Aku memiliki seorang istri yang sakit-sakitan sudah satu tahun lama nya, sakit lambung kronis yang di deritanya membuat tubuhnya kian hari kian kurus, membuat aku tak berselera melihatnya, hilang hasrat kelelakian ku terhadap dirinya.
Hadir nya seorang pembantu muda di rumah kami seringkali membuat aku meneguk saliva melihat bodinya yang bahenol.
Dan pada akhirnya dengan berbagai macam rayuan, aku dapat mencicipi tubuh nya tanpa sepengetahuan oleh istriku. Awalnya pembantu muda nan cantik itu menolak sentuhan yang aku berikan, tapi lama kelamaan ia menjadi ketagihan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 01Khaira Lubna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dikibuli
Duduk aku dengan gelisah di kursi kebesaran ku, aku mendengar pembicaraan antara Ayu, Namira serta Mama ku dari sambungan telepon. Karena sepertinya Ayu lupa memutuskan panggilan. Mungkin karena terlalu grogi melihat kehadiran Namira, membuat dia lupa kalau dirinya tengah menghubungi aku.
''A-aku kesini ingin menemui Pak Emran, Bu,'' kata Ayu lirih yang masih bisa aku dengar. Aku tidak tahu bagaimana wajah Ayu sekarang saat berhadapan dengan madu nya. Untuk saat ini aku belum bisa menghadapi mereka secara langsung, karena aku tidak tahu harus berbuat apa.
''Menemui suamiku? Untuk apa Ayu? Setelah kau meninggalkan rumah kami begitu saja, bisa-bisanya kau menemui suami ku di kantor. Emang kau mau bicara apa sama suami ku? Dan dari mana kau tahu kalau Mas Emran bekerja di perusahaan ini?!'' ucap Namira lantang dengan beberapa pertanyaan. Mendengar suara Namira, membuat jantung ku hendak copot rasanya. Namira kenapa pakai acara memarahi Ayu segala. Ah, aku sungguh tak terima. Sekarang Ayu tengah mengandung anakku, jangan sampai Ayu merasa tertekan dengan apa yang dikatakan oleh Namira. Aku berdiri lalu berjalan mondar-mandir di dalam ruangan ku, dengan ponsel masih aku genggam dan aku tempelkan di dekat telinga.
''A-ku ingin minta maaf, Bu. Aku kira Ibu masih di rawat di rumah sakit, dan aku kira tidak ada orang di rumah karena aku tahu Pak Emran sedang bekerja di jam jam sekarang. Makanya aku memutuskan untuk menemui Pak Emran secara langsung di kantor,'' jawab Ayu lagi begitu cerdas. Aku senang mendengarnya. Ternyata Ayu bisa juga menyembunyikan tentang hubungan kami. Ayu memang sangat dapat di percaya.
''Emang kamu pergi ke mana saja selama beberapa hari ini? Saat aku berada di rumah sakit bisa-bisa nya kamu meninggalkan rumah begitu saja tanpa memberi tahu kami terlebih dahulu. Kalau kamu merasa lelah bekerja dengan kami, katakan secara langsung, bukan malah kabur,'' ucap Namira lagi. Aku masih fokus mendengarkan.
Tapi kali ini sepertinya istri muda ku tak menjawab lagi. Karena Mama sudah bersuara.
''Heh, menantu durhaka. Bisa-bisanya kamu mencecar orang lain dengan berbagai pertanyaan tanpa memperdulikan aku, mertua mu. Memang tidak tahu malu kau, apa kau tidak tahu kalau saat ini kita sedang berada di tempat umum. Arogan banget jadi orang. Kalau kamu lagi ada masalah dengan wanita ini, maka bicarakan baik-baik. Bukan begini caranya, lihat lah, sekarang kalian sudah menjadi bahan tontonan orang orang!'' Aku mendengar Mama berkata panjang lebar. Apa maksudnya, ya? Kenapa Mama berbicara seperti itu, seperti tidak mengenali Ayu. Apa mungkin Mama dan Ayu pura-pura tidak saling mengenal? Mereka 'kan sedang berada di ruang tunggu, ah iya, mungkin saja Mama dan Ayu duduk di kursi yang terpisah, makanya mereka bersandiwara dengan pura-pura tak saling mengenal. Cerdas, cerdas. Ah, syukurlah, sepertinya kebohongan kami tidak akan ketahuan sekarang.
''Maaf, Ma. Habisnya aku kelewat emosi sama wanita ini. Dan maaf juga karena aku telah mengabaikan Mama,'' kata Namira dengan nada melemah.
''Hm,'' aku mendengar Mama hanya berdehem.
''Mama mau ketemu sama Mas Emran, ya?'' aku mendengar Namira mencoba berbasa-basi dengan Mama.
''Iya, emang mau ketemu siapa lagi,'' suara Mama terdengar ketus.
''Mas Emran sekarang lagi tidak sibuk, silahkan saja Mama ke sana, biar aku temani,'' kata Namira ramah.
''Tidak usah! Mending kamu pulang saja, Namira,'' tolak Mama. Dari dulu Mama memang tidak bisa bersikap baik terhadap Namira. Lain lagi kalau sama Ayu, Mama bisa bersikap begitu lembut.
''Oh, ya, kamu mau ketemu sama anak saya Emran, 'kan?'' sepertinya Mama bertanya kepada Ayu.
''I-iya, Bu,''
''Kalau begitu ayo sekalian saja,''
''Tapi, Bu,''
''Tidak apa-apa,''
''Ma, tapi dia hanya seorang pembantu,''
''Emang kenapa kalau dia seorang pembantu? Biarkan dia selesaikan urusannya dengan Emran, dan kamu silahkan pulang!''
''Urusannya bukan hanya dengan Mas Emran, Ma. Tapi juga dengan aku. Karena akulah yang telah memperkerjakan dia di rumah ku. Aku akan ikut kalian,'' ucap Amira. Mendengar itu, aku memutuskan panggilan dengan cepat. Lalu aku duduk di kursi kebesaran ku, menunggu kedatangan Namira, Mama serta Ayu.
Aku berusaha bersikap biasa saja seperti tidak mengetahui apa-apa.
Berulangkali aku menarik nafas dalam lalu menghembuskan nya perlahan, untuk mengurangi rasa gugup yang tengah aku rasa.
Tidak lama setelah itu, Mama masuk lebih dulu. Di belakang nya ada Ayu dan Namira.
Mama membawa sebuah rantang di tangan, sepertinya itu makan siang yang Mama dan Ayu bawa untukku.
Ah, begini toh rasanya beristri dua. Makan siang saja diantar langsung oleh istri-istri ku yang cantik. Kalau begini terus, bisa gendut aku.
''Mama, Namira, Ayu . . . Kalian,'' ujar ku pura pura kaget.
''Emran, ini Mama bawa makan siang untukmu, di makan ya, Nak,'' Mama meletakkan rantang tersebut di atas meja.
''Mama kok repot-repot banget sih? Aku tadi udah makan siang bareng Namira, Ma. Dia juga membawa makan siang untukku,''
''Pokoknya Mama tidak mau tahu, kamu harus makan makanan yang Mama bawa, karena rasa masakannya jauh lebih enak dibandingkan punya Si Namira,'' Mama memaksa, pandangan nya tertuju kepada Namira.
''Oke baiklah Mama ku Sayang,'' ucapku, agar Mama dan Ayu senang.
''Emran, ini ada gadis cantik ingin bertemu dengan mu. Bicara lah dengan nya, Nak. Bicara baik baik, jangan pake emosi,'' kata Mama lagi. Beliau mengelus bahu Ayu. Namira menatap tidak suka ke arah mereka. Sepertinya Namira merasa cemburu kepada Ayu.
''Iya, Ma,''
''Mas, lebih baik usir saja Ayu sekarang dari ruangan mu. Karena tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, lagian kita sudah dapat pembantu baru pengganti Ayu,'' ucap Namira lantang. Kalau aku perhatikan, Namira sekarang telah berubah, ia jadi kasar.
''Diamlah kamu Namira!'' bentak Mama.
''Silahkan Ayu, kamu mau bicara apa?'' tanya ku kepada istri muda ku. Untungnya Ayu memakai dress lebar di bagian perut nya hingga kehamilan nya tidak terlihat.
''Pak Emran dan Bu Namira, sebelumnya aku mau minta maaf karena waktu itu aku pergi begitu saja meninggalkan rumah kalian saat kalian sedang tidak berada di rumah. A-aku waktu itu benar-benar lagi buru-buru dan terdesak, aku baru dapat kabar dari kampung, kalau Ayah ku tengah sakit keras, makanya aku pulang begitu saja tanpa memberi tahu kalian terlebih dahulu, karena aku benar-benar lagi panik,'' jelas Ayu dengan nada penuh rasa bersalah. Tentu saja Ayu hanya pura-pura. Iya, kami bertiga sekarang sedang berpura-pura untuk mengelabuhi Namira.
Kasihan sekali Namira. Tapi apa boleh buat, ini memang yang terbaik.
Bersambung.
bls dendam nya yang syantik gech thor,biar gereget baca nya.
maaf ya thor bukan enggak suka cerita nya tapi ini hanya masukan aja 😊
jangan mau jadi perusak rumah tangga org mir..
tunggu saatnya kalo memang dia jodoh mu dia akan kembali,tp jangan jadikan kamu wanita rendahan,kamu harus berkelas