Takdir Cinta Kinan

Tak berselang lama setelah kepergian Andra, Kinan mendapat kabar dari rumah sakit kalau ayahnya semakin kritis. Iapun bergegas meninggalkan rumah dan langsung menghadang taksi pertama yang lewat di depan rumahnya. Kinan meminta sang sopir taksi untuk ngebut agar ia bisa lekas sampai di rumah sakit tempat ayahnya di rawat.

Sepanjang perjalanan, firasat Kinan sudah sangat buruk. Ia terus menangis memikirkan keadaan ayahnya. Padahal saat ini ia sedang berusaha keras untuk mendapatkan uang supaya ayahnya bisa menjalani operasi secepat mungkin. Tapi kenapa malah sekarang ayahnya dikabarkan kritis.

Kurang lebih satu jam lamanya, Kinan tiba di rumah sakit dan langsung menuju tempat ayahnya. Diluar ruangan ICU, seluruh keluarga sudah menangis cemas tak karuan melihat dokter berupaya keras mengembalikan jantung ayah Kinan yang semakin lama, semakin melemah. Tak kuasa melihat itu, air mata Kinanpun jatuh mengalir deras membasahi pipinya. Ia juga diberitahu kalau ibunya sempat sadar dan kembali pingsan setelah melihat kondisi ayah Kinan semakin parah saja.

Runtuh sudah dunia Kinan saat ini. Ia bisa merelakan Andra pergi dari hidupnya untuk selama-lamanya, tapi gadis itu masih belum ikhlas kalau ayahnya juga meninggalkannya sendiri bersama ibunya di dunia ini. Sungguh Kinan tak sanggup melihat ayahnya pergi tepat di depan mata kepalanya sendiri. Beruntung denyut nadi ayah Kinan bisa kembali sehingga membuat hati semua orang menjadi lega.

Tak berselang lama, dokterpun keluar dan langsung menemui Kinan. "Maafkan kami nona Kinan, kami sudah melakukan yang terbaik untuk ayah anda. Namun, sepertinya, beliau tidak bisa bertahan lama. Jantungnya sangat lemah dan ... beliau tidak akan mungkin bisa melakukan operasi," terang dokter itu, ikut sedih juga melihat keadaan Kinan yang sangat berantakan.

Baru saja Kinan merasa lega karena denyut nadi ayahnya telah kembali tapi kini, ia harus dihadapkan kabar yang membuat hati dan jiwanya bergejolak seakan sulit untuk bisa menerima kenyataan yang ada.

"Bolehkah saya bertemu dengan ayah saya, Dok?" tanya Kinan antara shock dan juga terkejut, pandangan matanya kosong seakan tak ada cahaya kehidupan lagi.

"Silahkan, Nona." dokter itu mempersilahkan dan bahkan membukakan pintu untuk Kinan.

Dengan langkah gontai, lemah tak berdaya, Kinan menatap tubuh ayahnya yang terbaring lemah di atas ranjangnya. Selang infus terpasang dimana-mana dan mata ayah Kinan terpejam. Kinan duduk di sebelah ayah tercintanya dan menggenggam erat tangan yang sudah mulai keriput itu.

"Ayah, " ujar Kinan sesenggukan. "Maafkan Kinan Ayah, Kinan benar-benar minta maaf. Harusnya Kinan bisa membahagiakan Ayah, tapi nyatanya ... Kinan membuat kecewa Ayah. Maafkan Kinan Ayah, Kinan sayang Ayah," isaknya.

Gadis itu menangis tersedu-sedu dipunggung tangan ayahnya dan air matanya terus mengalir deras membasahi tangan renta pria paruh baya yang terbaring lemah dihadapan Kinan. Kinan masih terus menangis di samping ayahnya sambil menggenggam erat tangannya. Ia berharap ada mukjizat dari Tuhan yang bisa mengembalikan kesehatan ayahnya. Namun, sepertinya takdir berkata lain. Kinan harus menerima segala kemungkinan terburuk mengingat kondisi ayahnya begitu lemah.

Ketika menyadari jari tangan ayahnya bergerak, ia langsung menatap wajah ayahnya yang sudah mulai membuka mata dan tersenyum padanya. Awalnya, Kinan senang saat melihat ayahnya telah kembali sadar, tapi senyum itu memudar ketika Ayah Kinan mengatakan sesuatu, tapi Kinan tidak bisa mendengar apa yang ingin dikatakan ayahnya. Iapun mendekat ke wajah ayah tercintanya untuk menyimak satu kalimat penting yang diucapkan ayahnya. Tanpa ia tahu bahwa kalimat tersebut adalah pesan terakhir dari sang ayah untuk Kinan.

"Bahagialah, Kinan ..." itulah kalimat yang dikatakan ayah Kinan sebelum akhirnya ia menutup mata untuk selama-lamanya dalam pelukan putri kesayangannya.

Kinan tertegun, dan langsung menangis sejadi-jadinya ketika menyadari bahwa ayahnya, telah pergi setelah sempat menyampaikan pesan terakhir agar Kinan terus bahagia menjalani hidup meski tanpa kehadiran ayahnya di sisi Kinan.

"Ayah ... tidak ... jangan pergi! Ayah ... kembalilah Ayah, bagaimana bisa Ayah pergi ninggalin Kinan, Ayaaaahh!" jerit Kinan sambil berurai air mata. Ia benar-benar memeluk tubuh ayahnya yang terbujur kaku seolah enggan mau dilepaskan lagi.

Jerit tangis Kinan yang memilukan hati, membuat dokter dan beberapa perawat kembali masuk untuk memeriksa kondisi ayah Kinan dan hasilnya, orang terkasih Kinan telah pergi meninggalkan dunia ini untuk selamanya. Seluruh keluarga Kinan yang ada diluar langsung histeris. Mereka semua menangis dan terduduk lunglai menyaksikan orang yang mereka kasihi, kini telah tiada.

Untuk beberapa saat, Kinan enggan melepas pelukannya terhadap tubuh kaku ayah tercintanya. Kinan masih belum percaya kalau ayahnya telah tiada, ia yakin ayahnya ini masih bisa kembali hidup. Melihat kondisi Kinan, beberapa kerabat mencoba menenangkan Kinan agar ia kuat dan mengikhlaskan kepergian ayahnya. Namun Kinan masih tetap kukuh juga, sampai akhirnya Cecyl mendekat dan memeluk Kinan dengan sangat erat.

Sepupu Kinan yang baik itu, membisikkan sesuatu di telinga Kinan sehingga membuat gadis itu tertegun seketika. Kinan akhirnya mau melepas pelukannya dan mencoba merelakan kepergian ayahnya agar orang yang dikasihinya ini tenang di alam sana.

Ibumu, masih membutuhkanmu, itulah kalimat yang di bisikkan Cecyl agar Kinan menerima semua takdir yang sudah digariskan Tuhan padanya dengan mengikhlaskan kepergian ayah Kinan untuk selama-lamanya.

Tubuh gadis itu lemah dan tak kuasa lagi menahan kepedihan yang terus bertubi-tubi menimpanya. Namun, Kinan harus kuat demi ibunya. Ia tak ingin ibunya juga pergi meninggalkan Kinan, makanya gadis itu berusaha tegar dan bertekad untuk menata kembali hidupnya meski tanpa ayahnya disisinya seperti pesan terakhir yang diucapkan ayahnya, sebelum menutup mata.

***

Di tempat lain, Andra juga harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit karena beberapa tulangnya mengalami retak. Terutama bagian hidung, tangan, dan kaki serta punggung. Riri yang mengetahui hal itu langsung marah dan hendak melaporkan Kinan ke polisi dengan tuduhan penganiayaan. Namun, Andra mencegahnya karena ia juga mendengar kabar tentang meninggalnya ayah Kinan.

"Lagian kamu ngapain sih ke sana, cari masalah aja! Masa kamu nggak punya harga diri, nggak mungkinlah Kinan mau maafin kamu setelah tahu hubungan kita. Ngapain juga kamu buang-buang waktu ke sana pakai acara sok nawarin bantuan segala lagi," sentak Riri mulai mengomeli Andra tanpa ia tahu kalau sebenarnya, pria bejaat itu punya tujuan lain terhadap Kinan.

"Bisa nggak? Kamu ngomongnya pelan aja. 8 tahun aku pacaran sama Kinan dia nggak pernah ngomel-ngomel kayak kamu," Andra balas membentak, dan itu membuat Riri terdiam.

"Sorry Ndra, habis aku kesal, lihat keadaan kamu sekarang, bisa-bisanya dia mukulin kamu sampai kayak gini? Dan kamu kenapa diam saja, coba? Kenapa nggak mau ngelawan dia?"

"Badan Kinan gede Ri, aku mana kuat ngelawan tenaganya, coba kamu saja yang lawan! Bisa nggak?" cetus Andra semakin kesal, suasana hatinya sedang buruk atas perlakukan kasar Kinan padanya dan juga kabar duka tentang meninggalnya ayah Kinan. Bukannya dihibur, Riri malah memperkeruh suasana.

"Terus apa rencana kita sekarang, udah gagal ke Eropa, kamu masuk rumah sakit pula! Menyebalkan!" Riripun keluar kamar rumah sakit meninggalkan Andra yang tak peduli pada aksi ngambek Riri.

BERSAMBUNG

***