Helen terkejut bukan main, ketika pria asing masuk ke kamar hotelnya. Dia sedang tidak dalam keadaan sadar, entah apa yang diberikan oleh Nicklas Bernando suaminya padanya.
"Kamu dan suamimu ingin seorang anak kan? aku akan membantumu!" ujar pria itu dengan tatapan mengerikan.
Bak sambaran petir di siang hari, Helen tidak menyangka, kalau suaminya akan berbuat seperti ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Mencurigakan
"Kak Helen!" panggil Ayu yang terburu-buru menuju lantai dua.
Helen yang sedang merapikan sofa untuk dia tidur, segera menoleh ke arah Ayu. Sudah dua malam ini, dia memang tidur di sofa di butik ini. Dia malas sekali pulang ke apartemennya dengan Nicklas. Dia tidak mau bertengkar dengan pria itu.
Sedangkan kalau dia pulang ke panti asuhan, yang ada bunda Shafa akan khawatir tentangnya. Maka, dia memilih tidur di butik saja.
"Kamu sudah mau pulang, Ayu? aku akan ke bawah untuk mengunci pintu!"
"Bukan kak, itu supir nyonya besar datang. Katanya nyonya besar sakit! katanya jatuh!"
Helen langsung terlihat panik.
"Ibu, baiklah. Aku akan kesana!" katanya yang langsung meninggalkan ruangan itu untuk menemui pak Rojali, supir dari Anika.
Ayu mengikuti Helen dengan tergesa-gesa. Helen memberikan kunci butik pada Ayu.
"Tolong kunci ya, Ayu. Aku akan ke rumah ibu mertuaku!"
Ayu segera mengangguk.
"Iya kak, hati-hati"
Di dalam mobil, selama perjalanan menuju ke kediaman Bernando. Helen tampak khawatir, dan bertanya pada pak Rojali tentang keadaan Anika.
"Pak Rojali, apa sudah di periksa oleh dokter? apa kondisi ibu parah?" tanya Helen.
Helen sangat perhatian pada Anika, karena Anika juga sangat sayang pada Helen.
Sambil mengemudi, pak Rojali juga berusaha untuk menjawab setahunya.
"Maaf nyonya, saya kurang tahu pastinya seperti apa. Tapi tadi, dokter Anton. Dokter keluarga nyonya besar sudah datang. Dia pergi dengan tidak terlalu panik. Mungkin kondisi nyonya besar tidak separah itu" jelasnya.
Dia juga tidak mau membuat Helen lebih panik. Wajah wanita itu sudah terlihat pucat, dan gestur tubuhnya sangat gelisah. Pak Rojali yang sudah berpuluh-puluh tahun makan asam garam kehidupan ini, tentu saja bisa melihat kalau Helen memang tengah sangat khawatir saat ini. Jadi, dia tidak mau menambah kekhawatiran Helen.
Mendengar jawaban dari pak Rojali, Helen menjadi lebih tenang. Dia mengangguk, dan menghela nafas panjang.
Begitu sampai di rumah ibu mertuanya, Helen segera turun dari dalam mobil, tanpa menunggu pak Rojali membuka pintu mobil.
"Ibu" Helen segera pergi ke kamar ibu mertuanya.
Anika tengah duduk bersandar di sandaran tempat tidur. Dan Vicky juga Nicklas tampak berada di sana sedang bicara. Namun ketika Helen masuk kamar itu, Nicklas dan Vicky tampak berhenti membicarakan apa yang mereka bahas tadi.
Melihat Helen datang, Anika tersenyum dan melambaikan tangannya pada menantunya itu.
"Maaf sudah membuatmu khawatir. Apa ibu mengejutkanmu?" tanya Anika.
Helen membalas uluran tangan Anika, dan duduk di sisinya.
"Apa yang terjadi? jika ibu merasa sakit, apa tidak sebaiknya ke rumah sakit?" tanya Helen.
"Tidak apa-apa nak, tidak parah. Ibu hanya jatuh tadi, dan kepala ibu pusing!" Anika segera menoleh ke arah Nicklas.
Sebenarnya dia tidak senang berbohong pada Helen seperti ini. Tapi demi anaknya yang ingin memperbaiki hubungannya dengan menantu kesayangannya. Meski enggan, Anika tetap melakukan apa yang direncanakan oleh Nicklas.
"Ibu butuh sesuatu? aku pijat kaki ibu ya?" tanya Helen sambil sedikit memberikan pijatan di kaki Anika.
Nicklas dan Vicky melihat itu. Vicky menghela nafas melihat ke arah putranya. Baguslah Nicklas sudah sadar, pikirnya.
Semangka Nicklas, dia melihat bagaimana sikap Helen pada ibunya.
'Mata dan pikiranku dulu hanya memikirkan dan melihat Moza, hingga aku tidak menyadari. Jika Helen memang seperti yang ibu katakan, dia wanita yang baik. Dan... dia juga cantik' batin Nicklas terus menatap Helen yang sedang memijat ibunya tanpa berkedip.
Malam semakin larut, Nicklas mengantarkan Helen ke kamarnya saat masih tinggal di rumah ibunya ini dulu sebelum menikah.
"Aku akan minta Johan siapkan pakaian untukmu, dan semua keperluanmu untuk besok. Apa ada yang kamu butuhkan lagi?" tanya Nicklas saat mereka masuk ke kamar itu.
Helen duduk di pinggiran tempat tidur, dia melihat ke sekeliling kamar itu.
"Tidak ada sofa?" tanya Helen.
Karena biasanya, di apartemen pun. Meski mereka tinggal dalam satu kamar, Helen akan lebih memilih tidur di sofa.
Dan Nicklas, kamarnya tadinya ada sebuah sofa yang begitu panjang, nyaman dan mewah. Tapi sebelum Helen datang, dia memang sudah minta pelayan di rumahnya memindahkannya.
Dan dengan wajah yang seolah tidak tahu apapun. Nicklas mengangkat bahunya perlahan.
"Tidak ada, untuk apa sofa?" tanyanya tanpa beban.
Helen menghela nafas perlahan.
"Jangan pura-pura tidak tahu Nicklas, kamu yang mengatakan kita tidak mungkin tidur satu ranjang. Kamu bilang, kamu tidak sudi tidur...."
Brukk
Helen menjeda ucapannya, dia terkejut karena tiba-tiba Nicklas berlutut di depannya. Memegang kedua tangannya dan melihat ke arah Helen dengan tatapan yang terlihat menyedihkan.
"Semua memang salahku. Helen, aku tahu aku pernah sangat kasar dan kejam padamu. Ingin kamu hamil anak pria lain, padahal aku suamimu. Aku sudah tahu salah Helen. Aku minta maaf..."
Dan Nicklas juga menjeda ucapannya itu, ketika Helen menarik kedua tangannya yang di genggam oleh Nicklas.
"Lupakan itu! aku lelah, ingin istirahat!" kata Helen memalingkan wajahnya ke arah lain.
Nicklas segera berdiri.
"Baiklah, istirahatlah. Aku akan rapikan tempat tidurnya! kamu mau di sisi kanan atau di sisi kiri?" tanya Nicklas.
'Matahari terbit darimana? kenapa pria jahat ini jadi begini?' batin Helen.
"Baiklah, di sisi kanan saja. Saat pagi, tidak akan silau dengan cahaya matahari dari jendela!" katanya yang langsung pergi ke sisi tempat tidur sebelah kiri.
Helen masih bingung, pria itu bahkan menepuk tempat tidur dan merapikan bantal untuk Helen.
"Tidurlah Helen, ibu bilang ingin masak sup ikan buatan mu kan besok. Aku akan membantumu membuatnya!" ujar Nicklas yang semakin membuat kening Helen mengernyit.
'Yang jatuh ibu kan? tapi sepertinya otaknya yang bermasalah!' batin Helen lagi.
Helen menjaga jarak yang cukup jauh dari Nicklas. Dia juga tidur membelakangi Nicklas, pokoknya menjaga jarak aman dari suaminya itu.
"Helen, selamat malam" ucap Nicklas sebelum mematikan lampu meja.
Helen semakin mengernyitkan keningnya.
'Ini mencurigakan!' batinnya sebelum memejamkan matanya.
Hari ini cukup melelahkan, dia juga sudah banyak sibuk di butik. Dan besok pagi, dia harus bangun pagi untuk membuat sup. Dia harus tidur cepat.
***
Bersambung...
salam kenal kak Author😊🌹