Cinta Alea

Setelah aku meninggalkan meja makan, aku melihat Meyer yang mengejarku lalu menghadangku sehingga membuat aku kaget setengah mati.

Aku akui walaupun Meyer masih berusia 18 tahun, tetapi tingginya lebih tinggi dariku yang hanya memiliki tinggi 160 cm. Sementara Meyer memiliki tinggi badan 180 cm persis seperti foto model-foto model yang ada di majalah dewasa dengan wajah opa-opa Koreanya dan sangat tampan sekali.

Ya, aku akui Meyer memang memiliki ketampanan yang hakiki yang tak terbantahkan. Selama ini aku mengira Robin adalah laki-laki tertampan di dunia. Tapi ternyata aku salah, karena ketampanan Robin tidak ada setengah pun dibandingkan Meyer yang sekarang berdiri di hadapanku.

" Kau mau apa?" tanyaku gugup setengah mati. Sungguh dia ini udah kayak hantu saja di rumah ini. Suka muncul tiba-tiba di depanku dan membuat aku jadi kesal sekali.

" Jangan lama-lama ya sayang. Aku akan menunggumu di sini," ucap Meyer sambil mengecup kembali bibirku secara sekilas.

Ya ampun rasanya aku seperti miliknya saja. Dia seenaknya saja terhadap diriku main cium tanpa ijin, ya lord! Lama-lama aku di buat gila olehnya. Aku membeku di tempat selama sekian detik.

" Cepatlah sayang. Nanti kalau terlalu malam kita akan berada dalam masalah." ucap Meyer lagi sambil tersenyum kepadaku.

" Masalah apa?" tanyaku seperti orang bodoh.

" Bagaimana kalau aku ngapa-ngapain kamu saat kita berdua di jalanan sepi, hmmm?" bisik Meyer di telingaku, sehingga membuat tubuhku merinding seketika.

Aku pun langsung melarikan diri dan meninggalkan Meyer yang malah tersenyum melihat ekspresiku yang lucu menurut nya.

Aku segera mandi dan juga mengganti pakaianku. Wah! Entahlah aku di sini sebagai tuan rumah tetapi hidupku sepertinya diatur oleh bocah tengil itu. Eh, sebenarnya siaapa kah pemilik rumah ini? Dia ataukah aku? Kalian bingung kan? Sama, aku juga bingung.

Setelah selesai, aku pun langsung keluar dan melihat Meyer yang saat ini sedang menonton televisi di ruang keluarga.

Ketika melihatku datang, Meyer pun langsung terbangun dan menatapku dengan takjub.

" Ayo kita berangkat sekarang!" ucap Meyer yang langsung meraih tanganku dan menggenggamnya dengan kuat.

Aku hanya bisa mengikuti apapun kemauan dia dan tidak perlu protes kepadanya. Karena aku tahu itu tidak berguna sama sekali.

" Kalian mau pergi ke mana?" tanya Mang Cecep ketika melihat kami berdua keluar dari pintu utama.

Aku melihat Meyer yang berbisik di telinga Mang Cecep yang seketika langsung saja menyerahkan kunci mobil padanya.

" Kau mau apa?" tanyaku bingung.

" Ayo masuk!" ucap Mayer sambil membukakan pintu di samping kemudi.

Tetapi aku masih membeku di tempatku, "Ayolah sayang! Aku bukan supir kamu tetapi kekasih kamu, jadi ayo duduk di sampingku!" aku terkejut mendengarkan perkataan Meyer yang mengklaim dirinya sebagai kekasihku.

Aku seketika langsung memutar semua memori yang ada di kepalaku. "Kapankah kira-kira Aku mengakui dia ataupun menjadikannya sebagai kekasihku? Rasanya aku belum amnesia dan aku sama sekali tidak pernah mengingat bahwa kami pernah sepakat untuk menjalin hubungan sepasang kekasih?' tanyaku dalam hati.

" Eh, tunggu! Kapan aku menjadikan kamu sebagai kekasih aku?" tanyaku kepada Meyer yang sudah mulai melajukan kendaraan kami menuju ke mall untuk membeli pakaian dan semua kebutuhan keluarga selama berada di rumahku.

" Mulai hari ini sayang!" ucap Meyer sambil tersenyum manis ke arahku.

Aku sampai tidak bisa berkata-kata melihat tingkat kepercayaan diri yang begitu tinggi yang dimiliki olehnya yang benar-benar membuatku seperti orang bodoh yang selalu saja mengikuti apapun pengaturan yang dia buat tentang kami berdua.

" Kau jangan aneh-aneh Meyer! Kau lihatlah kita berdua, memangnya berapa usiamu dan berapa usiaku, huh? Kau pikirkan itu!" ucapku gugup dan berusaha untuk mengendalikan diriku sendiri agar tidak terpengaruh dalam suasana yang dia bangun.

" Sudahlah! Kau jangan terlalu memikirkan hal yang tidak penting begitu! Sekarang kita nikmati saja hubungan kita ini! Ok sayang?" tanya Meyer lagi dengan senyum manisnya yang sungguh membahagiakan diriku sekaligus membahayakan diriku.

Akhirnya aku hanya bisa diam dan fokus saja dengan perjalanan kami menuju ke mall yang tidak terlalu jauh dari kediamanku.

Begitu sampai di mall, kami pun langsung turun dan segera mencari apa-apa saja yang dibutuhkan oleh Meyer.

' Ya ampun! Rasanya seperti suami istri yang sedang belanja bulanan saja!' bathinku.

Tanpa aku sadari terbit senyum di bibirku, ketika menyadari situasi aneh yang sedang terjadi saat ini di antara aku dan Meyer.

Saat kami sibuk untuk memilih semua barang-barang yang dibutuhkan oleh Meyer, tiba-tiba saja ada tiga orang remaja yang mendatangi kami berdua.

" Meyer, kenapa kamu gak berangkat selama satu minggu lebih? Guru kita menunggu dan mencarimu. Kau ke mana saja Meyer?" tanya gadis cantik yang langsung merengut ketika melihat Mayer yang menganggap telapak tanganku dengan sangat erat.

" Eh tante girang! Cepat kau lepaskan tangan kekasihku ini! Kau jangan sembarangan ya, menggenggam-genggam tangan dia!" aku terkejut sekali mendengar dia memanggilku dengan sebutan Tante girang.

" What?" aku terpekik otomatis karena terkejut.

Meyer langsung berdiri diantara kami berdua dan menghempaskan tangan Gadis itu yang tadi hendak menggenggam tangannya.

" Sudah cukup kelakuanmu Angel! Cepat pergi kau dari sini! Jangan coba-coba kau mengganggu kami berdua!" ucap Meyer sambil menatap tajam kepada gadis yang dipanggil Angel olehnya.

Gadis Itu tampak mundur-mundur dan ketakutan melihat Meyer yang menatapnya dengan tatapan intimidasi.

" Eh Tante! Kalau mau mencari brondong itu yang kira-kira dong! Masa iya sih, Meyer yang sudah jadi miliknya Angel, mau kau embat juga huh? Ingat umur dong Tante!" ucap temannya Angel yang lain sambil menatap penuh permusuhan kepadaku.

Aku mengepalkan kedua tanganku karena marah dan benar-benar merasa tersinggung dengan omongan ketiga gadis itu yang seperti menganggapku musuh mereka.

" Eh dengar ya! Kalian anak-anak bau kencur! Tolong dijaga itu mulutnya ya! Jangan asal jeplak aja kau!" umpatku kesal sekali.

Meyer terlihat hendak menghentikan semua kemarahanku dengan menarik tanganku untuk menjauh dari ketiga gadis itu. Tetapi aku menolak pergi. Bagaimana mungkin Aleandra akan menyerah melawan anak ingusan seperti mereka? Oh no! Pantang bagiku untuk melarikan diri. Apalagi dari ketiga remaja labil yang tidak tahu diri seperti mereka. Cabe-cabean yang hanya keren di tampang doang saja. Berani-beraninya mereka memanggilku tante girang? Apa mereka sudah bosan hidup?

" Sudahlah sayang. Tidak usah ditanggapi mereka semua. Mereka bukan level kamu sayang. Please jangan mempermalukan dirimu sendiri, hmmm? Ayo kita pulang sayang! Aku mohon!" Meyer membujukku dengan kata-kata lembut.