FB Tupar Nasir, ikuti FB nya ya.
Diam-diam mencintai kakak angkat. Namun, cintanya tidak berbalas. Davira, nekad melakukan hal yang membuat seluruh keluarga angkatnya murka.
Letnan Satu Arkaffa Belanegara, kecewa dengan kekasihnya yang masih sesama anggota. Sertu Marini belum siap menikah, karena lebih memilih jenjang karir yang lebih tinggi.
Di tengah penolakan sang kekasih, Letnan Arkaffa justru mendapat sebuah insiden yang memaksa dia harus menikahi adik angkatnya. Apa yang terjadi?
Yuk kepoin.
Semoga banyak yang suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 Rahasia Yang Terbongkar
Sore itu, langit berwarna kelabu. Gerimis jatuh membasahi halaman rumah besar keluarga Daka. Angin sore bertiup lembut, tapi suasana rumah sama sekali tidak setenang udara luar. Di kamar Davira, sebuah rahasia yang selama ini ia sembunyikan dengan hati-hati akhirnya tanpa sengaja terbuka.
Ketika Davira bergegas kuliah pagi tadi, ia terburu-buru memasukkan buku-buku catatannya ke dalam tas. Dalam tergesa itu, sebuah buku kecil bersampul kain cokelat terjatuh ke lantai kamar tanpa ia sadari. Buku yang baginya lebih berharga daripada harta apapun, buku diary.
Beberapa jam kemudian, Bu Daisy masuk ke kamar Davira. Maksud awalnya sederhana, hanya ingin melihat keadaan kamar Davira yang sudah lama tidak ia masuki sejak kejadian penjebakan itu dan setelah Davira menikah siri dengan sang putra, Kaffa.
Namun, langkahnya terhenti, begitu matanya menangkap benda yang tergeletak di lantai dekat ranjang.
Sebuah buku. Tertutup rapat, tapi ada pita kecil berwarna biru di tepinya. Rasa penasaran menyeruak.
Bu Daisy memungut buku itu, awalnya hanya ingin meletakkannya kembali di meja. Namun entah mengapa, jemarinya justru membuka halaman pertama. Di sana tertulis rapi dengan tinta biru:
"Catatan hati Davira."
Alis Bu Daisy terangkat. Ia ragu sejenak, tapi rasa ingin tahu mengalahkan segalanya. Ia mulai membaca lembar demi lembar.
Semakin jauh matanya menelusuri tulisan, tubuhnya kaku. Napasnya tercekat.
"Malam itu aku sengaja membohongi Mama dan Papa. Aku ingin mereka percaya bahwa aku dan Kak Kaffa sudah melampaui batas, padahal sejatinya tidak. Aku hanya ingin Kak Kaffa menikah denganku, karena aku jujur sangat mencintainya, selain itu tujuan utamaku adalah agar ia tidak lagi bersama Mbak Marini. Aku tahu betapa besar cintanya pada Mbak Marini, tapi aku juga tahu betapa jahatnya perempuan itu."
Bu Daisy menutup mulutnya dengan telapak tangan. Tangannya bergetar hebat. Ia melanjutkan membaca.
"Aku sering melihat Mbak Marini bersama seorang pria polisi. Mereka terlalu dekat untuk disebut sekadar saudara. Aku sempat memotret mereka diam-diam. Foto-foto itu kusembunyikan di dalam diary ini, supaya suatu saat aku bisa buktikan pada Mama, bahwa Mbak Marini bukanlah wanita setia seperti yang Mama pikirkan."
Seketika, dada Bu Daisy sesak. Antara marah, kecewa, juga bingung. Ia menoleh ke halaman berikutnya, dan di sana ia benar-benar menemukan lembaran kecil berisi foto. Foto yang menunjukkan Marini tengah tersenyum manja, menyuapi seorang pria berseragam polisi. Foto lain memperlihatkan mereka bergandengan tangan saat keluar dari sebuah kafe.
"M-mustahil … ini pasti rekayasa,” gumam Bu Daisy, suaranya bergetar. Ia ingin menyangkal kenyataan yang ada di depan mata, tapi foto itu terlalu jelas untuk disebut kebetulan.
Namun, amarahnya pada Davira jauh lebih mendominasi, dibanding fakta Marini.
"Jadi benar … semua pernikahan ini hanyalah jebakan murahanmu, Davira?" Suara Bu Daisy lirih, tapi penuh kebencian. Ia meremas buku itu dengan gemetar.
***
Sore menjelang malam, langkah Davira pulang dari kampus terasa berat. Hatinya sudah cukup penuh dengan tekanan ujian, ditambah bayangan wajah sinis Bu Daisy yang beberapa hari ini terus menghantui. Ia tidak tahu, badai yang lebih besar sedang menunggunya.
Begitu pintu rumah ia buka, Bu Daisy sudah berdiri di ruang tengah dengan wajah menegang. Buku diary itu ada di tangannya.
"Davira!” suaranya menggelegar, memenuhi seisi rumah.
Davira spontan berhenti. Wajahnya memucat seketika saat melihat buku diary yang ada di genggaman ibu mertuanya.
"M-ma … dari mana Mama dapat itu?” Suaranya tercekat.
"Jadi semua benar, ya? Kamu menjebak Kaffa! Kau bikin seolah-olah kalian sudah melakukan hal memalukan, padahal nyatanya tidak! Hanya demi apa? Demi cintamu sendiri? Demi obsesimu pada Kaffa?” Bu Daisy menjerit, matanya berkilat penuh amarah.
Davira panik. Air matanya langsung tumpah. Ia mencoba meraih buku itu, tapi Bu Daisy menariknya lebih erat.
"Mama salah paham … bukan seperti itu. Vira ...."
"Diam!” bentak Bu Daisy. “Kamu tega sekali, Davira. Kamu tega merusak hidup Kaffa, kamu tega menipu kami semua hanya supaya bisa menikah dengannya. Apa kamu pikir itu cinta? Itu egois namanya! Kamu mempermalukan keluarga ini dengan kebohonganmu!”
Davira terisak, lututnya lemas. "Vira hanya … Vira hanya tidak ingin Kak Kaffa terluka karena Mbak Marini. Vira tahu siapa dia sebenarnya. Vira… Vira sudah lihat dengan mata kepala sendiri, Ma.”
Bu Daisy melempar buku diary itu ke meja. “Omong kosong! Kamu pikir Mama bisa percaya dengan omonganmu? Foto-foto itu bisa saja kamu rekayasa! Semua orang tahu siapa Marini. Dia gadis baik, bukan sepertimu yang penuh tipu daya!”
Davira membeku. Sakit hatinya bukan main. Ia berusaha membuka mulut, tapi Bu Daisy sudah lebih dulu menghantam dengan kata-kata yang membuatnya roboh.
"Kamu itu bukan siapa-siapa, Davira! Kamu hanya anak angkat, anak pungut yang kebetulan saja aku dan Papa pelihara. Dan sekarang kamu tega membalas kebaikan kami dengan kebohongan! Kamu tidak tahu terimakasih. Kamu bukan istri yang pantas untuk Kaffa. Kamu hanya beban."
"Sudah kami rawat dan aku jadikan anak serta aku beri kasih sayang yang tulus, tapi kamu menikam kami dari belakang," lanjut Bu Daisy geram.
Ucapan itu seperti petir yang menyambar jantung Davira. Air matanya jatuh deras. Ia mencoba menjelaskan, tapi tenggorokannya seakan terkunci.
Pak Daka yang baru masuk ke ruang tengah hanya bisa terdiam. Wajahnya muram, seolah ikut kecewa, tapi juga tidak sanggup membela Davira.
"M-ma … Vira memang anak angkat. Tapi percayalah, Vira tidak pernah berniat mempermalukan Mama dan Papa. Vira hanya ingin melindungi Kak Kaffa …."
"Cukup, Davira! Mulai sekarang, aku tidak mau lagi mendengar pembelaanmu. Kamu sudah memalukan. Kamu hanya membawa bencana!”
Setelah menarima kemarahan itu. Malam itu, Davira terkunci di kamarnya. Ia menangis tanpa suara, menenggelamkan wajah di bantal. Semua kata-kata Bu Daisy bergema di telinganya, menusuk hatinya berkali-kali.
"Aku hanya beban."
"Aku bukan istri yang pantas."
Hatinya Davira remuk. Lama ia memandang ke arah meja, di mana buku diarynya sudah kembali tergeletak. Kini buku itu bukan lagi pelindung rahasianya, tapi justru sumber malapetaka.
Pelan-pelan, Davira berdiri. Ia meraih tas ranselnya. Dengan tangan gemetar, ia memasukkan beberapa potong pakaian, dompet, serta ponsel yang masih tergeletak di meja.
Ia menatap sekeliling kamar untuk terakhir kalinya. Kamar yang dulu ia isi dengan harapan, kini hanya menyimpan luka.
"Sudah tidak ada lagi tempat untukku di rumah ini," bisiknya lirih sembari meletakkan sebuah surat di atas bantalnya. Surat itu sengaja ia letakkan di sana supaya ketahuan orang rumah.
Diam-diam, ia membuka jendela. Angin malam menerpa wajahnya, dingin menusuk tulang. Ia melangkah keluar, menuruni halaman dengan hati bergetar.
Langkahnya kecil, tapi penuh tekad. Malam yang sunyi menjadi saksi, seorang gadis muda meninggalkan rumah tempat ia dibesarkan selama ini.
Setiap langkah menjauh dari rumah, air matanya mengalir semakin deras.
"Kak Kaffa … maafkan aku. Aku tidak bisa bertahan lagi. Aku lelah jadi orang yang selalu disalahkan. Tapi, semoga suatu saat, Kak Kaffa tahu kebenarannya.”
Di kejauhan, suara azan Isya menggema dari surau kecil di ujung jalan. Seakan menjadi doa terakhir yang mengiringi kepergiannya.
Dan malam itu, Davira benar-benar menghilang dari rumah, membawa serta luka yang tak terobati.
dr awal sudah dianggap rendahan..
klo kafa g suka mending talak aja biarkan davira bahagia dgn caranya
krn tdk prnh mo jujur tu yg sdh bw davira dlm kebodohanx😏🙄
sm halx dgn diri qt,
suami mna yg tdk marah lo dpati qt ber2 sm laki" lain sx pun qt cm anggap tmn yg suami qt tdk knl???
psti mrh kan....
sm lo suami qt kdpatan ber2 sm perem lain qt j9 psti marah.
z ttap d pihak kafa, krn sbgai istri tdk mnjaga MARWAHNYA.
pinterx cm mghilang sj n jd prempuan bodoh.
z jd jemek jengkel dgn sifat davira ni, dsni jd tokoh utama tp tokoh utamax goblok bin o'on🙄🙄🙄
bner yg d blg kafa lo davira ni pengecut, kafa jg tdk slh dgn kata" yg d lontarkan buka sj hijab mu n menarikx hingga lepas
krn kafa jg py hAk krn suamix, lo kafa blg bk sj hijab mu mang benar ...
krn apa....krna davira goblok, sbgai istri tdk bs mnjaga MARWAHNYA
seenakx jln sm laki" lain bhkan smpe dbw krmh ortux,
untung ortux arda menolak
jd perempuan tu hrs tegas davira, jgn jd prempuan goblok trus.
lo ad apa" tu mulut mu bicara jgn diam jd pengecut.
lm" z jd pngin ulek mulut davira ni biar bs bicara jujur bkn jd pengecut trus mnerus