Menikah dengan jalur perjodohan tidak pernah terpikir oleh Idris. Hidup yang mulanya terasa damai di pesantren harus berakhir setelah ayah angkatnya datang dan meminta dirinya untuk menerima perjodohan dengan partner bisnis perusahaan.
"Dia seorang CEO. Hidupmu akan jauh lebih baik jika menikah dengannya. Kami akan anggap persetujuanmu sebagai balas budi atas jasa kami dalam membesarkanmu."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zulfa Laeli Ahlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9
✨ Perasaan yang terpendam✨
Idris mendengarkan dengan seksama apa yang akan Iskan ceritakan.
Flashback on...
"Le... Kemari..." panggil ibu nyai Arifah pada Iskan yang tengah menyapu halaman pesantren.
"Iya ibu... Ada apa?" tanya Iskan dengan posisi menunduk.
"Nanti temani Rekha ke pasar yah... Mau belanja..." jawab ibu nyai.
"Iya ibu..." balas Iskan.
Tak berapa lama, Ning Rekha keluar dengan memakai gamis berwarna abu-abu. Ning Rekha mencium tangan ibu nyai lalu memberikan kunci mobil pada anaknya.
"Nanti kamu ditemani sama Iskan..." ucap ibu nyai.
"Iya umi... Rekha pamit ke pasar dulu yah... Assalamualaikum..." ucap Ning Rekha lalu menuruni anak tangga.
"Waalaikum salam..." balas ibu nyai.
Setelah Iskan menerima kunci, ia langsung masuk ke dalam mobil. Abdi ndalem yang bernama Sinta ikut serta agar tak menimbulkan fitnah. Mobil mulai bergerak keluar dari pesantren.
"Mas Iskan..." panggil Ning Rekha yang membuat Iskan menoleh.
"Iya Ning?" balas Iskan masih tetap fokus menyetir.
Karena perjalanan cukup jauh, Sinta tertidur di mobil karena mengantuk. Sedangkan Ning Rekha masih tetap duduk seperti biasa.
"Saya mau tanya mas tentang mas Idris... Apa boleh?" tanya Ning Rekha sedikit ragu.
"Silahkan Ning..." jawab Iskan mempersilahkan.
"Apa benar mas, kalau mas Idris itu punya pacar yah?" tanya Ning Rekha lirih.
"Maaf sebelumnya Ning... Setau saya Idris itu ngga pernah pacaran... Apalagi dekat sama wanita..." jawab Iskan dengan jujur.
Karena memang benar, Idris tak pernah sama sekali berpacaran dengan wanita. Ia sibuk menuntut ilmu dan mengabdikan dirinya pada pak kyai. Itu semua demi kebaikannya juga di masa depan. Itu yang Iskan tau dari teman karibnya atau bisa disebut sebagai sahabat.
"Bukannya mas itu teman dekat mas Idris yah? Harusnya kan mas tau?" tanya Ning Rekha lagi.
"Iya memang betul... Saya memang kenal Idris Ning... Demi Allah... Idris itu ngga pernah pacaran sama sekali... Apalagi kalau dekat sana wanita... Itu ngga pernah..." jawab Iskan yang membuat Ning Rekha terdiam.
"Maaf yah mas kalau saya berlebihan..." ucap Ning Rekha menunduk malu.
"Ngga papa Ning... Memangnya kenapa yah? Tumben tanya Idris? Atau Ning suka sama Idris?" tanya Iskan penasaran.
"Hehe ngga papa mas... Saya cuman tanya aja..." jawab Ning Rekha berusaha menutupi pipinya yang memerah.
Flashback off...
Semenjak hari itu, Iskan yakin kalau Ning 6 memiliki rasa terpendam pada Idris ( sahabatnya ). Tetapi ia juga belum berani mengatakan hal tersebut pada Idris dikarenakan takut semua itu menjadi fitnah.
"Begitu ceritanya... Gimana sekarang? Kamu percayakan kalau Ning Rekha itu punya perasaan terpendam sama kamu?" tanya Iskan ketika ia selesai bercerita.
"Aku belum bisa memastikan Iskan... Ya udah makasih yah... Aku pulang dulu... Assalamualaikum..." jawab Idris yang diangguki oleh Iskan.
"Waalaikum salam... Sama-sama... Hati-hati dijalan..." balas Iskan.
Mereka berjabat tangan sebelum berpisah. Idris segera menaiki motor kesayangannya lalu kelaut dari pesantren menuju rumahnya. Diperjalanan ia masih memikirkan apa yang baru saja diceritakan oleh Iskan.
Rumah sakit...
Beberapa hari sudah ayah Rama dirawat di rumah sakit Raja Elang yang cukup jauh dari kediaman Firma. Kondisi ayah Rama berangsur membaik seiring berjalanya waktu.
"Ayah ayo sarapan dulu..." ucap Nanda sambil meletakkan nampan di lemari kecil disamping ranjang ayah Rama.
"Kamu juga harus makan sayang..." ucap ayah Rama berusaha untuk duduk dengan perlahan.
"Ayah tenang aja...Yang penting sekarang ayah sehat dulu yah..." ucap Nanda menyuapi ayah Rama dengan semangkuk bubur hangat di tangan kirinya.
"Anak ayah memang hebat..." ucap ayah Rama menerima suapan dari Nanda.
Tok...tok...tok...
"Masuk..." ucap Nanda yang masih sibuk menyuapi ayah Rama.
Kemudian masuk lah seseorang yang sangat familiar bagi Nanda dan juga ayah Rama. Wanita itu berjalan perlahan ke arah ayah Rama dengan wajah menunduk.
"Naya?" ucap Nanda terkejut setelah melihat wanita yang berdiri berseberangan dengan nya.
"Iya kak... Ini aku..." jawab Naya lirih.
"Kamu tau dari siapa ayah di rumah sakit?" tanya Nanda.
"Dari Alex kak... Aku yang menghubungi nya..." jawab Naya.
"Apa kabar mu nak?" tanya ayah Rama.
"Aku baik ayah... Bagaimana dengan ayah?" jawab Naya sekaligus bertanya pada ayah Rama.
"Sudah lumayan membaik..." jawab ayah Rama.
"Pulang lah... Ibu pasti mencari mu..." ucap Nanda bangkit dari kursi.
"Ta-tapi kak?" tanya Naya terbata.
"Jangan memancing emosi ku Naya! Pergi sekarang! Jangan pernah temui ayah lagi!" ucap Nanda dingin.
"Baik kak... Aku pamit..." ucap Naya lalu berbalik dan berjalan keluar dengan wajah yang menunduk.
Setelah Naya keluar dari kamar, Alex datang ke kamar dengan pakaian serba hitam.
"Ada apa Alex?" tanya Nanda.
"Maaf nyonya... Waktunya ke kantor... Meeting akan segera dimulai..." jawab Alex.
"Baiklah... Ayah aku pergi ke kantor dulu... Jaga diri ayah baik-baik... Aku akan menyuruh suster untuk menjaga ayah..." ucap Nanda lalu mencium tangan ayah Rama.
"Iya nak... Hati-hati dijalan..." balas ayah Rama.
Kemudian Nanda keluar dan memerintahkan suster untuk menjaga ayahnya. Alex pun menyusul dibelakang Nanda.
Naya...
Setelah melihat Nanda keluar dengan Alex dari kamar segeralah Naya pergi ke kamar ayahnya. Tanpa sepengetahuan siapapun Naya masuk dan memeluk ayahnya dengan erat.
"Ayah... Naya kangen..." ucap Naya menangis di pelukan ayah Rama.
"Sudah... Sudah... Ayah juga kangen sama kamu..." balas ayah Rama membelai rambut Naya dengan lembut.
"Kenapa kak Nanda begitu dingin pada Naya ayah?" tanya Naya memandang ke arah ayahnya.
"Jangan dipikirkan... Kakak mu memang seperti itu..." jawab ayah Rama tersenyum pada Naya.
"Apa ayah tau? Ibu akan menikah lagi..." ucap Naya dengan raut wajah sedih.
"Sabar yah nak..." ucap ayah Rama mencium puncak kepala Naya.
Sebenarnya ayah Rama begitu sedih ketika mendengar mantan istrinya akan merasa sedih. Entah itu perasaan apa iya juga tidak tau. Yang jelas perasaan itu akan selalu ada pada mantan istrinya.
Tak berapa lama, pesan masuk ke ponsel Naya. Naya segera membukanya dan melihat siapa yang baru saja mengirimkan pesan untuk dirinya.
"Ayah Naya pulang dulu yah... Jaga diri ayah baik-baik... Naya sayang ayah..." ucap Naya lalu mencium pipi ayahnya setelah melihat siapa yang baru saja mengirimkan pesan untuknya.
"Hati-hati nak... Terima kasih sudah mau menjenguk ayah..." ucap ayah Rama tersenyum pada Naya.
"Naya pamit yah..." ucap Naya lalu berbalik dan meninggalkan ayah Rama sendirian di kamar.
Suster yang ditugaskan oleh Nanda pun masuk ke kamar ketika Naya sudah keluar beberapa menit yang lalu. Dengan hati yang sedikit lega, Naya melangkah menjauh dari bangsal dimana ayahnya dirawat.