnya. Orangnya cantik dan kalem. Nona ini termasuk penumpang terakhir saya, karena tak lama setelah itu saya mengalami kecelakaan dan kemudian berhenti jadi sopir. Waktu itu taksi saya mogok, coba saya benahi tapi tidak bisa. Lalu saya alihkan ke teman saya yang kebetulan sedang kosong. Tapi, kami sudah menunggu lama dia tidak datang-datang.'
'Lalu ada mobil, saya lupa mobil apa, cuma ingat warnanya hitam. Nona ini mengenal pemilik mobil itu, katanya sih adiknya. Saya tidak bertanya lebih lanjut, juga tidak tanya siapa nama lelaki itu. Saya hanya sempat melihatnya, dia lelaki remaja, mungkin masih SMA atau baru masuk kuliah. Anaknya kurus, tinggi, putih, ganteng, pas senyum ada lesungnya. Pakai kalung, pakai gelang, khas penampilan anak-anak remaja begitu, Tuan.'
Penjelasan yang sangat gamblang dari sopir taksi yang dulu mengantar Carla, menyebutkan ciri-ciri lelaki yang sangat pas dengan Vero. Bahkan, warnanya mobilnya pun sama persis. Hitam.
Jangan-jangan ....
"Tuan Esson—"
Ucapan Arsen terhenti karena sang tuan tiba-tiba bangkit dari duduknya, lantas dengan langkah cepat hengkang dari ruangan tersebut. Arsen tak perlu bertanya, ia sudah bisa menebak ke mana Esson kali ini. Pasti ke ruangan Vero.
Karena Arsen pun yakin, apa yang ada dalam pikiran Esson sama persis dengan apa yang ia pikirkan. Vero telah melecehkan Carla!
Bersambung...
Carla kenapa? beres2 barang?
Penderitaan Carla sungguh sungguh menyakitkan 🥲🥲🤗🤗
Jadi untuk apa memperdalam kisah yng sdh lewat ikhlas kan aja Son , cerita mu dngn Carla sdh selesai 😠😠🤣