NovelToon NovelToon
I Want You

I Want You

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Romantis / Office Romance / Cintapertama
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mapple_Aurora

Pengkhianatan yang dilakukan oleh tunangan dan kakak kandungnya membuat Rada mengambil keputusan untuk meninggalkan New York dan kembali ke Indonesia.

Pernikahan yang gagal membuat Rada menutup hati dan tidak ingin jatuh cinta lagi, tapi pertemuan dengan Gavin membuatnya belajar arti cinta sejati.

Saat Gavin menginginkan sesuatu, tidak ada yang bisa menolaknya termasuk keinginan untuk menikahi Rada. Ia tahu hati Rada sudah beku, tetapi Gavin punya segala cara untuk menarik wanita itu ke sisinya.



Cerita ini murni ide penulis, kesamaan nama tokoh dan tempat hanyalah karangan penulis dan tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 1

“ Kak Naysa, El, bajingan! Kalian selingkuh di belakangku?!”

Satu teriakan menggelegar memenuhi kamar mewah di lantai dua rumah besar Heaven. Rumah yang seharusnya menjadi rumah pernikahan Rada dan El, tetapi kini rumah itu sudah ternoda oleh dosa sang tunangan dan kakak kandungnya.

Mendengar teriakan itu dua orang yang saling bergumul di atas ranjang menghentikan kegiatan mereka, menoleh ke pintu dan melihat seorang wanita muda berdiri dengan wajah terluka.

“Rada,” Pria diatas ranjang buru-buru turun dengan setengah telanjang. Wajahnya panik, dia melangkah lebar mendekati Rada yang sudah menangis sambil menatapnya terluka.

“ Jangan mendekat!” Pekik Rada menunjuk dengan jarinya yang gemetaran, sebelah tangannya terangkat mengusap lelehan air mata di pipinya. “Aku membenci kalian!!” Pekiknya.

Rada berbalik, tidak memberi kesempatan El untuk meraih tangannya.

“Rada, tunggu! Ini nggak seperti yang kamu lihat,”

Kaki Rada terus berlari menuruni undakan tangga yang tingginya mencapai lima puluh undakan.

Rada membawa sebelah tangannya ke dada, sesak sekali rasanya. Ia mengabaikan tatapan heran yang dilayangkan oleh pekerja rumah besar itu.

Enam tahun.

Enam tahun Rada dan Elvino menjalin hubungan, ditambah satu tahun pertunangan mereka.

Memang pertemuan mereka di awali dengan perjodohan dari orang tua kedua belah pihak, tapi apakah pantas El memutuskan hubungan dengan cara yang amat tercela?

Rada menggeleng. Keluar dari rumah itu, dia masuk ke dalam mobilnya lalu melajukannya membelah jalanan ibu kota New York yang ramai.

Jemari lentiknya mengusap lembut air mata yang kembali jatuh. Pandangannya memburam, tangan mengcengkeram kuat setir mobil.

“Pada akhirnya ini berakhir menyakitkan,” Isak Rada, dadanya naik turun, hatinya seperti di remas kuat. Ini sakit. Sakit sekali.

“Nasya! El! Kenapa kalian melakukan ini padaku?!” Rada memukul setir mobilnya, berteriak keras bersamaan dengan hujan yang mulai turun membasahi bumi New york.

Gemuruh hujan menyelinap masuk indera pendengarannya seolah mengerti perasaannya.

Meski mengendarai mobil dalam keadaan kacau, Rada masih menguasai lintasan dengan jelas. Dia adalah ratu jalanan pada masanya, bahkan berkendara sambil menangis tidak akan mempengaruhinya karena instingnya yang kuat.

Sayang sekali, ratu jalanan yang terkenal dingin dan kuat hari ini harus mengeluarkan air mata demi seorang lelaki bajingan.

Mobil Rada berhenti di halaman rumah minimalis berlantai dua. Rada mengambil tas make up di dashboard mobil dengan tergesa-gesa.

Rada mencepol asal rambutnya, mengelap wajah dan matanya yang basah.

Wajah Rada membeku kala melihat matanya yang sembab melalui kaca. Mata gelapnya menatap tajam wajah lemah di dalam kaca itu.

“Jangan menangis Rada,” Bisiknya menguatkan diri. Tangannya mulai bergerak luwes memoleskan make up di wajah. Rada tidak akan masuk ke dalam dengan wajah menyedihkan, meski hatinya berantakan, Rada tidak akan memperlihatkannya di permukaan.

Rada menatap wajahnya kembali di kaca. Sudah jauh lebih baik. Rada keluar dari mobilnya lalu masuk ke dalam dengan ekspresi membeku.

“Hei Rada, what's up?” David, pria bermata biru yang sudah menjadi teman Rada sejak zaman kuliah itu menyapa dengan suara dan aksen America yang kental.

“ Dimana Ashley?” Tanya Rada. Ia berjalan anggun melewati David, naik ke lantai dua.

“ Ashley di kamar sembilan. Ngomong-ngomong kenapa kau mencari Ashley?” Tanya David bergegas menyusul Rada.

Rada tidak menjawab, ia langsung pergi ke kamar sembilan. Pintunya masih terkunci, apa Ashley masih tidur?

“Ashley, cepat keluar!” Panggil Rada sambil menggedor-gedor pintu.

“Astaga! Rada, apa yang kau lakukan? Kau mengganggu tidurku.” Ashley membuka pintu sambil memasang wajah cemberut. Ia baru bisa memejamkan mata saat matahari terbit, sekarang belum jam sembilan pagi dan Rada sudah membangunkannya.

“aku akan kembali ke Indonesia.” Ucap Rada.

“WHAT?!” Tidak hanya Ashley yang kaget tetapi juga David. Keduanya menatap Rada dengan tatapan tidak percaya.

Rada membiarkan kedua temannya itu kaget, dan kembali turun.

“Rada, hei,” Kantuk Ashley sudah hilang, dia mencekal tangan rada yang hendak turun ke lantai bawah, “apa yang kau pikirkan? Pernikahanmu tinggal dua Minggu lagi, semua persiapan sudah matang.”

Rada mendongakkan kepala, matanya merotasi kesana-kemari menghindari tatapan Ashley. Rada menggigit bibir bawahnya, menahan dirinya agar tidak menangis.

“Pernikahannya di tunda.” Jawab Rada.

“Di tunda? Kenapa di tunda? Bukankah persiapannya sudah selesai?” Tanya David yang baru pulih dari keterkejutannya.

“Rada, ada apa? Kenapa tiba-tiba di tunda? Pernikahanmu tinggal selangkah lagi, kenapa kau tiba-tiba ingin pulang ke Indonesia?” Ashley menarik tangan Rada, membawanya duduk di sofa lantai satu. Dia menelisik wajah Rada, mencari sesuatu yang mencurigakan di wajah sang sahabat.

“Tidak ada apa-apa, Ash. Hanya di tunda, tidak dibatalkan.”

...☆...

Di tempat lain, Naysa menghisap rokoknya dengan gerakan sensual. Dia sedang duduk di tepi kolam renang, matanya menatap air dalam kolam. Setelah dilihat oleh adiknya sendiri sedang bergumul dengan tunangan sang adik, bukannya merasa bersalah, Naysa malah menganggap itu bukan apa-apa.

El mencoba mengejar Rada, sementara Naysa dengan santai memakai bajunya kembali kemudian mendatangi rumah temannya.

“Kau benar-benar berani bermain api dengan tunangan adikmu,” ucap suara menyebalkan dari sampingnya.

“Kenapa tidak?” Nasya menghembuskan asap rokok di depan wajahnya, ia menoleh, “Lizzy, kau tahu ini mudah bagiku.”

Lizzy terkekeh, tangannya terulur untuk mengusap bahu putih Naysa yang tidak tertutup.

“Kau tidak punya hati.” Ujar Lizzy kemudian dengan sengaja mendorong Naysa ke dalam kolam.

“Rokokku basah sialan.” Umpat Naysa menatap kesal Lizzy yang sekarang mengambil alih tempat duduknya.

“Nikmati waktu senggangmu sebelum badainya datang.”

“Aku tidak pernah takut badai.” Teriak Naysa sambil berenang.

... ☆...

Pukul tujuh malam, rumah besar Heaven.

Dalam kamar mewah itu, Rada memasukkan semua barang-barangnya ke dalam koper. Semua barang yang baru di pindahkan beberapa hari lalu harus ia bawa kembali karena rumah ini tidak akan pernah ia tempati. Lebih tepatnya, Rada tidak Sudi tinggal disini.

Gerakan tangannya mulai melambat saat hendak memasukkan album foto. Rada menelan saliva nya susah payah.

Rada membukanya, ia tersenyum miris melihat ribuan foto yang sudah ia kumpulkan sejak hari pertama hubungannya dengan El.

“Rada,” pintu terbuka, El masuk dengan penampilannya yang berantakan.

“Aku mau menjelaskan semuanya sayang. Ini nggak seperti yang kau lihat,”

Ingin sekali Rada menyemburkan tawa penuh ejekan. Apa yang perlu di jelaskan saat Rada melihat dengan matanya sendiri dua orang yang kasihi bergumul di tempat tidur.

Naysa dan El hendak memadu kasih dalam kamar yang di persiapkan untuk kamar pengantin dirinya dan El. Jika hati Rada tidak kuat, mungkin ia sudah gila dan membunuh Naysa sekarang.

“Nggak perlu El,” ucap Rada dengan suara rendah. Dengan gerakan santai ia melemparkan album foto ke dalam kardus di sudut kamar.

El meletakkan tangannya di bahu Rada, memutar tubuh gadis itu menghadapnya. “Aku nggak selingkuh sayang. Naysa sengaja menjebakku, dia membawaku kesana dan-”

“Sudah El. Jangan katakan apapun lagi, aku tidak apa-apa. Aku bahkan tidak terganggu sama sekali.” Kata Rada melepaskan tangan El. Tatapan matanya menjadi lebih dingin saat melihat wajah teduh El.

Nyatanya wajah teduh itu sudah melukainya sangat dalam. Sudah menghancurkannya hingga tidak tersisa. Tidak ada lagi ruang untuk dirinya dan El, semua sudah berakhir dan Rada tidak ingin mendengar penjelasan apapun.

“Kenapa kau-” ucapan El terhenti, ponselnya berdering dan saat El mengeluarkan dari saku untuk mengangkatnya, Rada melihat jelas nama Naysa di layarnya.

“Eum…telepon dari kantor. Aku angkat sebentar,” El dengan cepat menyembunyikan ponselnya lalu keluar dari kamar Rada.

“Masih mengelak.” Rada menggelengkan kepala, ia menghela nafas panjang dan satu tetes air mata kembali lolos dari sudut matanya.

Sudah cukup.

Rada mengikat kardus berisi kenangannya dengan El, menyusunnya di sudut kamar. Setelah itu Rada merebahkan dirinya di atas ranjang, matanya terpejam namun batinnya sedang bergejolak.

^^^☆^^^

Sinar rembulan menembus masuk melalui gorden tipis yang menutupi jendela. Naysa berdiri disana, ia menyibak tirai dan membiarkan tubuhnya yang terbalut gaun malam tipis di lihat oleh cahaya bulan.

Dari mulutnya keluar asap rokok, menari-nari di udara dan membiarkan wajahnya berada di dalamnya.

“Nay,” El membuka pintu dengan suara pelan. Jakunnya naik turun melihat sosok panas Naysa, dibawah sinar rembulan lekuk tubuh Naysa terlihat jelas.

“Kau datang?” Naysa bertanya tanpa menoleh.

“Ya,” El melangkah lebar menghampiri Naysa.

El melompat bak serigala yang menemukan mangsanya. Tangannya memeluk erat pinggang ramping Naysa dan meletakkan kepalanya di bahunya.

“Mau melanjutkan yang tadi?” Bisik El dengan suara serak penuh gairah.

“Tunanganmu akan marah,” Naysa membalas dengan menggerakkan bokong sintalnya membuat El semakin panas dingin.

“Dia tidak akan tahu,” El menggigit kecil bahu Nayla, tangannya bergerak ke dada Naysa dan memberi remasan lembut disana.

Lalu keduanya seakan lupa diri melepaskan pakaian masing-masing. Keduanya menyatukan diri dalam posisi yang sangat tidak pantas untuk di lihat. Desahan keduanya memenuhi seluruh kamar dan tanpa mereka sadari Rada merekam aksi itu dari pintu dengan wajah jijik.

Setelah mendapatkan rekamannya, Rada memutar langkahnya menuju tangga.

“mobilnya sudah siap,”

Rada meletakkan telepon di telinganya, “aku akan segera kesana.”

Malam itu Rada pergi meninggalkan New York, menyelesaikan beberapa hal yang harus ia selesaikan di benua Amerika ini sebelum ia benar-benar kembali ke Indonesia.

...✯✯✯...

1
Lunaire astrum
💯
Lunaire astrum
Bagus juga. Nanti baca lagi, mau ke warung dulu
Ega
Suka sama karakter Gavin🥰🥰🥰
Ega
cowok kyak El nih nyebelin banget deh😏
Adit monmon
cinta dlm diam ya vin🤭
Nda
luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!