Mengapa mereka memeluk kakiku? Pertanyaan itu menghantui Arion (25) setiap hari."
Arion memiliki dua adik tiri yang benar-benar mematikan: Luna (20) dan Kyra (19) yang cantik, imut, dan selalu berhasil mengacaukan pikirannya. Pagi ini, adegan di depan pintu mengonfirmasi ketakutannya: mereka bukan hanya menggemaskan, tapi juga menyimpan rahasia besar. Dari bekas luka samar hingga gelang yang tak pernah dilepas, Arion tahu obsesi kedua adiknya itu bukan hanya sekadar kemanjaan. Ini adalah kisah tentang seorang kakak yang harus memilih antara menjaga jarak demi kewarasannya, atau menyelami rahasia gelap dua bidadari yang mati-matian berusaha menahannya agar tak melangkah keluar dari pintu rumah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Engga Jaivan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB VIII: Kotak Penyimpanan dan Bukti
Pembuktian
Perjalanan pulang dari kota terasa seperti melewati lorong waktu. Arion dan Kyra kembali ke rumah dalam keheningan yang dingin. Kyra kembali memegang lengan Arion, tetapi sentuhan itu kini tidak lagi terasa manja—melainkan seperti cengkeraman sipir penjara yang memastikan narapidananya tidak melarikan diri.
Saat mereka tiba, Luna sudah menunggu di ruang tengah. Ia sudah berganti pakaian menjadi piyama katun longgar, wajahnya seolah memancarkan kepolosan pasca-tidur. Gelang perak itu sudah tersemat kembali di pergelangan tangannya.
"Kak Arion lama sekali," tegur Luna, nadanya seperti istri yang menunggu suaminya pulang larut malam.
"Kami hanya membeli es krim," jawab Kyra riang, sengaja mengabaikan ketegangan yang baru saja terjadi di luar.
Arion tidak membalas. Ia hanya menatap Luna. Gelang itu kini terlihat seperti penahan, sebuah belenggu yang menenangkan.
"Aku lelah. Aku akan langsung ke kamar," kata Arion, membiarkan kedua gadis itu berpikir bahwa ia sudah menyerah.
Luna dan Kyra saling pandang, sebuah senyum kecil muncul di sudut bibir mereka—senyum kemenangan. Mereka mengira Arion telah terikat oleh rahasia Kyra dan akan memilih keheningan.
Namun, Arion tidak menuju kamarnya. Ia menuju ruang kerja, mengunci diri di dalamnya, dan langsung mengambil dompetnya. Kertas post-it dengan trace kunci itu kini terasa panas.
Danu mengatakan kunci yang dicurinya kemungkinan besar adalah Kunci Utama dari kotak penyimpanan di mana Ibu mereka menyimpan semua penanda. Arion harus mencari kotak itu, dan ia tahu tempat Ayahnya menyimpan semua dokumen penting: gudang bawah tanah.
Arion turun ke ruang bawah tanah, tempat udara terasa lebih dingin dan lembap. Gudang itu dipenuhi dengan kotak-kotak peninggalan Ayahnya. Setelah pencarian yang mendesak, ia menemukan sebuah kotak kayu mahoni tua yang tidak memiliki kunci dan biasanya hanya berisi surat-surat lama.
Namun, di samping kotak itu, terselip sebuah kotak lain—kotak hitam kecil, terbuat dari besi tempa, berukir motif kuno, dan memiliki lubang kunci yang sangat spesifik.
Arion menarik napas, tangannya gemetar. Kotak ini terasa berat, padat, dan tua.
Ia mengambil kunci perak yang ia curi dari kamar Luna. Kunci itu berukuran terlalu kecil untuk lubang kunci yang ada. Danu benar, itu hanya kunci pengganti atau kunci bawah tangan.
Arion mengeluarkan kembali kertas post-it dengan trace kunci utamanya. Kunci itu, yang ia curi cetak birunya dari kotak perkakas Ayahnya, adalah kunci asli kotak besi ini.
Arion naik kembali ke ruang kerjanya, mengambil kunci utama Ayahnya yang asli. Ia kembali ke ruang bawah tanah.
Kunci utama itu bergeser, berputar dengan mulus, dan memberikan bunyi klik yang memekakkan telinga dalam keheningan gudang.
Kotak besi itu terbuka.
Arion menunduk. Isinya bukan permata, bukan uang, melainkan:
* Dua salinan sertifikat kelahiran Luna dan Kyra, namun dengan nama belakang yang berbeda, dan kolom nama ayah yang kosong.
* Sebuah amplop tebal yang ditujukan kepada Ayah Arion dari Ibu Luna dan Kyra, Elara Sasmita, yang tidak pernah dibuka.
* Sebuah foto tua Luna dan Kyra saat masih kecil, sekitar umur sepuluh tahun. Mereka terlihat kurus, dengan mata yang tampak kosong dan mengenakan pakaian seragam yang aneh.
* Dan yang paling mengerikan—Dua benda kecil yang dibungkus kain beludru hitam.
Arion mengambil bungkusan pertama. Isinya adalah sebuah penanda kulit, seperti choker tipis berwarna hitam, dihiasi dengan simbol 'Mata Terkunci' yang sama persis dengan yang ada pada gelang Luna, tetapi jauh lebih besar. Alat kontrol yang mungkin mereka kenakan di leher sebelum mereka cukup dewasa untuk memakai gelang.
Ia membuka bungkusan kedua. Benda itu kecil, dingin, dan tajam.
Itu adalah silet cukur yang sangat tipis dan berkarat, yang tampaknya telah digunakan berkali-kali. Di samping silet itu, ada catatan tulisan tangan yang berlumuran air mata, milik Elara Sasmita:
"Bekas luka adalah pengingat. Aku tidak bisa menghilangkan ingatannya, tapi aku bisa menghilangkan bukti fisik yang akan membawa mereka kembali. Setiap tahun, di hari yang sama, kami melakukannya agar mereka tidak melupakan ikatan itu. Agar mereka tahu, mereka telah terikat. Sekarang, kamu yang harus menjaganya, suamiku."
Arion menjatuhkan silet itu.
Bekas luka Kyra. Bukan gigitan nyamuk. Bukan kecelakaan.
Itu adalah ritual tahunan yang dilakukan oleh Ibu mereka sendiri, sebuah upaya keji untuk 'menghilangkan bukti fisik' dari trauma lama, sambil secara psikologis menanamkan rasa terikat dan kepemilikan baru pada kedua gadis itu.
Arion kini tahu mengapa Kyra memiliki bekas luka yang sama dengan Ibunya. Itu adalah 'pengingat' yang disengaja. Dan kini, kedua gadis itu telah mengalihkan ritual yang mengerikan itu kepadanya: mereka mengikat Arion pada diri mereka.
Ia mengerti kenapa mereka takut sendirian. Mereka takut ikatan itu putus, dan mereka takut Arion akan menjadi ‘rantai terputus’ yang lain.
Arion kembali fokus pada amplop yang belum dibuka. Amplop dari Elara Sasmita kepada Ayahnya. Arion merobeknya.
Di dalamnya ada surat, tulisan tangan Elara yang indah namun bergetar.
Suamiku,
Jika kamu membaca ini, berarti aku sudah tidak ada. Aku tidak bisa memberitahumu kebenaran. Kamu terlalu baik, terlalu logis. Tapi kamu harus tahu: Luna dan Kyra bukan anakku. Mereka adalah keponakanku. Mereka adalah anak kembar dari adikku yang meninggal setelah terjerumus dalam sebuah… kelompok. Aku mengambil mereka, menyelamatkan mereka, dan membawa mereka ke sini.
Kelompok itu tidak akan pernah melepaskan propertinya. Penanda di leher adalah cara mereka mengendalikan kepatuhan. Gelang itu adalah pelacak emosi. Mereka tahu setiap kali anak-anak itu takut atau marah.
Aku berhasil mengelabui mereka selama ini, tetapi mereka akan datang. Mereka pasti akan datang mencari 'properti' mereka yang berharga.
Aku hanya bisa melindungimu dan anak-anakku sampai di sini. Sekarang, kamu adalah jangkar mereka. Kamu harus menjaga mereka tetap 'terikat' padamu. Jangan biarkan mereka pergi. Jangan biarkan gelang Luna terbuka. Jika itu terjadi, itu berarti kelompok itu sudah menemukan mereka. Dan mereka akan membawanya kembali.
Selamatkan mereka, Suamiku. Lakukan apa pun yang diperlukan, bahkan jika itu harus membuat mereka membencimu, atau membuatmu… terjebak.
Elara.
Arion menjatuhkan surat itu. Kakinya lemas. Ia bersandar di dinding yang dingin, mencoba mencerna fakta mengerikan itu.
Luna dan Kyra bukan adik tirinya. Mereka adalah keponakan Ibu tirinya. Mereka bukan anak manja. Mereka adalah buronan yang dicari oleh kelompok misterius yang menggunakan simbol kuno dan alat pelacak emosional.
Dan yang paling brutal: Ayahnya, yang selalu ia anggap polos dan lugu, tahu seluruh kebenaran itu. Ayahnya telah menerima peran sebagai 'jangkar' mereka, dan kini, tanggung jawab itu telah berpindah tangan.
Kyra tidak mengancam. Ia memberi tahu sebuah kebenaran brutal.
Arion kini mengerti mengapa ia tidak boleh kembali ke kehidupan lamanya. Karena sejak ia menerima pelukan di kakinya pagi itu, ia telah menandatangani kontrak baru. Ia bukan lagi seorang arsitek yang merancang bangunan.
Ia adalah seorang pelindung yang harus bersembunyi.
Tiba-tiba, Arion mendengar suara langkah kaki dari tangga. Langkah kaki yang ringan, tetapi kini terasa seperti teror.
"Kak Arion? Sudah tidur?"
Itu suara Luna.
Arion segera menutup kotak besi itu, menguncinya, dan menyembunyikannya kembali di antara kotak-kotak Ayahnya. Ia harus keluar dari gudang ini sebelum Luna menemukannya.
Ia menaiki tangga. Luna sedang berdiri di ambang pintu menuju tangga, memegang segelas air. Wajahnya polos, piyamanya longgar.
"Kakak dari mana? Aku tidak melihat Kakak di kamar," tanya Luna, matanya yang besar kini terasa seperti kamera keamanan yang memindai setiap inci tubuh Arion.
"Aku... hanya mengambil berkas lama di ruang kerja," Arion berbohong, memaksakan dirinya untuk berjalan tenang.
Luna tersenyum, senyum yang mematikan.
"Baiklah, Kak. Aku hanya ingin memastikan Kakak tidak pergi. Selamat malam, Kak Arion. Kami akan selalu ada di sini."
Arion menatapnya, bukan lagi sebagai gadis cantik, melainkan sebagai prajurit muda yang dilatih untuk bertahan hidup. Ia tahu, mulai malam ini, perang psikologis mereka telah meningkat menjadi perang sesungguhnya.
Arion adalah jangkar, dan dia baru saja memutuskan bahwa dia tidak akan pernah membiarkan rantai itu terputus.