💔 Dikhianati & Dibangkitkan: Balas Dendam Sang Ibu
Natalie Ainsworth selalu percaya pada cinta. Keyakinan itu membuatnya buta, sampai suaminya, Aaron Whitmore, menusuknya dari belakang.
Bukan hanya selingkuh. Aaron dan seluruh keluarganya bersekongkol menghancurkannya, merampas rumah, nama baik, dan harga dirinya. Dalam semalam, Natalie kehilangan segalanya.
Dan tak seorang pun tahu... ia sedang mengandung.
Hancur, sendirian, dan nyaris mati — Natalie membawa rahasia terbesar itu pergi. Luka yang mereka torehkan menjadi bara api yang menumbuhkan kekuatan.
Bertahun-tahun kemudian, ia kembali.
Bukan sebagai perempuan lemah yang mereka kenal, melainkan sebagai sosok yang kuat, berani, dan siap menuntut keadilan.
Mampukah ia melindungi buah hatinya dari bayangan masa lalu?
Apakah cinta yang baru bisa menyembuhkan hati yang remuk?
Atau... akankah Natalie memilih untuk menghancurkan mereka, satu per satu, seperti mereka menghancurkannya dulu?
Ini kisah tentang kebangkitan wanit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8: Neraka Pembentukan
itu terasa seperti terowongan waktu, membawa Natalie menjauh dari semua yang dikenalnya. Begitu tiba di Singapura, ia tidak menyia-nyiakan waktu. Uang yang ia miliki tidak banyak, dan ia harus bergerak cepat.
Dengan bantuan Tuan Hadiningrat—yang hanya berkomunikasi melalui kurir dan dokumen—Natalie menyewa apartemen kecil di pinggiran kota. Ia hidup hemat, makannya hanya mi instan dan roti tawar. Semua uang yang bisa ia hemat, ia investasikan untuk satu hal: pengetahuan.
Natalie mulai mengambil kursus-kursus yang dulu ia anggap membosankan—analisis risiko, investasi properti global, dan hukum korporat. Ia memaksakan dirinya untuk belajar dari pagi hingga larut malam. Rasa kantuk dan kelelahan adalah musuh barunya.
Suatu hari, di ruang kelas, ia berhadapan dengan sekelompok pebisnis muda yang kaya raya. Mereka membahas proyek besar di Indonesia.
"Proyek Whitmore Resort di Bali itu sangat menggiurkan. Tuan Aaron Whitmore benar-benar genius," puji salah satu peserta, Leo, putra pemilik perusahaan venture capital Malaysia.
Jantung Natalie mencelos. Ia mendengar nama Aaron. Namun, ia harus mempertahankan topengnya sebagai 'Ny. Elara', wanita dingin yang fokus pada data.
"Proyek itu sangat berisiko," sela Natalie, suaranya tenang.
Leo tertawa meremehkan. "Berisiko? Ny. Elara, Anda mungkin tidak memahami pasar properti di Indonesia. Whitmore adalah jaminan."
"Jaminan didasarkan pada arus kas, Tuan Leo," balas Natalie, membuka laptopnya. "Aaron Whitmore membangun proyek itu dengan pinjaman besar dari Bank Sigma yang kini sedang dalam penyelidikan. Selain itu, Keluarga Whitmore memiliki konflik internal yang parah mengenai warisan properti lama mereka. Jika salah satu pihak menarik dukungan, seluruh proyek akan runtuh."
Seisi ruangan terdiam. Informasi itu sangat spesifik dan sangat sensitif.
Leo menatap Natalie dengan campuran rasa takut dan penasaran. "Bagaimana Anda bisa tahu detail seperti itu, Ny. Elara?"
Natalie menutup laptopnya, tatapannya tajam. "Saya tidak berinvestasi pada spekulasi, Tuan Leo. Saya berinvestasi pada fakta. Dan fakta menunjukkan, Dinasti Whitmore sedang berjalan di atas es tipis."
Percakapan itu menyebar dengan cepat. Dalam beberapa minggu, 'Ny. Elara' dikenal sebagai wanita misterius dengan informasi yang sangat akurat tentang pasar Indonesia, terutama kelemahan Keluarga Whitmore. Orang-orang mulai mendekatinya, memintanya menjadi konsultan.
Malam itu, Natalie berbicara dengan Maya melalui panggilan video, menggunakan sim card rahasia. Maya menunjukkan Kenzo yang sedang tertawa. Tawa Kenzo adalah satu-satunya sumber cahaya di neraka yang ia jalani.
"Dia sudah bisa berguling, Nat. Dia sehat sekali," bisik Maya.
Air mata Natalie menetes. Ia rindu memeluk anaknya. Rindu mencium aroma rambutnya. "Jaga dia, Maya. Jaga dia dengan baik. Bagaimana dengan uangnya?"
"Aman. Sudah aku belikan toko kecil dan aku buka usaha jahit. Kenzo ada bersamaku sepanjang hari. Kami aman," lapor Maya.
"Bagus," jawab Natalie. "Aku harus segera menyelesaikan kursus ini. Tuan Hadiningrat sudah menyiapkan klien-klien pertamaku di Eropa. Aku harus segera bergerak dari konsultan menjadi pemilik."
Sebelum menutup telepon, Natalie melihat pantulan dirinya di jendela. Wajahnya yang dulu dihiasi kelembutan, kini diwarnai ketegasan, tulang pipinya menonjol. Natalie Ainsworth yang dulu sudah mati.
"Satu tahun sudah berlalu, Aaron. Dalam satu tahun, aku telah mempelajari semua celah kejatuhanmu. Sekarang, biarkan aku menghilang sedikit lebih lama, dan aku akan kembali membawa Kenzo untuk melihat kehancuranmu dengan matanya sendiri."
Time Skip: Empat tahun berikutnya dihabiskan Natalie berpindah-pindah antara London, Zurich, dan Dubai. Ia tidak pernah menetap lama, membangun jaringan investasi, mengakuisisi perusahaan kecil yang bermasalah, dan mengubahnya menjadi emas. Di mata dunia, ia adalah Elara, seorang venture capitalist muda yang kejam dan tak terkalahkan.