NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Mafia

Terjerat Cinta Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:971
Nilai: 5
Nama Author: zhar

Ketika Maya, pelukis muda yang karyanya mulai dilirik kolektor seni, terpaksa menandatangani kontrak pernikahan pura-pura demi melunasi hutang keluarganya, ia tak pernah menyangka “suami kontrak” itu adalah Rayza, bos mafia internasional yang dingin, karismatik, dan penuh misteri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zhar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

“Jadi begini… orang yang kupilih untuk jadi bagian keluarga itu ya anakku sendiri. Percayalah, itu jauh lebih baik ketimbang kamu harus nikah sama aku, kan?” ucap si bos sambil tertawa puas dengan leluconnya sendiri yang jelas-jelas tidak lucu.

Aku menatap surat kontrak di tanganku, kaget dan tak percaya. Tanganku gemetar hebat. Kalau aku merobek surat ini, apa semuanya bakal batal? Sepertinya tidak…

Saat pikiranku kalut mencari jalan keluar, tiba-tiba ponsel bos berdering kencang. Suaranya memecah ketegangan yang menguasai ruangan.

“Halo? Oh begitu… ya, ya. Kami akan urus. Pastikan dia dapat perawatan terbaik,” katanya singkat lewat telepon.

Begitu percakapan selesai, dia menatapku kali ini dengan raut wajah yang serius, bahkan terlihat sedikit sedih.

“Barusan yang menelepon itu orang yang nganterin nenekmu ke rumah sakit,” katanya tenang.

“Keadaannya gimana?” tanyaku cepat, jantungku berdegup kencang.

Dia menghela napas pelan. “Kurasa dia sudah tahu ini dari lama, tapi mungkin sengaja nggak bilang ke kamu. Nenekmu kena kanker paru-paru stadium empat…”

“Apa…?” bisikku lirih, nyaris tak terdengar. Rasanya tubuhku melemas seketika.

“Dokter juga nggak yakin dia bisa bertahan berapa lama lagi,” lanjutnya.

“Nggak mungkin… beliau…” ucapku dalam hati, suara batinku gemetar.

“Aku udah bilang ke rumah sakit supaya kasih perawatan yang terbaik. Dan tentu saja… aku yang tanggung semua biayanya,” tambahnya sambil tersenyum tipis.

“Asal aku mau nikah sama anakmu, gitu?” potongku cepat, marah sekaligus putus asa. Apa dia benar-benar tega menjadikan nenekku sebagai alat tawar-menawar?

“Kamu pintar. Cepat nangkep maksudku,” katanya santai. “Sebenarnya aku bisa aja maksa kamu cuma pakai perjanjian utang itu. Tapi karena aku suka kamu, aku kasih bonus nenekmu dapat perawatan terbaik. Lagipula, kamu sendiri tahu kan kamu nggak bakal sanggup bayar biaya rumah sakitnya? Dia mungkin harus dirawat berbulan-bulan…”

Aku nggak tahu dia beneran sedih... atau justru ngerasa beruntung karena nemu satu lagi cara buat nyudutin aku.

Dari awal, ada satu hal yang bikin aku nggak nyaman...

"Kenapa harus aku? Aku yakin masih banyak perempuan lain yang bisa kamu pilih. Kenapa harus aku?" tanyaku, bingung dan penasaran.

"Itu harus kamu," kata si bos, pelan, tapi jelas. Tiap katanya ditekan seolah-olah itu mutlak.

"Kenapa?" tanyaku lagi.

"Karena aku yakin anakku bisa jatuh cinta… kalau sama kamu," jawabnya mantap.

Ya ampun. Orang ini udah sinting, pikirku.

Aku yakin banget anaknya nggak bakal jatuh cinta sama aku, dan aku pun sama sekali nggak punya perasaan ke dia. Tapi satu hal yang juga aku tahu pasti aku nggak punya uang buat bayar biaya rumah sakit nenek. Dan aku juga rasa... aku nggak bakal bisa ninggalin tempat ini hidup-hidup. Kayaknya aku udah kepepet.

"Kalau... anakmu nggak mau nikah sama aku, gimana? Kamu bakal... batalkan semuanya?" tanyaku, masih ngarep ada secercah harapan.

"Aku sih nggak bakal khawatir soal itu kalau aku jadi kamu. Tapi... gimana kalau kita tukar sedikit?" ucap lelaki tua itu, sambil menyeringai sinis.

"Tukar apa?" tanyaku, makin penasaran.

"Aku lunasi semua utangmu. Aku bayar biaya rumah sakit nenekmu. Dan aku bebaskan kamu. Sebagai gantinya, aku cuma minta satu hal bikin anakku mau nerima warisan dan jadi penerus bisnis ini. Gimana, kita sepakat?"

Kedengerannya terlalu bagus buat jadi kenyataan. Ngebujuk anaknya biar mau nerusin bisnis keluarga? Kedengarannya gampang. Maksudku, dia kan emang pewarisnya. Udah jelas satu saat nanti dia bakal ambil alih, kan?

Setidaknya, ini jauh lebih baik daripada harus nikah sama dia seumur hidup.

"Ok..." bisikku pelan.

"Hebat! Besok akad nikahnya. Semua sudah siap. Gaunmu, tempatnya, tamu undangannya, semuanya sudah diurus. Yang kurang cuma satu—pengantinnya. Dan sekarang dia sudah ada di sini!" seru si Bos sambil tersenyum lebar.

"Tunggu dulu... Kukira kalau aku berhasil meyakinkan anakmu untuk nerusin usaha keluargamu, kau bakal membebaskanku," kataku bingung.

"Itu memang perjanjiannya. Tapi kamu belum berhasil, kan? Jadi, sebelum itu terjadi, kamu akan menikah dengan anak saya dan hidup sebagai istrinya," jawab Bos dengan nada mantap, tak memberi ruang untuk tawar-menawar.

"Apa?! Besok nikahnya… SERIUS?!" teriakku panik, baru sadar betapa dekatnya hari itu.

Bagaimana bisa aku kejebak dalam kekacauan begini… lagi?

Kembali ke Masa Sekarang

Setelah berganti dari kebaya pengantin mewah ke pakaian harian biasa, aku naik ke dalam mobil hitam panjang yang mengikuti ambulans yang membawa nenekku ke rumah sakit tempat ia dirawat. Seperti janjinya, Bos sudah menempatkan nenek di salah satu rumah sakit terbaik di Jakarta dan menanggung semua biayanya yang pasti tak sedikit.

Nenek tidak boleh lagi keluar dari rumah sakit. Beliau sekarang tinggal di kamar VIP rumah sakit, tubuhnya tersambung ke berbagai alat medis. Aku memang bukan orang yang paham soal kesehatan, tapi dari kondisinya, aku tahu beliau sedang tidak baik-baik saja. Meski begitu, berkat bantuan dokter-dokter terbaik, kondisinya cukup stabil untuk menjalani hari-hari dengan nyaman… setidaknya untuk sementara.

Aku duduk diam di sisi ranjangnya, menyaksikan para perawat memasang alat-alat medis setelah nenek dibaringkan. Beliau terlihat sangat lemah dan ringkih. Setelah para perawat keluar, aku menoleh ke arah dua pria berjas hitam yang selalu mengikutiku kemanapun aku pergi, lalu bertanya dengan suara pelan, "Boleh aku bicara sebentar sama nenek… berdua aja?"

Waktu akhirnya kami hanya berdua, aku menggenggam tangannya erat lalu menempelkannya ke pipiku. Air mata hangat mulai mengalir pelan dari mataku. Nenekku terlihat sangat kaget ketika aku memberitahunya bahwa aku sudah memutuskan untuk menikah dengan anak juragan. Seperti biasa, beliau tak pernah memikirkan dirinya sendiri yang ada di pikirannya cuma kebahagiaanku, sama seperti sejak pertama kali aku datang ke rumahnya bertahun-tahun lalu. Tapi sekarang... sudah saatnya aku membalas semua kebaikannya.

Aku akan menjaganya, sekuat yang aku bisa.

Aku harus kuat. Tapi kini, setelah pernikahan itu berubah jadi bencana, aku benar-benar tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Jelas sekali, Rayza sama sepertiku jatuh cinta pada orang lain. Bedanya, aku yakin cinta Rayza akan berakhir bahagia. Tidak seperti aku.

Perlahan, aku mengeluarkan sebuah kalung dengan liontin berbentuk hati. Dengan tangan gemetar, aku membukanya. Aku menyeka air mata agar bisa melihat foto di dalamnya dengan jelas.

Di dalam liontin itu ada foto aku dan pacarku... ya, mantan pacar sekarang.

Aku benar-benar kangen kamu, Yoga...

“Nona Maya, Bos manggil sekarang,” kata seorang pria berpakaian serba hitam sambil menjulurkan kepalanya lewat pintu yang terbuka sedikit.

“Yaudah… ayo berangkat,” jawabku sambil melangkah menuju pintu.

Sebenarnya aku pengin ngobrol dulu sama nenek, tapi beliau masih tidur. Di sisi lain, aku juga penasaran mau bicara sama Bos. Mungkin aja beliau udah berubah pikiran soal rencana perjodohan itu, apalagi setelah kejadian tadi siang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!