Dihari ulang tahunnya yang ke 23 tahun Marlena Susianti atau yang sering di panggil Lena berharap hadiah spesial dari sang kekasih. Namun ternyata yang dia dapat tidak sesuai apa yang diharapkan. Lena justru mendapati kekasihnya sedang melalui malam panas dengan sahabatnya sendiri, Sherin. Karena kecewa, Lena pun berlari keluar dari apartemen kekasihnya secepat yang ia bisa untuk menghindar dari kenyataan pahit itu.
Rasa kecewa dan sakit hati membuat Lena pun putus asa hingga ia masuk ke sebuah club malam. Terlalu banyak menenggak alkohol membuat Lena akhirnya menghabiskan malam dengan seorang pria tampan yang tidak dia kenal sama sekali.
“Sayang.. Kamu milikku sekarang.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nafsienaff, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9
Tidak hanya Alex saja yang datang dan berusaha untuk menjelaskan apa yang terjadi, tapi juga Sherin. Namun saat Sherin yang datang ke rumah kontrakan Lena, Sherin justru mendapati rumah kontrakan itu sudah di kerubungi warga sekitar yang berusaha memadamkan api yang membakar tiga rumah petak yang berjajar itu.
“Ya Tuhan.. Lena..” Sherin menutup mulutnya yang terbuka dengan tangan karena keterkejutannya. Rasa khawatir akan keadaan Lena sekarang langsung merayapi hati Sherin. Karena bagaimanapun juga meski Sherin tega mengkhianati Lena dengan melayani kemauan Alex, namun Sherin tetap menyayangi Lena sebagai sahabatnya.
Tidak ada yang bisa Sherin lakukan sekarang. Kobaran api itu begitu besar dan membumbung tinggi melahap habis tiga petak rumah sewa beserta isinya.
“Ya Tuhan.. Rumahku.. Huhuhu..”
Sherin menoleh ketika mendengar suara tangisan dari seorang ibu ibu dengan tubuh pendek dan lebar. Dia adalah pemilik rumah kontrakan tersebut.
Karena penasaran, Sherin pun melangkah mendekat pada wanita tua yang sedang di tenangkan oleh ibu ibu yang lainnya.
“Permisi bu.. Maaf kalau saya lancang bertanya. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa rumahnya bisa sampai kebakar? Dan dimana para penghuni rumah kontrakan ini?”
Dengan perasaan khawatir juga takut Sherin memberanikan diri bertanya. Sherin sangat berharap Lena tidak sedang berada di dalam sana.
“Untuk penghuni yang lain belum pada pulang. Tapi neng Sherin, mungkin dia berada di dalam karena tadi sore saya juga melihatnya membuang sampah di depan kemudian masuk lagi ke dalam rumah.” Jawab ibu ibu yang sedang berusaha menenangkan pemilik kontrakan yang menangis karena kehilangan sumber keuangannya.
Sherin menggelengkan kepalanya. Lena tidak bisa di hubungi sehingga Sherin memutuskan untuk langsung mendatangi kerumah kontrakannya sekarang. Tapi yang Sherin dapati malah rumah kontrakkan tempat tinggal Lena terbakar dan seorang tetangga mengatakan melihat Sherin masuk ke dalam rumah petak itu sore tadi.
“Lena.. Enggak nggak mungkin.” Bibir Sherin bergetar dengan perasaan takut yang menggerogoti hati juga pikirannya. Rasa bersalah karena sudah mengkhianati Lena semakin terasa begitu menghimpitnya.
Sherin menangis melihat para warga yang berlarian mencoba memadamkan api yang berkobar besar itu dengan menyiramnya. Tidak lama kemudian datang mobil pemadam kebakaran yang langsung bertindak dan berhasil memadamkan api.
Begitu api padam, Sherin langsung berlari ke arah rumah kontrakan tempat tinggal Lena untuk memastikan ada atau tidaknya Lena di dalam. Namun begitu sampai di dalam rumah kontrakan tersebut, Sherin tidak mendapati tanda tanda keberadaan Lena. Apa lagi disana juga sudah tidak ada lagi barang yang terselamatkan. Semuanya hangus terbakar dan sama sekali tidak tersisa.
“Lena.. Aku yakin kamu baik baik saja sekarang.. Ya.. Kamu harus baik baik saja.” Batin Sherin penuh harap.
Saat Sherin hendak keluar, para warga dan polisi juga petugas pemadam kebakaran pun masuk untuk mengecek kalau kalau ada korban yang tidak terselamatkan akibat dari insiden kebakaran tersebut. Apa lagi seorang tetangga mengatakan melihat Lena sore tadi sebelum kejadian naas itu terjadi.
----------
“Aku rasa kamu harus pindah sayang..”
Lena menoleh pada Erlan yang sedang fokus dengan kemudinya. Lena tidak mengerti kenapa tiba tiba Erlan menyuruhnya untuk pindah. Sementara untuk pindah kontrakan saja rasanya Lena malas.
“Supaya Alex tidak terus mengganggu kamu. Aku nggak mau kamu terus menerus merasa tidak nyaman sayang.” Lanjut Erlan menjelaskan maksudnya menyuruh Lena pindah.
Lena menghela napas. Terhindar dari Alex memang adalah keinginan terbesarnya saat ini. Tapi jika dirinya harus pindah tempat tinggal rasanya sangat mustahil. Selain karena uang sewa yang pasti akan mahal jika di tempat lain, Mencari rumah kontrakan juga tidak mudah.
“Aku rasa itu tidak perlu Erlan. Alex pasti tidak akan menggangguku lagi. Terimakasih untuk perhatiannya.” Balas Lena yang kemudian kembali membuang pandangannya keluar jalanan yang sedang mereka berdua lewati. Saat ini mereka memang sudah dalam perjalanan pulang menuju rumah sewa Lena.
Erlan hanya bisa menghela napas. Memaksa Lena rasanya sangat tidak mungkin. Apa lagi Lena belum benar benar mengenalnya. Lena pasti akan merasa risih kemudian menjauh darinya jika Erlan terlalu memaksa.
“Ya sudah kalau begitu. Tapi Lena, aku harap kamu tidak sungkan memberitahuku jika Alex kembali memaksa kamu.”
Lena tersenyum. Erlan begitu sangat baik dan perhatian padanya. Tapi sekali lagi Lena tidak ingin terbuai begitu saja karena Lena juga belum benar benar mengenal siapa seorang Erlan Dallin Harrison yang sebenarnya.
Begitu mobil Erlan sampai di jalanan yang hanya muat satu mobil saja di dekat rumah sewa Lena, Lena mengeryit karena banyak warga disana. Namun bukan hanya Lena saja yang mengeryit, tapi juga Erlan.
“Apa sesuatu telah terjadi?” Tanya Erlan yang hanya mendapat jawaban gelengan kepala dari Lena pertanda bahwa Lena juga tidak tau menahu dengan apa yang terjadi.
“Aku harus turun sekarang.” Ujar Lena cepat dan bergegas turun dari mobil Erlan.
Erlan yang hendak mencegah tidak sempat segera bergegas ikut turun dan menyusul Lena yang sudah lebih dulu berlari menghampiri kerumunan tersebut.
“Ya Tuhan...” Kedua mata Lena membulat dengan sempurna bahkan terlihat nyaris keluar begitu mendapati rumah sewanya sudah gosong dan tak berbentuk lagi. Detik itu juga Lena teringat pada kompor menyala yang lupa dia matikan saat hendak pergi dengan Erlan.
Tiba tiba Lena merasakan sekujur tubuhnya terutama bagian lutut melemas dan tidak mampu lagi menopang berat tubuhnya sendiri. Hal itu membuat tubuh Lena hampir saja terjatuh ke tanah jika Erlan tidak dengan sigap menahan tubuhnya.
“Lena.. Tenang.. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Ada aku disamping kamu..” Bisik Erlan yang sama sekali tidak Lena hiraukan.
“Lena.. Ya Tuhan.. Syukurlah kamu baik baik saja.. Aku khawatir banget sama kamu..” Sherin yang menyadari kehadiran Lena dan Erlan segera mendekat. Dia berkata dengan penuh haru dan rasa syukur karena ternyata harapannya benar benar terkabul. Lena baik baik saja.
Lena terus diam dengan air mata yang mulai menetes membasahi kedua pipinya. Saat ini Lena tidak perduli dengan apapun dan siapapun yang ada di sekitarnya. Entah itu Sherin ataupun Erlan. Yang ada di pikiran Lena hanya sekarang dirinya sudah tidak punya apa apa lagi. Semua harta tak seberapa yang dia miliki sudah ludes terbakar sekarang. Lena bahkan sudah tidak punya lagi tempat tinggal. Semuanya hilang begitu saja.
“Lena kamu..”
“Eum maaf, aku rasa lebih baik jangan mengganggu Lena dulu. Biar saya bawa dia pulang dulu sekarang.” Sela Erlan saat Sherin hendak mengatakan sesuatu pada Lena. Erlan tau Lena pasti akan marah jika sadar yang ada di depannya adalah Sherin.
“Oh ya.. Titip Lena ya tuan..” Angguk Sherin mengerti.
Erlan hanya mengangguk saja sebagai jawaban. Pria itu kemudian membopong tubuh lemas Lena dan membawanya menuju mobil menjauh dari Sherin dan kerumunan warga.
Erlan hbat y,pdhl baby'ny blm staun...tp udh otw yg k 2....🤭🤭🤭