NovelToon NovelToon
Jadi Istri Om Duda!

Jadi Istri Om Duda!

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama / Duda
Popularitas:995
Nilai: 5
Nama Author: Galuh Dwi Fatimah

"Aku mau jadi Istri Om!" kalimat itu meluncur dari bibir cantik Riana Maheswari, gadis yang masih berusia 21 Tahun, jatuh pada pesona sahabat sang papa 'Bastian Dinantara'

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galuh Dwi Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tim Biru

Suasana resort tepi pantai itu sangat meriah. Seluruh karyawan Dinantara Group berkumpul di lapangan pasir yang sudah dihiasi bendera warna-warni, panggung kecil, dan sound system yang menggelegar. Angin laut berhembus lembut, membuat rambut Riri sedikit berantakan tapi justru memberi kesan natural.

Rico menepuk bahu Riri. “Ri, aku baru tahu ya… kantor ini bukan cuma jago masalah kerjaan, tapi juga jago bikin acara heboh begini.”

Riri terkekeh. “Iya Ric, aku kira gathering itu cuma seminar sama game kecil aja. Ternyata kayak acara festival gini.”

MC acara, seorang staf senior yang terkenal kocak, naik ke panggung dengan megaphone.

“Halo semuanya! Selamat datang di Dinantara Group Fun Gathering! Hari ini kita mulai dengan games tim pantai!” serunya disambut sorakan.

Semua karyawan dibagi menjadi beberapa tim campuran lintas divisi. Riri dan Rico masuk ke Tim Biru, dan saat panitia menyebutkan satu nama tambahan… jantung Riri langsung melompat.

“Terakhir, orang yang akan bergabung ke Tim Biru adalah… Pak Bastian!”

Sorakan makin heboh. “Waduh, hoki banget tim Biru dapet Pak Bos!”

“Beruntung banget mereka!”

“Tim Biru auto menang nih!”

Ucap para peserta tim lain.

Riri menatap Rico dengan panik. “Ric… ini seriusan? Pak Bastian satu tim sama kita?”

Rico nyengir lebar. “Tenang Ri, ini kesempatan kamu dekat dengan Pak Bos,” bisiknya sambil menggoda.

“Diam, Ric!” desis Riri dengan pipi memerah.

Bastian datang dengan kaos tim biru dan celana pendek santai. Ia terlihat berbeda dari biasanya—lebih rileks tapi tetap bikin orang salah fokus. Tatapannya sempat bertemu dengan Riri. “Kamu sudah siap ikut lomba?” tanyanya ringan.

“Siap, Pak,” jawab Riri cepat… terlalu cepat, sampai Rico menahan tawa.

---

Game Pertama, Estafet Air.

Setiap anggota tim harus mengambil air laut dengan gelas plastik dan menuangkannya ke ember di ujung. Tim tercepat menang.

Riri kebagian posisi tengah. Ketika gilirannya tiba, ia berlari dengan cepat, tapi saat hendak menyerahkan gelas ke Bastian yang berada tepat di belakangnya… kakinya terperosok ke pasir yang lembek.

“Waaah—!”

Bastian refleks menangkapnya lagi, seperti adegan di bus kemarin. Bedanya, kali ini mereka benar-benar jatuh… dan berakhir dalam posisi nyungsep pelukan di atas pasir. Semua orang di sekitar bersorak heboh.

“Waduh, romantis banget Pak..”

“Kayak adegan di film!”

“Tim Biru bawa-bawa cinta nih!”

Riri cepat-cepat bangkit dengan muka merah padam. “Maaf, Pak! Saya kepleset!” katanya terbata.

Bastian berdiri sambil menepuk pasir di pakaiannya. Senyumnya muncul tipis, agak malu tapi tetap tenang. “Nggak apa-apa. Fokus ke game, ya.”

Rico di belakang menahan ketawa sambil berbisik, “Ri… ini sudah kedua kalinya kamu jatuh ke pelukan bos. Yang ketiga nanti langsung lamaran kali ya.”

“Ric!!” Riri memukul lengan Rico kesal, tapi mukanya tetap merah kayak udang rebus.

---

Game Kedua, di isi dengan Tarik Tambang.

Tim Biru harus berhadapan dengan Tim Merah. Riri ikut menarik tali di baris tengah, tepat di depan Bastian. Saat aba-aba dimulai, mereka semua menarik kuat-kuat.

“Tarik terus!” teriak Rico.

Riri mengerahkan semua tenaga. Tapi karena tanahnya pasir dan posisinya agak licin, tubuhnya sedikit mundur dan tanpa sengaja punggungnya menyentuh dada Bastian yang berdiri tepat di belakang. Bastian dengan sigap menopang tali dan sedikit maju agar keseimbangan Riri kembali.

“Pegangan yang kuat,” ucapnya pelan dari belakang.

Riri kaku seperti patung, tapi genggaman tangannya di tali makin erat. Beberapa rekan satu tim yang melihat adegan itu malah mulai menggoda.

“Duh… chemistry-nya dapet banget.”

“Cocok banget mereka berdua!”

“Riri.. jangan cari-cari kesempatan yaa.” Teriak salah satu karyawan wanita disana.

---

Setelah semua permainan selesai, Tim Biru akhirnya berhasil jadi juara dua. Semua anggota bersorak, saling tos dan berfoto bersama.

Rico menggandeng Riri keluar dari kerumunan. “Ri… aku serius, aku belum pernah lihat Pak Bastian sesantai itu. Tadi dia ketawa loh pas kita jatuh.”

Riri menunduk sambil memainkan jari-jarinya. “Iya… aku juga kaget. Biasanya dia kelihatan serius banget.”

Rico mendekat dan berbisik. “Kayaknya dia mulai melihat kamu bukan sekadar anak buahnya deh, Ri.”

“Apaan sih Ric! Jangan ngaco!” balas Riri spontan, tapi pipinya malah memerah lagi.

Dari kejauhan, Bastian yang sedang berbicara dengan panitia sempat melirik ke arah mereka berdua. Tatapannya sekilas… tapi cukup untuk membuat Riri cepat-cepat berpaling, jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya.

___

Malam itu resort tepi pantai berubah menjadi seperti lokasi acara festival. Lampu-lampu gantung menyala temaram, suara deburan ombak terdengar lembut, dan di tengah lapangan pasir sebuah api unggun besar sudah menyala.

Para karyawan duduk melingkar dengan pakaian santai. Ada yang membawa minuman, ada yang sambil memainkan gitar, dan ada juga yang sibuk selfie bareng.

Rico duduk di samping Riri sambil menggigil kecil. “Dingin juga ya anginnya malam-malam begini.”

Riri mengusap lengannya. “Iya… aku nggak nyangka bakal sedingin ini. Salah kostum pula, harusnya bawa jaket.”

“Tenang… nanti ada yang ngangetin,” goda Rico sambil menaik-naikkan alis.

“Rico!” Riri langsung menatapnya tajam.

“Eh tapi serius, aku mau ambil minuman dulu ya, Ri. Kamu mau titip apa?”

“Air mineral aja,” jawab Riri.

Rico pun pergi, meninggalkan Riri sendirian di pinggiran lingkaran api unggun. Ia memperhatikan beberapa karyawan senior yang asik bernyanyi lagu lawas, sementara MC acara mulai membuka sesi santai.

“Tadi siang Tim Biru jadi sorotan nih… bukan cuma karena juara dua, tapi karena ada pasangan fenomenal yang jatuh romantis di tengah lomba,” celetuk MC dengan mic.

Semua orang tertawa. Riri langsung menunduk malu, berharap tidak ada yang melirik ke arahnya. Tapi tentu saja, beberapa teman satu tim langsung bersorak.

“Itu Riri tuh!”

Riri menutup wajahnya dengan kedua tangan. “Aduh malunyaaaaaa…” keluhnya dalam hati.

Tiba-tiba sebuah suara berat terdengar dari belakang. “Kamu nggak kedinginan?”

Riri menoleh. Bastian berdiri di sana dengan kaus biru tua dan jaket tipis abu, membawa dua gelas cokelat panas.

“P… Pak?” Riri gugup.

“Ini,” Bastian menyodorkan salah satu gelas. “Cokelat panas. Kayaknya kamu butuh.”

“Wah, makasih banyak, Pak,” jawab Riri pelan. Tangannya tak sengaja bersentuhan dengan tangan Bastian saat menerima gelas. Sepersekian detik… tapi cukup bikin jantungnya berdetak cepat.

Bastian duduk di sampingnya. Tidak terlalu dekat, tapi cukup untuk membuat Riri sadar betapa tenangnya aura pria itu di tengah keramaian. Mereka berdua hanya diam sejenak sambil melihat api unggun.

Dari kejauhan, Rico yang baru kembali melihat pemandangan itu langsung nyengir lebar. “Waduh, aku salah timing kayaknya.” gumamnya sambil pura-pura pergi lagi ke arah lain.

1
Grindelwald1
Wah, mantap!
Galuh Dwi Fatimah: terimakasih!!
total 1 replies
Niki Fujoshi
Capek tapi puas baca cerita ini, thor! Terima kasih sudah membuatku senang.
Galuh Dwi Fatimah: Terimakasih kak, semoga harimu selalu menyenangkan
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!