menjadi janda di usia yang tak lagi muda memang bukan pilihan yang bijak menurut orang lain.
tapi bagi Wulansari itu pilihan yang terbaik, bagaimana tidak, pernikahan yang begitu dia jaga di rusak oleh suaminya sendiri.
pria itu menghianati dirinya, dengan berselingkuh dengan seorang wanita yang memang lebih muda tapi sayangnya tak lebih cantik darinya.
apa status itu menganggunya?
apa dia akan bisa bertahan hidup dengan status yang sering di pandang sebelah mata itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon meidina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
mama muda
Wulan tak mengira jika Farhan akan segila ini, tapi untungnya pria itu tak menyakiti Ryan.
"kamu baik-baik saja, atau kita perlu ke rumah sakit?"
"tidak usah, aku baik-baik saja juragan, kalau begitu boleh saya pamit, kasihan Ryan," kata Wulan yang pamit pergi.
dia tak ingin terus mendapatkan tatapan menyedihkan dari para warga yang mengetahui masalahnya.
akhirnya dia sampai di rumah dan langsung memutuskan untuk masuk dan tak ingin bertemu dengan siapapun dulu sekarang.
sedang di sawah, juragan Baron tak menyangka jika wanita yang dia sukai ini malah harus memiliki konflik dengan pria menyebalkan seperti Farhan.
di tempat lain, di sebuah warung, ada seorang gadis yang baru datang dan bersiap untuk membantu Mak tun.
dia adalah putri wanita itu, yang di kenal kerja di luar negri dan kemarin malam baru pulang.
"Mak aku tinggal jaga di warung kan, tidak harus kepanasan kan nak tau aku tak suka hal seperti itu," kata gadis itu
"iya nduk, kamu ini baru bantuin kok ya ngomel Mulu, sudah nanti juga ada yang beli, ingat layani dengan baik,"
"iya Mak iya..." jawab gadis itu.
ya dia bernama Ajeng, seorang gadis yang memiliki rahasia besar. dia ini memiliki postur tubuh yang mirip dengan Wulan.
tapi bedanya adalah Wulan berkulit sedikit putih tapi Ajeng berkulit sedikit coklat.
ya mau bagaimana pun mereka ini dulu ayahnya saudara tapi karena para ayah mereka mati muda jadi hubungan antara saudara itu putus.
di tambah sosok Mak tun yang begitu itu dengan Bu pawoh yang terkenal baik pada para warga.
juragan Baron dan anak buahnya baru selesai panen, dan memutuskan akan makan di warung Mak tun seperti biasa.
"Mak nasi lodeh Lina ya, dan kopi hitam pahit lima," kata Sardi yang pesan makanan.
"iya tunggu sebentar ya," kata Ajeng yang melihat tamu yang datang.
Sardi kaget melihat ada sosok wanita cantik yang sedang jaga di warung, "loh siapa ini?"
"mana nih mbok de ku,Mak tun kok h
gak kelihatan?" tanya Sardi yang mengambil kerupuk.
"Mak sedang pulang mas, saya putrinya yang sudah lama menjadi tenaga kerja wanita di Taiwan, sekarang pulang,kasihan mau bantu Mak," kata Ajeng dengan lembut.
"owalah, sudah nikah neng?" tanya Ipul
"tentu saja belum mas, lagi pula siapa yang mau dengan wanita seperti saya, sudah jadi pelayan dan pendidikannya rendah juga," kata Ajeng
"kata siapa, kalau mau jadi istri kedua aku siap loh," kata Deni dengan muka mesumnya.
"urus tuh istri mu, kamu saja takut sama Lena begitu kok," ejek Ipul.
"sudah mas, ini nasinya dan kopinya masih nunggu airnya mendidih," kata Ajeng yang sebenarnya sedikit terpesona dengan sosok pria yang duduk di samping Ipul yaitu juragan Baron.
pria yang tampak tenang dan pendiam itu, sepertinya memiliki aura yang bisa membuat Ajeng jadi basah.
Ajeng memberikan kopi hitam panas itu pada semuanya, tapi juragan Baron ini tampak sibuk dengan ponselnya.
"loh para anak ganteng Mak sudah pada mampir," kata Mak tun yang baru datang ke warung.
"iya Mak," jawab mereka semua kompak.
"aduh aduh... itu muka ganteng juragan kenapa di tekuk begitu, pasti sekarang Wulan sedang malu juragan, tak usah dipikirkan, ini ada putri saya yang tak kalah cantik dari Wulan, yang pasti masih belum pernah menikah," kata Mak tun.
"nikah sih belum tau, tapi sepertinya sudah sering kawin ya, itu body sampai melar begitu," kata juragan Baron yang melihat sekilas.
mendengar itu, pria yang lain menahan tawa, ya karena pakaian Ajeng yang terlalu terbuka untuk ukuran kampung.
berbeda dengan Wulan yang meski tidak berjilbab tapi selalu menjaga pakaiannya agar tetap sopan.
itulah yang membuat juragan Baron menyukai wanita itu. dan dia sedang berusaha menghibur wanita yang dia sukai itu.
"saya ini memang memiliki tubuh sedikit gemuk, memang salah ya dan kenapa selalu saja saya di bandingkan dengan Wulan yang hanya wanita rumahan itu,toh dia itu tak sebaik yang terlihat," marah Ajeng tak suka.
"wah marah dong,"kaget Sardi
juragan Baron pun pergi begitu saja karena semakin hari semakin tak suka makan di warung Mak tun ini karena selalu saja menjelekkan wulan.
"aduh maaf ya Mak, maklum juragan masih sensitif sekarang, itu anaknya gak papa?" tanya Ipul.
"gak papa, dia memang begitu," jawab msk tun.
Ajeng berjalan entah kemana, dia akhirnya sampai di sebuah pinggiran sungai.
dan di sana dia melihat seorang pria yang sedang duduk santai sambil menikmati camilan.
"boleh duduk di sini?"
"silahkan saja, tapi sepertinya anda orang baru ya," tanya pria itu melihat sosok Ajeng.
"tidak kok, kalau anda ini pakai baju coklat begini pasti petugas desa ya,"
"iya saya bayan yang baru, dan sedang istirahat santai setelah melihat orang-orang kerja membuat Wates sungai," jawab pria itu yang tampak begitu sopan.
Ajeng menyukai pemuda seperti pria itu, yang tampak kalem di banding dengan para pria abak buah juragan Baron tadi.
apa mereka selingkuh atau othor yang salah tulis?