Sekuel Need A Bride
🍂🍂
.
Menikah dengan kakak angkatnya sendiri, tentu tidak pernah ada dalam bayangan seorang Quuenara Angelistya, biasa dipanggil dengan sapaan Ara. Gadis yang masih duduk di bangku sekolah tersebut terpaksa menerima takdirnya yang tiba-tiba saja sudah menikah dengan kakak angkatnya sendiri.
Sementara itu, pria yang tiba-tiba saja dipaksa menikahi adik angkatnya sendiri, jelas memberontak. Akan tetapi orang tuanya memegang rahasia besar Ryu, yang jelas tidak ingin terbongkar. Sehingga Ryuga Antonio Rayyansyah, putra tunggal dari pebisnis terkemuka tersebut tidak bisa berkutik selain menerima pernikahan tersebut.
Akankah rumah tangga mereka berjalan lancar? Sementara Ara sendiri tidak tahu suaminya siapa dan seperti apa. Di tambah lagi Ryu dan Ara tidak pernah bertemu selama sepuluh tahun terakhir. Sebab, Ryu memilih tinggal bersama tantenya yang ada di Kanada.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TMKA. Penuh Khawatir.
Bab. 9
"Ma ... Mama!" panggil Ara ketika masuk ke dalam rumah.
Sementara itu mama Yuan yang sedang berada di taman samping, gegas berjalan masuk dan menghampiri Ara yang juga tengah mencari dirinya.
"Pulang sekolah tuh dalam dulu, Ara. Jangan malah teriak-teriak kayak gini. Anak gadis kok barbar banget sikapnya. Lembutan dikit, dong," omel mama Yuan ketika Ara bersikap seperti itu. Sama seperti dirinya waktu masih remaja dulu.
Ara menyengir. Gadis itu segera meraih tangan mama Yuan untuk kemudian menciumnya dengan penuh takzim. Baru setelah itu memeluk begitu erat wanita paruh baya tersebut dengan penuh rasa sayang.
"Kan katanya Mama, Ara musti jadi diri Ara sendiri. Ya kayak gini Ara, Ma," sahut Ara yang mencari pembelaan.
Mama Yuan menggeleng kepala melihat tingkah putri sekaligus menantunya ini.
"Kamu itu, ya!" gemas mama Yuan seraya menowel ujung hidung mancung Ara. Wajahnya yang sedikit kebulean itu benar-benar tampan begitu cantik sekaligus imut. Mungkin karena memiliki bibir yang kecil dan sedikit berisi di bagian tengah bawah. Di tambah lagi ada sebuah garis yang seolah membelah bibir Ara bagian bawah tersebut. "Kenapa pulang-pulang kok teriak? Hmm?" tanya mama Yuan yang kemudian mengajak Ara untuk duduk di sofa yang ada di dekat taman samping.
Ditanya seperti itu. Mulut Ara langsung cemberut. Betapa tidak kesalnya ia ketika dihukum tanpa kejelasan yang pasti. Lebih lagi itu bukan perbuatan dirinya. Dan yang lebih membuatnya jengkel ialah, orang yang menghukumnya tadi ialah sepupunya sendiri.
"Kak Hiro ituloh, Ma," adu Ara membuat mama Yuan menautkan alisnya. Wanita paruh baya itu penasaran apa yang sedang terjadi di antara mereka.
"Kenapa lagi, Sayang?" tanya mama Yuan dengan sangat lembut. Membelai rambut Ara yang panjang dan bergelombang.
Ara menekuk wajahnya seraya menggerakkan kedua kakinya di bawah sana.
"Kak Hiro loh, Ma. Masa dia hukum Ara! Padahal Ara nggak lakuin kesalahan sama sekali. Apa lagi sikapnya itu, beuh ... nyuebelin buanget nget nget!" cerita Ara dengan menahan rasa geram pada sepupunya tersebut.
Mama Yuan terkekeh melihat sikap Ara yang seperti itu. Dia tidak menyangka jika anak yang dulunya masih berusia lima tahun ketika diantar ke rumahnya, rupanya tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan akhlaknya sangat jauh berbeda dari ibu kandungnya. Membuat mama Yuan dan papa Rio senang. Karena paking tidak Ara menjadi gadis yang baik.
"Memangnya Kak Hiro kenapa lagi sih, Ara? Mama liat-liat kok setiap kali habis ketemu sama Kak Hiro, ada aja cerita yang bikin kamu bad mood kayak gini. Kamu nggak dijahilin sama Kak Hiro, kan?" tanya mama Yuan memastikan. Takut-takut kalau saja keponakannya itu sengaja ingin menarik perhatian Ara dengan cara yang berbeda.
Ya. Sekhawatir itu mama Yuan mengenai Ara. Ia sangat posesif dari dulu jika mengenai Ara. Bahkan Ara tidak pernah dibiarkan jalan sendiri, entah itu hanya sekedar nongkrong di cafe bersama teman-temannya atau sekedar menonton di bioskop. Tentu saja dirinya selalu ikut dan menemani ke manapun Ara pergi.
"Kak Hiro cuekin Ara lagi kalau di luar, Ma. Galak banget ekspresinya. Awas aja kalau main ke sini. Jangan dibuatin kue lagi, Ma." ingat Ara melarang mama Yuan untuk tidak membuatkan kue jika Hiro main ke rumah.
Mama Yuan menggeleng kepala. Meskipun ia kerap sekali meminta bantuan Hiro jika dirinya tidak memungkinkan untuk mengawasi Ara sendiri, entah itu karena pekerjaannya atau harus ikut papa Rio melakukan perjalan bisnis di luar kota, mama Yuan tetap punya rasa takut akan Hiro dan Ara.
"Ara ...." panggil mama Yuan dengan lembut.
Membuat Ara menghentikan ocehannya dan menatap ke arah mama Yuan.
"Iya, Ma?"
"Masih ingat status Ara apa, kan?" mama Yuan hanya ingin mengingatkan saja, tanpa membatasi kebebasan Ara.
Wajah yang semulanya ceria, berubah lesu seketika. Gadis itu mengangguk lemah.
"Masih kok, Ma. Lagi pula Ara juga nggak dekat sama cowok, kok! Nggak ada yang suka sama Ara soalnya," jelas Ara sebelum wejangan mama Yuan makin panjang. Gadis itu menyengir manis, mencoba meyakinkan mama Yuan kalau dirinya tetap mengingatnya.
"Maaf, Sayang. Bukan karena apa. Soalnya Mama tuh takut, kalau kamu nanti terlena sama pria lain. Apa lagi kamu itu cantik, pinter, pasti sebenarnya banyak yang suka. Hanya saja mereka enggan dekatin kamu. Untung aja kamunya selaku bersikap cuek juga kalau pas di luar. Meskipun kamu bisa jaga diri dan hati, Mama tetap merasa takut, Sayang," ungkap mama Yuan mengenai perasaannya.
Ara mengerti apa yang dimaksud oleh mama Yuan.
"Mama tenang saja. Ara ini tipe setia kayak Mama kok. Meskipun Ara nggak tau itu siapa, yang jelas Ara bakalan jaga milik dia atas diri Ara, Ma." yakin Ara membuat mama Yuan sedikit lega. "Asal nggak larang Ara nongkrong ya, Ma? Bisa bosen Ara kalau di kurung di rumah terus." imbuhnya kemudian dengan wajah yang begitu dekat dengan mama Yuan.