Selena datang terlambat pada hari pertama masuk sekolah, Selena bertemu dengan ketos, Selena meminta ketos itu untuk tidak menghukum Selena. Selena bisa bernafas lega, karena terbebas dengan mudah. Tapi semua bayangan selena hancur ketika nama selena dipanggil menggunakan speaker sekolah. Cerita Selena pun dimula
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dreamalfs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8
Selena tersenyum dan berdiri, Viano hampir menyangkal tangan Selena kembali, tapi mendengar Selena yang memerintah seseorang membuat Viano mengurungkan niatnya.
“Kak Dania!” Selena teriak memangil nama Dania.
Dania menatap Selena dengan tatapan kebingungan.
“Wah wah beraninya dia manggil manggil Dania, mau cari mati dia!” kesal salah satu kakak kelas terhadap sikap Selena yang mentang mentang memanggil Dania.
“Kak Dania sini gantiin aku, duduk disebelah ketos nih! Selena udah selesai kok kak.” Ucap Selena yang membuat Viano merasa kesal.
Banyak pasang mata yang menatap tidak percaya dengan sikap Selena, padahal kesempatan sekali bisa duduk disebelah cogan plus cowok pintar bernama Viano.
Dania yang mendengar ucapan Selena juga merasa kaget, tapi Dania dengan senang hati menganggukan kepala menyetujui ide dari Selena.
“Gue kesana dulu yah guys.” Dania dengan senyuman mengambang berpamitan dengan teman temannya.
“Good luck Dania.” Dania mengangguk menanggapi.
Dania segera melangkah menuju dimana Viano duduk. Selena yang melihat Dania sudah didepannya, Selena langsung menyingkir, Dania langsung duduk ditempat duduk Selena tadi.
“Makasih Lena.” ucap Dania.
Selena tersenyum menanggapi, “sama sama kak Dania.
Selena menatap kakak kelasnya, “kakak kakak, Lena undur diri yah.” Selena langsung mengkode kepada Auzi dan Baruna untuk mengikuti Selena.
Untung dua sahabatnya ini tau kode Selena. “Bareng Len.” ujar Baru yang langsung diangguki Selena, Selena mengkode Auzi, tapi sepertinya Auzi tidak peka.
‘Dasar gak setia kawan banget.’ batin Selena kesal kepada Auzi.
Selena dan Baru segera meninggalkan kantin. Yang tersisa hanya Auzi yang lebih mementingkan makan.
Auzi tau kalau Selena mengkode untuk meninggalkan kantin, tapi Auzi masih merasa lapar. Urusan perut nomer satu, makan dulu baru teman.
Dijalan koridor ramai siswa yang berlalu lalang tapi Selena merasa sepi, bukan sepi tapi canggung.
Selena mendapati bahwa Baru dari tadi menatapnya. Setelah mereka bertatap tatapan, Baru segera membuang pandangannya kearah lain.
“Len gue mau tanya.” ungkap Baru.
Selena menatap Baru, “iya, ada apa Ru?”.
Diam sebentar, mungkin Baru sedang bingung. “Lo kenal dekat dengan ketua osis itu?” tanya Baru pada akhirnya.
Selena tampak menimbang nimbang mau menjawab apa, sebaiknya Selena mengucapkan bahwa mamanya dan mama Viano itu berteman. Bisa geger seluruh sekolah nanti.
Selena menggeleng, “gak sih, Cuman gue pernah dihukum, karena hukuman itu jadi sedikit kenal.” jawab Selena.
Baru tersenyum mendengar penjelasan dari Selena. “Ouh begitu. Jadi aman dong.” ucap Baru ambigu sekali.
“Hah? gimana?” Selena tampak tidak mengerti.
Baru menggeleng, “gak. Gak jadi.”
Selena menatap curiga kearah Baru, Baru kenapa ngomong gitu yah? Selena jadi merasa overthinking.
Selena masuk kedalam rumah, ternyata Bunda Selena sudah bersiap menyambut Selena. Melihat bundanya yang sudah standby membuat Selena tersenyum, dan dibalas dengan senyuman tipis dari bibir bundanya. Tapi netra Selena menemukan bekas bekas air mata. Selena langsung merasa khawatir dengan keadaan bundanya.
“Bunda nangis yah?” Selena menatap bundanya dengan tatapan khawatir.
Bunda Selena sama sekali tidak menjawab pertanyaan Selena.
“Bun kenapa? beritahu Selena dong. Masalah apa Bun? Kak Vania lagi?” sebenarnya Selena ogah ogahan menyebut nama ‘Vania’. Nama itu terlalu kramat untuk diucap bibir Selena.
Bagas, kakak laki laki Selena turun dan menghampiri Selena.
Bagas memukul kening adik perempuannya itu, “bukan Vania tolol! Bunda nangis karena ada berita sedih dan bahagia. Lo mau denger yang mana?” tawar Bagas.
Selena tampak terdiam berusaha memilih pilihannya.
“Yang buruk dulu deh.” jawab Selena.
Bagas tersenyum misterius, “bang kenapa lo, senyum gitu?” Selena memasang curiga.
“Gak apa apa sih.” jawab Bagas tapi masih memasang senyum senyum mencurigakan.
Selena menepuk bahu kakak laki lakinya itu, “cepet beritahu berita buruknya!.” pinta Selena kepada laki laki itu.
“You, beneran mau denger?” sekali lagi Bagas bertanya.
Selena dengan cepat mengangguk. “Cepetan dong bang, lama amat.” ketus Selena.
“Sabar napa jadi orang.”
“Jadi, kabar buruknya apa?”
“Lo mau dijodohin.” jawab Bagas dengan entengnya.
Selena kaget dan berusaha mencerna kalimat yanng keluar dari mulut Bagas, “bohong yah?” Selena merasa dibohongi oleh kakaknya. Tapi Bagas menggeleng sebagai jawaban.
Selena menatap kearah Bundanya , mau meminta kejelasan.
“Bun bener apa yang dikatakan kak Bagas?” tanya Selena.
Bunda menatap Selena kemudian tersenyum, “iya, sayangku.”
Selena tersenyum, walaupun dalam hati sakit hati. Jadi beritanya memang benar benar buruk untuk Selena. Selena menunduk, tidak lama kembali mendongak menatap Bagas, Selena akan bertanya tentang berita baiknya.
“Kalo berita baiknya apa kak?” Selena kembali bertanya.
“Yakin mau denger? gak mau nangis dulu?” goda Bagas.
Selena berusaha untuk tidak terpancing emosi.
“Lo gak sedih gitu denger mau dijodohin? lihat Bunda aja sampai nangis. lo gak mau ikutan nangis terharu?” Bagas bertanya.
Selena menggeleng, “apaan sih enggak lah gue wanita tegar.”
“Rosa kali yang tegar.” ucap Bagas ngelantur kesana sini.
“Kak yang bener napa sih!” Selena jadi merasa kesal.
“Beneran gak sedih lo? aneh banget.”
“Kenapa lo merasa gak sedih?” Bagas lanjut bertanya.
“Kan cuman pertunangan pasti bisa dibatalin atau ditolak bukan?” ujar Selena enteng.
Bunda Lena langsung terbelalak matanya, begitu juga dengan Bagas.
“Beneran gila ini adek gue.” ucap Bagas.
“Bunda gak bercanda loh Lena.”
Selena menatap Bunda. “Lagian bunda kenapa jodohin Selena sih.” Selena merasa kesal.
“Kak, jadi kabar baiknya apa?” Tanya Selena penasaran.
“Lo mau dijodohin sama keluarga Alexander yang kemarin dateng itu loh sama temennya mama. Temannya mama itu nyonya Alexander.” jawab Bagas.
Selena kembali kaget, “what! Kak Viano?”
Nasib buruk apa lagi yang menimpa Selena? dijodohin dengan ketua kelas yang super kejam? wah bahkan Selena tidak pernah membayangkan.
“Pasti kak Viano bakal nolak pertunangan ini kok. jadi aku masih tenang.” Selena berkata dengan entengnya.
Selena jadi ingat dengar umurnya yang masih termasuk bocil, “lagian gue masih umur enam belas tahun.”
Bunda geleng geleng kepala, suka heran dengan tingkah anak satunya ini.
“Lena, pertunangan ini dilakukan buat kebaikan kamu nak. Bunda sama papa maunya ada yang bisa jagain kamu.” ucap Bunda.
“Kan ada kak Bagas, gampang kalau jagain Selena. Selena udah besar.”
Bagas menatap Selena dengan tatapan jijik. “Emangnya gue selamanya jagain lo?, ogah gue mah.” tolak Bagas.
Bunda mengangguk setuju dengan ucapan Bagas.
"Kok kakak tega sih sama Selena." Selena pura pura sedih.
“Nanti malam keluarga Alexander mau datang. Kamu rias diri yah dibikin cantik.” ucap Bunda Selena.
Selena menggeleng tidak setuju. “Selena gak mau Bun.”
~~
Sekian terimakasih guys.
Semoga part ini bisa menghibur kalian.