Gaharu Raga Argantara, harus pasrah menerima hukuman dari Papinya. Raga harus tinggal di desa tempat tinggal Kakek Nenek nya selama 6 bulan.
Dan ternyata disana ia terpikat oleh gadis cantik, sekaligus putri dari supir keluarga nya di kota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Usaha Baru
****
Setelah kemarin pergi ke kandang, hari ini Raga akan ke kebun. Lahan yang sudah selesai di panen kini masih kosong.
Kek Dani sengaja tidak langsung di garap lahan nya, beliau ingin Raga yang menentukan akan di tanam apa.
“Padahal terserah Kakek mau di tanam apa.” ucap Raga.
“Ya gak bisa gitu, kan kamu yang mau kelola lahannya. Jadi harus sesuai keinginan kamu.” balas kek Dani.
“Yang biasa kerja, semalam tanya. Mau di garap apa? biar nanti di beli bibit nya.” lanjut kek Dani.
“Apa ya? Aku bingung” gumam Raga. “Sekarang lagi rame apa?” tanya Raga.
“Timun, ada juga ubu jalar.” jawab kakeknya.
“Yang paling sebentar, pengennya singkong, tapi jangan di jual ke orang lagi, mau di bikin usaha keripik, biar ibu-ibu sini yang nganggur ada kegiatan.” ucap Raga.
Kek Dani tersenyum begitu juga dengan neneknya, mereka tidak menyangka cucunya punya pemikiran soal buka lowongan pekerjaan untuk ibu-ibu di sana.
“Ubi jalar lumayan sebentar, bisa nanti di buat keripik, tapi kalau mau singkong juga gak apa-apa, lahannya masih banyak yang kosong, kalau mau buka usaha nya dari sekarang bisa beli singkong nya dari orang.” ucap nek intan.
“Nah, bisa begitu juga. Kakek punya kenalan yang sering jual singkong, nanti tinggal nyari tempat buat produksi keripik nya” ucap kek Dani.
“Kira-kira yang kerjanya butuh berapa orang?” tanya Raga.
“Kalau awal-awal sedikit dulu aja.” jawab nek intan.
“Uangnya ada gak buat awal buka usaha nya?” tanya kek Dani.
“Ada, tapi kalau kakek mau ngasih juga gak apa-apa.” jawab Raga sambil terkekeh.
“Gampang, cari dulu tempat nya.” ucap Kek Dani.
“sekarang mending kamu putusin mau nanam apa, biar hari ini langsung di beli bibit nya.” lanjut kek Dani.
“Ubi jalar sama singkong aja.” ucap Raga.
“Kalau singkong itu yang ditanam masih dari pohonnya kan ya?” tanya Raga.
“Iya, nanti kamu juga belajar ikut nanamnya.” jawab kek Dani.
“Hemm.”
.
Hari ini Raga tidak pergi ke mana-mana, untungnya sang kakek tidak memaksa lagi untuk pergi ke kandang.
Raga menghabiskan waktunya untuk membuka internet, ia mencari soal usaha per-keripikan. Soal tempat nya, itu urusan kakenya.
“Kayaknya harus ada beberapa varian rasa.” gumam Raga. Ia juga mulai mencari ide packaging nya bisa menarik perhatian customer.
Tok tok tok
Raga menghentikan ketikan jarinya pada laptop nya, ia berjalan membuka pintu kamar. Ternyata neneknya yang mengetuk pintu.
“Ada apa, nek?” tanya nek intan.
“Mau minta tolong, itu anak bungsunya mang Sapri sakit demam katanya dari kemarin, tadi sempat kejang-kejang, minta tolong bawa ke rumah sakit, pake mobil Kakek.”
“Kunci mobilnya mana?”
“Ini kuncinya, nanti kalau sudah di ruang sakit kasih tahu nenek.”
Raga mengambil kunci mobil nya, ia pergi ke rumah mang Sapri dengan mengendarai mobil nya.
Sesampainya disana, ternyata lumayan rame. Ada beberapa tetangga juga.
“Mang, langsung di bawa ke mobil.” titah Rafa kepada pria paruh baya tetangganya mang Sapri.
Putra bungsu nya mang sapri di gotong dan di masukan ke dalam mobil, di ikuti oleh Bi Santi, Istrinya mang Sapri.
ada satu orang perempuan paruh baya ikut masuk, entah saudaranya atau tetangga nya. Raga tidak peduli, yang penting ada yang nemenin Istrinya mang Sapri.
“Sebelumnya sudah di bawa ke Puskesmas belum, Bi?” tanya Raga sambil mengendarai mobil nya.
“Kemarin sore sudah, tapi cuma di kasih obat pereda panas, kata mantri nya cuma demam biasa. Tapi semalam malah makin tinggi panas nya.” jawab Bi Santi.
“Mantri disini mah memang gitu A, suka asal kalau periksa orang sakit. Suami bibi juga pernah berobat tapi malah makin parah batuk nya di tambah malah jadi sesak nafas, ujung-ujungnya berobat ke rumah sakit yang lebih besar juga.” ucap perempuan paruh baya duduk di samping anaknya Bi Santi.
“Mantri nya cuma ada satu?” tanya Raga.
“Ada dua orang sama Bu Bidan”
Setelah beberapa menit berkendara, akhirnya mereka sampai di depan rumah sakit. Raga memanggil suster untuk membantu membawakan brankar untuk anaknya bi Santi.
saat sedang di periksa di dalam UGD, Raga pergi ke bagian administrasi. Ia yang akan membiayai pengobatan nya sampai kamar inap nya, ia yakin pasti akan di suruh di rawat.
Dan benar saja, ia ia kembali. Anak nya Bi Santi di suruh di rawat.
“Sudah saya urus sus, tinggal di bawa ke kamar inap nya aja.” ucap Raga.
Bi Santi Menatap Raga. “Terima kasih Ya A Raga, maaf jadi ngerepotin. nanti kasih tahu bibi berapa biayanya, soalnya sekarang bibi lupa gak bawa uang.”
“Nggak perlu di ganti Bi, saya ikhlas kok. Sekarang bibi fokus ke putra bibi aja.” ucap Raga.
Bi Santi mengusap air mata nya, “Sekali lagi terima kasih ya A, semoga rezekinya lancar terus.”
“Aamiin.”
Tak lama kemudian, mereka mengikuti suster yang membawa Putra, putranya bi Santi ke lantai atas untuk di bawa ke kamari inap nya.
Sesampainya di lantai atas, mereka masuk. Betapa terkejut nya bi Santi dan perempuan satunya lagi saat melihat isi kamarnya.
“Masya Allah, besar juga kamarnya.” gumam bi Santi, kemudian menatap Raga. “A, ini kita salah kamar ya?”
Raga menggelengkan kepalanya, “Nggak Bi, sengaja pilih kamar yang ini biar Anak Bibi nyaman istirahat nya, kalau rame-rame sama yang pasien lain, pasti bakalan ngerasa nggak nyaman.”
“Udah San, ini rezeki nya putra dapat kamar yang bagus.”
“Iya Teh, Santi masih kayak mimpi aja.”
Mereka sudah berada di dalam kamar, Putra juga sudah tertidur setelah di beri obat.
Raga pamit keluar saat Ponselnya bergetar, tidak lama, ia sudah kembali masuk.
“Bi, saya pamit pulang dulu ya. ini nenek minta di jemput,”
“Makasih ya A, maaf jadi ngerepotin.”
“Ya ampun Bi, dari tadi bilang makasih Mulu, saya juga gak ngerasa di repotin kok.” ucap Raga.
“Saya pamit ya, Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
Raga berjalan sambil memainkan ponselnya, lebih tepatnya sedang bertukar pesan dengan Mami nya yang menanyakan soal anaknya mang sapri.
katanya mang Sapri sedang dalam perjalanan menuju pulang ke Bandung, ayah mana yang tidak khawatir saat di kabari kalau anaknya masuk rumah sakit, mana pas di kabarinya sudah ada kabar sempat kejang-kejang lagi. Bukan dari kemarin.
Saat Raga baru saja keluar dari lift, ia berpapasan dengan Bulan. Mereka hanya saling mengangguk saja, tanpa ada sapaan. Mungkin karena tidak begitu dekat.
paling bener sih raga sama bulan