Status sebagai anak angkat, membuat Sita Anggraini selalu berusaha untuk membahagiakan kedua orang tua angkat yang sudah memberikannya kasih sayang berlimpah. Termasuk saat kedua orang tua Sita memintanya untuk menikah dengan anak dari teman mereka, Sita juga hanya menurut.
Namun nyatanya, pernikahan yang Sita harapkan akan langgeng dan bahagia, seketika berubah menjadi bencana setelah Akshara, suami Sita di-PHK dari tempat kerjanya. Akshara berubah menjadi sosok yang temperamental dan kerap melakukan KDRT pada Sita.
Lalu bagaimana selanjutnya nasib pernikahan Sita dan Aksha?
Bagi Robert Erlangga, cinta sejati miliknya hanyalah untuk Sheila Arinda. Apapun rela Robert lakukan demi Sheila. Bahkan ketika keluarga besarnya menentang hubungan Robert dan Sheila, Robert tetap pada pendiriannya dan rela angkat kaki meninggalkan semua kemewahan demi Sheila.
Hingga akhirnya, sebuah takdir memaksa Robert untuk melepaskan cintanya pada Sheila selamanya.
Dunia Robert runtuh seketika.
Lalu tiba-tiba seorang bocah laki-laki dengan sorot mata lembut datang ke hadapan Robert dan seketika memberikan aura baru untuk dunia Robert yang terasa hampa.
"Om baik hati, mau jadi papa aku, nggak?"
Siapa sebenarnya bocah laki-laki itu?
Apakah Robert akan tetap bersedia menjadi Papa untuk bocah tersebut setelah tahu asal-usulnya?
Cerita tentang Robert Erlangga (asisten Liam Halley) dan Sita Anggraini (sahabat Teresa di "Bukan Perebut Suami Orang")
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bundew, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERBEDA
Sita membuka perlahan pintu kamar perawatan Pak Alwi, saat pertanyaan penuh selidik dari Bu Tutik langsung menghampirinya.
"Kau kemana semalam, Sit?" Tanya Bu Tutik seraya memindai penampilan Sita yang memang sudah berganti baju. Tadi Sita pulang ke rumah terlebih dahulu untuk mengganti dress pemberian Robert dengan bajunya sendiri. Rambut Sita juga masih setengah basah karena Sita tadi mandi lagi.
Atau lebih tepatnya menghapus sisa-sisa aroma tubuh Robert yang masih melekat di tubuhnya.
"Semalam Sita pulang larut, Bu! Jadi Sita pulang ke rumah dan tidak kesini,"jelas Sita seraya meletakkan sarapan untuk Bu Tutik dan Angga yang aydi ia beli saat perjalanan ke rumah sakit.
"Darimana memamgnya?" Tanya Bu Tutik penuh selidik.
"Menjaga anak salah satu pelanggan kue Teresa. Kebetulan Mama dan papanya sedang ada acara di luar, jadi Sita diminta menjaga anaknya yang masih balita," jelas Sita yang sejak tadi memang sudah mengarang cerita untuk menjelaskan pada Bu Tutik. Sita tak mungimengatakan pada ibu angkatnya tersebit kalau semalam ia tidur bersama Robert demi biaya operasi Pak Alwi.
Ting!
Ponsel Sita berbunyi menandakan ada pesan masuk. Sita segera melihat pesan yang rupanya adalah pemberitahuan tentang sejumlah uang yang sudah di transfer ke rekeningnya.
"Sita akan ke bagian administrasi dulu, Bu! Agar bapak bisa dioperasi hari ini," ujar Sita selanjutnya setelah menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas.
"Sudah ada uangnya memang? Tanya Bu Tutik memastikan.
"Sita baru dapat pinjaman semalam dari suaminya Teresa," jawab Sita yang lagi harus berdusta pada Bu Tutik.
"Syukurlah kalau begitu. Lalu kau nanti lanjut mengantar kue?" Tanya Bu Tutik lagi.
"Iya, nanti jam delapan kata Teresa."
"Sita akan menemani bapak dulu pagi ini," sambung Sita yang hanyaembuat Bu Tutik mengangguk. Sita lanjut kekuar dari kamar perawatan, bersamaan dengan ponsel wanita itu yang berdering nyaring. Ada deretan nomor baru di layar ponsel dan Sita segera mengangkatnya.
"Halo!"
"Uangnya sudah masuk?"
Sita diam sejenak mendengar suara di seberang telepon. Rupanya itu adalah nomor Robert.
"Sita!" Panggil Robert karena Sita yang tak kunjung menjawab.
"Iya!" Jawab Sita tergagap.
"Uang yang aku transfer sudah masuk?"
"Iya, sudah! Terima kasih banyak!" Jawab Sita seraya memejamkan kedua matanya.
"Ya! Semoga bapak kamu bisa secepatnya dioperasi dan lekas pulih."
"Aamiin!" Jawab Sita cepat.
"Ngomong-ngomong, apa Angga di rumah sakit juga?"
"Iya! Angga di rumah sakit karena tidak ada yang menjaganya di rumah," jelas Sita.
"Aku mungkin akan kesana nanti saat makan siang. Apa boleh?"
"Terserah kau saja," jawab Sita merasa bingung.
"Baiklah, aku tutup dulu teleponnya! Ada meeting sebentar lagi."
"Ya! Terima kasih sekali lagi, Robert!" Ucap Sita seraya menghela nafas.
"Sama-sama! Bye!"
"Bye!" Jawab Sita sebelum akhir telepon terputus. Sita melanjutkan langkahnya menuju ke bagian administrasi. Sita harus lanjut ke rumah Teresa untuk mengantar kue, lalu pergi ke swalayan dimana ia baru saja diterima sebagai kasir kemarin.
****
Robert baru saja mengakhiri obrolannya bersama Sita di telepon, saat pintu ruangan pria itu dibuka dari luar.
"Pagi!"
"Pagi, Bos! Kau sudah datang?" Robert berbasa-basi pada Liam dan sudah menghampiri bosnya tersebut.
"Ada meeting pagi, tentu saja aku sudah datang!" Jawab Liam sedikit bersungut.
"Program dietmu berhasil?" Robert menepuk perut Liam yang bulan kemarin masih seperti orang hamil tujuh bulan. Sekarang perut mantan tuan model ini sudah lumayan berbentuk.
"Tentu saja berhasil! Setiap malam hanya boleh makan satu buah pisang dan cacing-cacingku berdemo hebat!"
"Yumi benar-benar menyiksaku, padahal aku saja tak pernah menyuruhnya diet!" Cerita Liam yang malah curhat pada Robert.
Robert tertawa renyah dan wajah asisten sekaligus sekretaris Liam itu terlihat lebih berseri pagi ini.
"Jadi, apa yang terjadi semalam?" Tanya Liam akhirnya karena melihat perubahan pada wajah Robert meskipun sebenarnya tak terlalu kentara. Tapi Liam langsung bisa menyadarinya, karena pria itu sudah kerap melihat raut wajah Robert.
"Aku bertemu tuan Kim seperti perintahmu dan semuanya lancar."
"Bukan! Setelah kau bertemu Tuan Kim! Kau kemana?" Tanya Liam menyelidik yang sepertinya kepo sekali.
"Aku...." Robert menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Aku tidur!" Jawab Robert akhirnya sedikit salah tingkah.
"Tidur dimana?" Liam semakin menyelidik dan penasaran.
"Tuan Kim memberikan aku voucher menginap satu malam di hotel! Jadi aku tidur di hotel." Robert akhirnya berkata jujur.
"Bersama?" Liam sudah menaik turunkan alisnya.
"Bantal dan guling!" Jawab Robert yang langsung membuat Liam berdecak.
"Kau menginap di hotel bersama bantal dan guling?" Liam menatap tak percaya ke arah Robert yang hanya mengendikkan kedua bahunya.
"Benar-benar payah! Kenapa tidak mencari teman kencan di kelab depan hotel?" Cecar Liam yang malah emosi sendiri.
"Sudahlah! Ayo ke ruang meeting!" Ajak Robert seraya meraih tumpukan berkas di atas mejanya. Priabitu langsung melenggang menuju ke lift dan Liam mengekori sekretarisnya tersebut masih sambil berdecak.
"Kau yakin tidak habis berkencan bersama seorang wanita semalam? Raut wajahmu mengatakan hal lain," Liam kembali bertanya penuh curiga.
"Memangnya kenapa kalau aku berkencan?" Robert balik bertanya pada Liam.
"Tidak kenapa-kenapa! Aku hanya ikut senang jika kau sudah mulai berkencan, punya pacar, lalu kembali hidup normal," tukas Liam yang sepertinya masih khawatir dengan Robert yang memang banyak berubah setelah kepergian Sheila tiga tahun lalu.
"Aku hidup normal selama ini. Memangnya menurutmu hidupku tidak normal?" Sergah Robert merasa tak terima dengan kalimat Liam yang menyebutnya tak normal.
"Aku tidak bilang begitu!" Kilah Liam menyangkal kalimat Robert.
"Sudahlah!" Sekali lagi, Robert memilih mengakhiri perdebatannya denagn Liam karena mereka sudah tiba di ruang meeting.
"Dasar Robert!"
****
"Mama mau pergi lagi?" Tanya Angga pada Sita yang sudah memakai seragam kasir. Ini adalah hari pertama Sita bekerja di swalayan.
"Mama harus bekerja dan mencari uang, Angga!" Jelas Sita mencoba memberikan pengertian pada Angga.
"Coba Angga punya papa. Pasti Mama tak perlu bekerja dan bisa menemani Angga sepanjang hari di rumah. Seperti Fairel," celetuk Angga yang langsung membuat hati Sita mencelos.
"Angga, dengarkan Mama!" Sita sudah berjongkok dan merengkuh kedua pundak Angga.
"Mama akan menemani Angga nanti sepulang bekerja. Sekarang, Angga jaga Kakek dulu dan Mama pergi kerja dulu. Nanti malam mama akan menemani Angga dan tidur bersama Angga!" Janji Sita pada Angga.
"Baik, Ma!" Jawab Angga setengah hati. Saat itulah terdengar ketukan di pintu kamar perawatan.
"Selamat siang!" Sapa Robert bersamaan dengan pintu yang dibuka dari luar.
"Siang!" Jawab Sita dan Bu Tutik serempak.
"Siapa, Sit?" Tanya Bu Tutik yang sudah menghampiri Sita.
"Om Robert!" Seru Angga mendahului Sita yang baru saja akan menjawab pertanyaan Bu Tutik.
Angga sudah berlari dan melompat ke pelukan Robery.
"Hai, Jagoan! Bagaimana kabarmu?" Sapa Robert pada Angga.
"Baik, Om!" Jawab Angga penuh semangat.
"Siapa?" Tanya Bu Tutik lagi sedikit berbisik pada Sita.
"Temannya Sita, Bu! Kebetulan memang akrab sama Angga," jelas Sita pada Bu Tutik.
"Om bawa apa?" Tanya Angga yang sudah turun dari gendongan Robert dan membuka paperbag yang dibawa oleh Robert.
"Buku cerita. Kata Mama, Angga suka baca, ya?" Jawab Robert seraya mengeluarkan beberapa buku cerita anak dari dalam paperbag. Mata Angga langsung berbinar senang melihat deretan buku cerita yang biasanya hanya bisa Angga lihat di toko buku.
"Ini semua buat Angga, Om?" Tanya Angga menatap tak percaya pada Robert.
"Tentu saja! Angga suka?"
"Suka sekali!" Jawab Angga yang langsung memeluk Robert dengan erat. Hati Robert langsung menghangat seketika.
"Kenapa banyak sekali bukunya? Seharusnya cukup satu atau dua saja," ujar Sita yang sudah mendekat ke arah Angga dan Robert.
"Angga akan cepat bosan jika hanya satu atau dua," jawab Robert memberikan alasan.
"Kau mau bekerja?" Tanya Robert selanjutnya setelah melihat penampilan Sita yang sudah mengenakan seragam.
"Ya! Aku diterima sebagai kasir di sebuah swalayan dan ini hari pertamaku," jawab Sita.
"Masuk jam berapa? Nanti bareng aku sekalian. Aku juga mau kembali ke kantor," tawar Robert seraya melirik arlojinya.
"Tidak usah!" Tolak Sita cepat.
"Ma! Tidak baik menolak ajakan Om Robert baik hati begitu!" Celetuk Angga yang langsung membuat Sita terdiam.
"Angga benar, Sita! Nak Robert sudah berbaik hati menawarkan tumpangan. Kenapa kamu tolak begitu?" Timpal Bu Tutik yang langsung membuat Robert mengulas senyum. Robert mendekat ke arah bed perawatan Pak Alwi, lalu sedikit berbasa-basi pada Bu Tutik.
"Bagaimana kondisi bapak, Bu?"
"Nanti malah rencananya akan dioperasi, Nak Robert." Jelas Bu Tutik.
"Syukurlah! Semoga setelah operasi, Bapak bisa segera pulih dan bisa bermain lagi bersama Angga," ujar Robert penuh harap yang langsung diaminkan oleh Bu Tutik.
Setelah basa-basi seperlunya, Robert langsung pamit pulang karena jam istirahat juga akan habis sebentar lagi.
"Saya pulang dulu, Bu! Nanti kalau ada waktu saya sempatkan untuk mampir lagi dan menjenguk Bapak," ucap Robert berpamitan pada Bu Tutik.
"Terima kasih banyak karena sudah datang menjenguk." Balas Bu Tutik seraya mengulas senyum.
"Sita berangkat kerja dulu, Bu!" Sita ikut berpamitan karena ia akan sekalian berangkat bersama Robert. Sita sebenarnya enggan,tapi Robert sepertinya memaksa sekali ditambah ceramah Angga tadi.
Sudahlah!
"Hati-hati!" Pesan Bu Tutik yang hanya membuat Sita mengangguk. Sita beralih ke Angga yang sudah asyik membaca buku cerita sambil duduk bersila.
"Angga,Mama berangkat kerja dulu," pamit Sita pada putranya tersebut
"Iya, Ma! Angga tak akan bosan lagi karena Angga sudah punya banyak buku cerita," jawab Angga seraya tersenyun sumringah. Wajah bocah enam tahun itu terlihat bahagia sekali. Sita hanya mengusap kepaa Angga dan kembali bangkit berdiri.
"Om pulang dulu, Angga!" Robert ikut berpamitan pada Angga saat kemudian Angga memberikan isyarat pada Robery agar mendekat karena Angga ingin membisikkan sesuatu.
"Ada apa?" Tanya Robert setengah berbisik.
"Om Robert baik hati! Om mau nggak, jadi papanya Angga?"
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
konflik sederhana tp mengharukan juga sih