Susah payah Jasmine berjuang meluluhkan hati Juna, pria yang terkena kaku dan sangat sulit di dekati wanita mana pun. 2 Tahun berjuang hingga akhirnya dia dan Juna resmi menjalin hubungan. Jasmine pikir, dia telah berhasil mendapatkan hati Juna, menjadi satu-satunya wanita yang menempati hatinya.
Namun ternyata anggapannya salah besar, sebab ada seseorang di masa lalu yang mampu bertahta di hati Juna selama bertahun-tahun lama. Jauh sebelum Jasmine mengenal Juna.
Di saat Jasmine dan Juna sudah menikah, Tiba-tiba sosok wanita di masa lalu Juna muncul kembali dan mengalihkan semua perhatian Juna. Haruskah Jasmine meneruskan pernikahannya, atau melepaskan Juna begitu saja setelah melewati perjuangan yang sulit.?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Juna menggandeng Joshua memasuki restoran favorit putranya. Sebelum kembali ke Indonesia nanti malam, Juna meluangkan waktunya untuk mengajak Joshua jalan-jalan sejak pagi tadi. Di belakang Juna dan Joshua, ada Vierra yang mengikuti kemanapun keduanya melangkah. Interaksi Ayah dan anak itu cukup membuat Vierra merenungi banyak hal yang sebelumnya tidak pernah terfikir dalam benaknya. Tanpa bisa dipungkiri bahwa setiap anak membutuhkan peran seorang Ayah dalam masa tumbuh kembangnya.
"Uncle, Joe mau sirloin steak with mushroom sauce." Pintanya sembari duduk di kursi dan meletakkan kedua tangannya di atas meja.tersendir
Juna tidak bisa menahan diri untuk tidak mengusap pucuk kepala Joshua. Semua tingkah Joshua, mampu menghadirkan kebahagiaan yang tak pernah Juna rasakan sebelumnya. Bisa dibilang, Joshua adalah salah satu anugerah terbesar dalam hidupnya.
"Baik anak pintar, Uncle akan pesankan untukmu." Ujar Juna seraya duduk di samping Joshua.
Vierra mengambil tempat duduk di depan keduanya. Sejak tadi Vierra lebih banyak diam, dia lebih tertarik menyimak obrolan dan interaksi dua orang beda generasi itu.
Seorang pelayan menghampiri meja mereka dan menyodorkan tablet menu pada Juna. Juna langsung memilih menu steak permintaan putranya, lalu menawarkan beberapa minuman padanya. Setelah pesanan Joshua selesai, Juna lantas menggeser tablet pada Vierra.
Wanita itu sempat menatap bingung pada Juna, sebab dia tau kalau Juna belum memilih makanan untuk dirinya sendiri. Namun Vierra seperti enggan bertanya, jadi dia segera memilih beberapa menu dan mengembalikan tablet itu pada Juna.
"Samakan saja dengan kamu." Ujar Juna tanpa menerima tablet menu dari Vierra.
Vierra mengangguk tanpa mengatakan apapun dan memesankan menu yang sama untuk Juna.
"Sudah, itu saja,," Kata Vierra seraya mengembalikan tablet menu pada pelayan.
"Baik, mohon tunggu sebentar." Pelayan itu meninggalkan meja mereka.
Suasana menjadi ramai karna celotehan Joshua, anak itu tidak berhenti bicara dan menanyakan apa saja pada Juna. Sampai akhirnya Joshua bisa diam setelah makanannya datang. Dia bisa memakan steak dengan mudah tanpa bantuan orang tuanya.
"Malam ini aku akan kembali ke Jakarta." Juna membuka obrolan di sela-sela makan siangnya. Vierra mengangkat wajahnya dan menatap Juna tanpa kata.
"Aku punya hak yang sama atas Joshua, suatu saat jika aku ingin mengajaknya bertemu dengan neneknya, kamu tidak berhak melarangnya." Tuturnya pelan. Sesekali Juna melirik Joshua yang sibuk menyantap steak. Juna tidak khawatir ketika membicarakan soal Joshua di depannya langsung, sebab Joshua tidak mengerti bahasanya.
"Selama Joshua bersedia ikut, aku tidak keberatan." Kata Vierra.
"Tapi sebelum mengenalkan Joshua, aku harap kamu bisa menjelaskan situasinya pada keluarga kamu. Semoga keberadaan Joshua tidak menjadi masalah di kemudian hari." Ujarnya dengan wajah yang tertunduk. Vierra mungkin sedang menyesali perbuatannya di masa lalu. Perbuatan yang tidak di dasari oleh akal sehat. Hanya memikirkan diri sendiri, asal keinginannya tercapai. Kini kehidupan semua orang menjadi rumit karna ulahnya.
Juna terdiam, dia sadar bahwa jalan untuk mengenalkan Joshua pada keluarganya tak semudah membalikkan telapak tangan. Tidak mudah menjelaskan pada keluarganya, terutama pada Jasmine.
...******...
Hari ini Jasmine mengambil cuti karna akan menjemput Juna di bandara. Sejak pukul 9 pagi, dia sudah sampai di rumah Kakak Iparnya. Mereka berdua akan pergi bersama untuk menjemput suami mereka masing-masing.
"Ya ampun, totalitas sekali yang mau menyambut kepulangan suami." Ledek Jihan karna melihat penampilan Jasmine jauh lebih rapi dan cantik dari biasanya. Padahal dia sendiri juga berdandan lebih dari biasanya, tapi menggoda Jasmine seperti menjadi kebiasaan yang menyenangkan.
"Bahkan lipstik Mba Jihan lebih terang dari lipstik ku. Jadi siapa yang paling totalitas.?" Jasmine balik meledek Kakak iparnya. Keduanya lantas tertawa bersama karna geli sendiri.
Jasmine masuk ke dalam mobilnya, di susul Jihan yang memangku Bryan. Sedangkan Flora tidak ikut karna sedang sekolah. Sebenarnya Bryan juga sekolah di taman kanak-kanak, tapi hari ini ijin tidak masuk.
Jasmine melajukan mobilnya menuju bandara. Di belakang mereka ada mobil Shaka yang di kendarai oleh supir pribadi. Sebab kedua keluarga itu akan berpisah di bandara karna harus pulang ke rumah masing-masing.
"Padahal Mas Shaka rajin menelfon dua sampai sampai kali dalam sehari, tapi tetap saja Mba kangen sama dia." Seloroh Jihan. Dia sudah biasa curhat dengan Jasmine, jadi tidak malu mengungkapkan perasaan pada sangat suami ketika bercerita pada adik iparnya itu.
'Menelfon dua sampai empat kali.?' Batin Jasmine nyeri. Juna sangat jarang menelfonnya selama di Jepang. Terakhir, suaminya itu tidak menelfon sama sekali selama seharian. Juna hanya mengirim Chat, memberi tau kalau malam itu akan terbang ke Jakarta, itupun sangat singkat.
Jasmine menghela nafas pelan, sangat pelan sampai Jihan tidak menyadarinya. Selama 7 tahun mencintai Juna, dia tidak pernah merasa sesedih ini ketika tau Juna tidak peduli padanya. Namun sejak menikah, entah kenapa dadanya berdenyut nyeri setiap kali sadar bahwa Juna memang jarang peduli padanya.
Sampainya di bandara, keduanya menyambut hangat kedatangan suami masing-masing. Jihan dan Bryan sibuk menghambur ke pelukan Shaka, sementara itu, Jasmine diam di tempat, dia hanya melempar senyum pada Juna yang sudah berdiri di depannya. Seharusnya Jasmine menghambur kepelukan suaminya, seperti yang sudah dia bayangkan sejak akan menjemput Juna. Namun, Jasmine tampak ragu memeluknya.
"Tidak ingin memelukku.?" Ujar Juna seraya merentangkan kedua tangannya. Jasmine terkejut ketika sebelah tangan Juna mengeluarkan buket bunga dari balik punggungnya.
Saat itu juga Jasmine segera menghambur kepelukan Juna dengan keraguan yang seketika lenyap begitu saja ketika menerima perlakuan manis dari sang suami.
Juna membalas pelukan Jasmine seraya mengusap lembut punggungnya dan mendaratkan kecupan di pucuk kepalanya.
Jihan tampak tersenyum bahagia melihat keromantisan mereka berdua. "Mereka terlihat sangat mencintai satu sama lain." Komentarnya.
Shaka sempat melirik kearah mereka, namun dengan tatapan malas. Dia lantas menggendong Bryan dan mengajak Jihan untuk segera pulang ke rumah.
...***...
"Tidak apa, biar aku saja yang mengemudi. Mas Juna pasti capek, sebaiknya duduk saja dan istirahat." Jasmine menolak ketika Juna memaksa akan mengemudikan mobilnya.
Juna tidak mendebat lagi, dia membiarkan Jasmine yang membawa mobilnya.
"Bagaimana pekerjaan kamu di perusahaan.? Aku yakin kamu tidak akan menemukan kesulitan." Ujar Juna.
Senyum Jasmine merekah, dan menganggukkan kepala beberapa kali. Sejauh ini memang tidak ada kesulitan yang berarti. Jasmine bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.
"Kegiatan Mas Juna apa saja selama di Jepang.? Pasti sangat sibuk ya.? Kita sampai jarang menelfon."
Juna terseyum samar lalu mengangguk. "Banyak yang harus di urus, beberapa kali harus meeting ulang." Jawabnya sembari mengalihkan pandangan ke luar jendela. Dia sedang berbohong, biasanya seseorang yang berbohong akan menghindari kontak mata tanpa mereka sadari. Sebab pikirannya sedang entah kemana.
"Pasti sangat melelehkan. Aku akan memijat Mas Juna kalau sudah sampai di rumah, semoga bisa mengurangi rasa lelahnya." Ucap Jasmine dengan binar ketulusan di matanya. Apa yang di lakukan untuk Juna semata-mata karna cinta dan bentuk baktinya pasa sangat suami.
q penasaran sama kisah Jeny dan Joshua
ternyata si viera selalu komunikasi sama mamah Dewi dulu menghindar dr Juna sekarang mau Deket LG
sy suka banget dengan ceritanya.
untuk endingnya mungkin blum beres, semoga authornya bisa sehat terus sehingga bisa membuat ending dengan sangat bagus. Semangat Terus