Menikahi Pria terpopuler dan Pewaris DW Entertainment adalah hal paling tidak masuk akal yang pernah terjadi di hidupnya. Hanya karena sebuah pertolongan yang memang hampir merenggut nyawanya yang tak berharga ini.
Namun kesalahpahaman terus terjadi di antara mereka, sehingga seminggu setelah pernikahannya, Annalia Selvana di ceraikan oleh Suaminya yang ia sangat cintai, Lucian Elscant Dewata. Bukan hanya di benci Lucian, ia bahkan di tuduh melakukan percobaan pembunuhan terhadap kekasih masa lalunya oleh keluarga Dewata yang membenci dirinya.
Ia pikir penderitaannya sudah cukup sampai disitu, namun takdir berkata lain. Saat dirinya berada diambang keputusasaan, sebuah janin hadir di dalam perutnya.
Cedric Luciano, Putranya dari lelaki yang ia cintai sekaligus lelaki yang menorehkan luka yang mendalam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quenni Lisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 08 - Kenyataan Pahit
Mengetahui siapa sang Ayah tak membuatnya sepenuhnya bahagia. Apalagi dengan segala cerita mengenai masa lalu sang Bunda. Anna mencoba membuat pengertian pada Putranya. Ia tak menginginkan Cedric membenci Ayahnya sendiri, karena Lucian pada dasarnya tak mengetahui bahwa Cedric ada di dunia ini.
Bahkan mungkin kejadian malam itu ia tak mengingatnya sama sekali.
"Apakah dia sehebat itu, Bunda?" tanya Cedric tanpa menyebutkan kata Papa. Anna mencoba mengerti perasaannya.
Walau rasa sakit hatinya tak akan mudah terobati, ia tak akan membuat Cedric membenci Lucian. Walau jauh di dalam lubuk hatinya, ia tak menginginkan semua pengakuan ini. Ia tak ingin jika suatu saat Cedric lebih memilih bersama Lucian yang mempunyai segalanya dibandingkan dirinya yang hanya memiliki toko kue kecil di pinggiran kota.
"Dia hebat. Bunda ingat dulunya, dia adalah seorang pemain basket dengan banyak kemenangan. Dia juga selalu bisa mendapatkan tempat pertama di pelajaran maupun olahraga," jelas Anna, ia mencoba mengingat lagi bagaimana dirinya menatap kagum sosok Lucian Elscant Dewata.
Mengingat lelaki itu membuatnya kembali merasakan semua penghinaan, rasa sakit hati dan pengorbanannya. Namun, ia tak mau menyangkal perasaannya pada lelaki itu sangatlah besar sehingga setelah semua yang telah terjadi, semua yang telah di lakukan Lucian terhadapnya, tak membuatnya berhenti mencintai lelaki itu. Ia hanya menyerah dan tak lagi berharap. Rasanya seperti mati rasa, sekuat apapun ia berusaha melupakan Lucian, bayang-bayang Lucian semakin menghantuinya.
"Ternyata dia sehebat itu. Mangkanya Bunda suka?" tanya polos Cedric.
Anna tertawa, sembari menyentuh pelan hidung Cedric. "Mungkin memang benar."
"Aku juga pintar olahraga, matematika dan IPA," ucap Cedric tiba-tiba, membuat Anna terdiam mencoba mencerna maksud dari perkataan Cedric.
Seketika Anna terkekeh geli melihat tingkah Putranya. "Oh, benarkah? Baiklah ternyata Putraku sangat hebat, bahkan melebihi Aktor populer itu ya," jawab Anna mencoba menggoda Cedric. Sembari mengelus kepala Cedric dengan gemas.
Cedric hanya tersenyum bangga. "Jadi, jika itu sulit untuk Bunda, aku tidak apa-apa. Aku tak menginginkannya, jika Bunda tak menginginkannya," terang Cedric, terlihat ekspresi wajahnya yang penuh dengan keyakinan, namun Anna dapat melihat bahwa Putranya itu juga memendam rasa rindu pada Ayahnya.
****
Setelah kejadian itu, Anna jadi semakin sering memperhatikan sikap Putranya, karena ia takut mengulangi kesalahan yang sama, dimana ia tak langsung menindaklanjuti sikap Cedric.
"Hei, Anna!" Adnan datang dengan senyum sumringahnya.
Anna membalas senyumannya. "Ada apa, Nan? Mau beli Kue?" tanya Anna, heran saja mengapa di jam kerja Adnan tidak bekerja malah mampir ke tempatnya.
"Gue lagi cuti istirahat, jadi ya sekalian aja mampir mau beli kue. Dan... Gimana kondisi, si Bocah?" tanya Adnan, sedikit ragu takut Anna masih memikirkan kejadian kemarin dan merasa sedih lagi.
Anna menatap Cedric yang sedang belajar di sudut tokonya. "Kondisinya sempat drop kemarin, setelah gue ceritain tentang Ayahnya, dia baru bisa terima," jelas Anna, dengan sendu.
Adnan mengangguk mengerti. "Sebenernya, gue juga penasaran, hehe. Tapi, selama ini setiap mendengar pembahasan tentang Suami atau Ayah, Lo selalu menghindar dan memasang raut sedih," jelas Adnan.
'Sebenarnya gue suka Samo Lo, An. Tapi, rasanya Lo masih terjebak di masalalu Lo,' batin Adnan, menatap Anna dengan tulus.
Anna terdiam sejenak. Ia mengerti, walau sudah berulang kali ia mengatakan bahwa dirinya telah menikah dan karena suatu masalah memilih bercerai. Dan, ternyata ia sedang mengandung saat setelah perceraian.
Ia selalu terdiam, saat semua orang meminta bukti dari akta perceraiannya. Jelas mereka pasti akan mencari tahu siapa nama mantan Suaminya. Dan, yang pasti semua orang akan mengenali siapa Lucian Elscant Dewata, yang benar-benar lagi berada di puncak karirnya, juga merupakan Pengusaha sukses walau di usianya yang masih muda.
"Gue... Kami menikah karena permintaan terakhir Kakeknya, yang juga merupakan penyelamat hidup gue. Tapi, Kakek menganggap gue juga sebagai penyelamat hidupnya," jelas Anna, ia juga tak bisa terus-terusan menyembunyikan kebenaran ini.
"Dia benar-benar adalah orang yang baik, namun karena lingkungan keluarganya yang keras dan licik, dia menjadi pribadi yang kasar, cuek dan tak berperasaan. Karena kesalahpahaman dia membenciku, Nan. Hiks... Aku tahu, rasanya seperti tak tahu diri jika menginginkan hal lebih dari ini, namun aku tetap saja melupakan semua itu dan memilih menikah dengannya demi keegoisanku. Sebenernya dia tidak pernah tahu, bahwa ada Ceddy di antara kami," jelas Anna, ia menggunakan bahasa yang lebih santai.
Melihat wanita yang dicintainya menangis. Membuat Adnan merasa sakit di dadanya, seakan sebuah batu menghimpit dadanya. "Gini dong, Na. Dari dulu kau selalu menjaga jarak dariku, seolah-olah kita tidak akan pernah bisa bicara santai," ujar Adnan, berusaha menghibur.
Anna tersenyum. "Maaf, ya. Aku hanya merasa ... Sepertinya aku memang tidak layak untuk memiliki teman sebaik kau, Adnan..."
'Aku enggak mau hanya menjadi sekedar teman bagimu, Na. Namun, aku mengerti kau belum bisa melupakan masalalumu walaupun itu sakit bagimu. Aku akan menunggu dimanan saat hatimu bersedia,' batin Adnan dengan tulus.
"Aku ini orangnya malas berinteraksi. Tapi, aku selalu suka ngobrol ringan denganmu maupun Ceddy, jadi santai saja. Jangan dipikirin omongan orang-orang," jelas Adnan. Adnan mengerti bagaimana Anna selalu menahan diri dari cibiran orang-orang, demi menjaga ketentraman, agar Ceddy setidaknya memiliki lingkungan yang baik.
"Dasar! Kamu, kan buaya, Nan! Liat tuh, dari tadi cewek-cewek pada berdatangan setelah liat kamu disini. Belinya satu, habisnya setelah kamu pergi. Mana, mereka menatapmu seakan-akan aku adalah saingan mereka," celetuk Anna, yang sedari tadi merasa terus di perhatikan. Dan, ternyata itu adalah gadis-gadis yang menyukai Adnan, namun tatapan mereka seolah-olah ingin menelannya bulat-bulat.
"Emang kamu enggak mau bersaing sama mereka?" tanya Adnan, penuh harap. Ia tahu pasti jawabannya, namun hatinya ingin terus menguji seberapa jauh ia bisa melangkah.
Anna terdiam. Sedetik kemudian tertawa. "Apaan sih, Nan! Ya kali aku saingan sama mereka. Bercandanya enggak lucu," jawab Anna, mengira Adnan sedang bercanda dengannya.
Mendengar jawaban Anna membuat Adnan merasa kesal. "Emangnya kamu kenapa, Na? Menurutku, kamu berhak untuk menyukai siapapun. Dan, Aku harap aku bisa dekat denganmu," ungkap Adnan, dengan nafas menggebu.