"Menikahlah lagi mas! Aku ikhlas!"
Kalimat yang pada akhirnya menjadi boomerang bagi pernikahan Sekar Indraswari
Keluarga besar Adrian Baskara sang suami, menuntut hadirnya penerus bagi keluarga, membuat Sekar mengambil keputusan yang begitu menyakitinya
hadirnya wanita lain sebagai madu perlahan memaksa Sekar meninggalkan indahnya mahligai cinta bersama Adrian
Kemana takdir akan membawanya? akankah pertemuan dengan seorang duda beranak satu bernama Alvaro menjadi awal kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi
"Kenapa kamu malah memfitnah Widia? Jelas-jelas ibu lihat kamu mendorong Widia hingga terguling!"
Adrian masih diam, entah kenapa dirinya sulit untuk percaya "Sekar gak mungkin ngelakuin itu bu, Adrian tau betul Sekar seperti apa"
"Kamu jangan membela Sekar lagi, Adrian. Widia kehilangan bayinya Karena perbuatan Sekar"
Sekar menggeleng, ia menatap suaminya seolah berharap sang suami percaya padanya
"Aku gak mungkin ngelakuin itu mas, aku gak bohong, Widia yang mau dorong aku dari tangga!"
"Kamu gak percaya sama ibu kan? Kita tanya sama Faisal! Dia juga ada disana!" Nina memanggil asisten rumah tangganya
"Faisal, apa benar kamu melihat kalau Sekar mendorong Widia dari tangga?" Tanya Adrian saat Faisal ada dihadapannya
"S-saya gak liat pasti, tapi memang saat mbak Widia jatuh, mbak Sekar ada diujung tangga" Jawab Faisal karena memang itu yang ia lihat, dia tidak melihat saat Widia berusaha mendorong Sekar saat itu
"Sekarang kamu percaya kan? Ibu gak bohong, Sekar memang melakukan itu karena dia iri atas kehamilannya Widia" tuduh Nina
Adrian tak mengeluarkan suara, ia tidak tau harus bersikap seperti apa, terlebih hati yang tengah kacau karena kehilangan calon anak yang sudah ditunggu-tunggu
"Mas" Sekar kian sakit kala melihat suaminya diam saja, seolah tak ada kepercayaan yang ditunjukkan pria yang telah menikahinya lima tahun lalu itu
"Kita lihat keadaan Widia dulu!" Adrian hendak melangkah namun Sekar mencekal tangannya
"Kamu gak percaya sama aku mas?" Sekar menatap suaminya tak percaya, bagaimana bisa Adrian meragukan dirinya
"Mas gak tau sayang, kita lihat keadaan Widia sekarang!" Adrian melangkah lebih dulu, meninggalkan Sekar dengan perasaan terlukanya
Widia masih terbaring, matanya sudah terbuka dan Nina telah berada disana lebih dulu
"Widia" panggil Adrian dengan lembut, ia tidak mencintai Widia namun apa yang dialami wanita itu membuat Adrian merasa iba
"Mas" Widia berusaha bangun dan Adrian bergegas membantunya
"Pelan-pelan!" Adrian dengan lembut membuat agar Widia merasa nyaman dengan bersandar "Kamu butuh sesuatu?"
Widia menggeleng lemah "Gimana keadaan anak kita mas? Dia baik-baik aja kan?"
Semua orang terdiam, Adrian tidak sanggup mengatakan kenyataan menyakitkan ini pada Widia
"Kamu tenang dulu Widia! Kamu harus pulih lebih dulu!" Adrian berucap lembut bahkan tanpa ragu pria itu menggenggam tangan istrinya
"Jawab jujur mas, anak kita baik-baik aja kan?" Desaknya, wanita cantik itu sudah mengeluarkan air matanya
"Maaf Widia, mungkin Allah memiliki rencana lain untuk anak kita"
Widia terkejut, wanita itu menatap nanar kearah suaminya, berharap pria itu menipunya
"Enggak, nggak mungkin! Kamu bohong kan mas? Kamu pasti bercanda kan" Widia menggeleng cepat, rasanya begitu menyakitkan
"Maafkan aku Widia!"
"ENGGAK.. KAMU BOHONG MAS, ANAK KITA PASTI MASIH HIDUP KAN?"
Widia terisak, wanita cantik itu memberontak dalam dekapan suaminya, Adrian mengeratkan pelukannya pada tubuh istri keduanya itu
Pandangan Widia tertuju pada wanita yang berdiri tak jauh dari brankar tempatnya berbaring, tatapannya penuh amarah seolah semua yang terjadi karena ulahnya
"Kamu sengaja kan mbak? Kamu sengaja membuat aku kehilangan bayiku? Kamu takut karena bayi itu mas Adrian akan lebih sayang padaku dari pada kamu!"
Sekar menggeleng, tuduhan Widia begitu menyakitinya "Kamu ngomong apa Widia? Aku gak mungkin mencelakai kamu, apa lagi sampai melibatkan bayi yang tidak berdosa!"
"Bohong! Kamu dorong aku dari tangga kan mbak? Apa salah aku sama kamu mbak?" Widia terus berteriak dengan berderai air mata
"Jangan fitnah Widia! Kamu yang berusaha mendorong aku dari tangga, aku hanya mencoba melindungi diriku, itu saja" Sekar berusaha membela diri, terlebih suaminya sejak tadi diam saja
"Untuk apa aku mencelakai kamu mbak? Untuk apa? Apa yang bisa membuat aku iri sama kamu?"
"Widia kamu!"
"CUKUP!"
Suara tegas Adrian membuat perdebatan itu berhenti seketika, Adrian berdiri menghadap kearah Sekar yang sepertinya terkejut
"Kamu sebaiknya keluar, mas gak mau membuat keadaannya semakin rumit dan Widia butuh menenangkan diri!"
Sekar tak percaya, bagaimana bisa suaminya meragukan dirinya. Ia tidak bersalah, namun kenapa ucapan Adrian menyiratkan bahwa dia percaya akan apa yang disampaikan semua orang
"Kamu meragukan aku mas?"
"Bukan begitu Sekar, mas hanya tidak ingin membuat keadaan Widia menjadi lebih buruk, itu saja!"
Adrian frustasi, dirinya tidak tahu harus bersikap seperti apa. Terlebih keadaan Widia yang begitu memprihatinkan
"Kamu keluar dulu!"
"Aku tidak melakukan apa-apa mas, dia berbohong. Widia mengarang cerita agar aku terlihat bersalah"
Sekar tidak terima ini, tidak peduli jika semua orang menyudutkan dirinya, namun saat sang suami yang meragukan dirinya itu sangat menyakitkan
"CUKUP SEKAR!"
Wanita cantik itu tersentak, lima tahun menikah, hari ini adalah untuk pertama kalinya suaminya berteriak padanya
"Kamu tidak percaya sama aku? Kamu masih berpikir kalau aku yang sudah membunuh bayi itu?"
Sekar menatap sendu pada suaminya, cairan bening terus saja membasahi pipinya tanpa bisa dicegah
"Sekarang pergi! Aku gak mau melihat kamu ada diruangan ini lagi! KELUAR SEKAR!"
Sekar terluka, rasanya bak dihujam ribuan belati. Suaminya mengusir dirinya pergi, suaminya tak ingin lagi melihat wajahnya, suaminya membencinya
Setelah mengatakan itu, Adrian kembali menghampiri Widia yang masih terisak. Kembali ia peluk wanita itu agar merasa lebih baik
"Aku ingin anakku mas, tolong kembalikan dia! Aku ingin dia"
Sekar mematung, rasanya begitu menyakitkan. Tak ada lagi yang bisa ia pertahankan, suaminya memintanya untuk pergi
"Kamu masih disini? Kamu tidak dengar apa yang Adrian perintahkan? Sekarang pergi!"
Nina menyeret tubuh menantunya hingga Sekar berada diluar ruang perawatan tersebut
"Adrian sudah tidak ingin melihat wajahmu lagi, jadi jangan pernah menampakkan diri dihadapan putraku dan keluargaku lagi!"
Sekar tak menjawab, ia seolah tuli atas semua yang Nina ucapkan. Yang terlintas adalah bentak kan serta suara keras suaminya
***
Sekar berjalan menyusuri trotoar, matahari bersinar terik menghujam ibu kota. Riuh kendaraan saling bersahutan, tapi bagi Sekar semuanya tidak lagi berarti apa-apa
Sekar berderai air mata, ucapan sang suami menggema di telinga sepanjang jalan yang dirinya lalui
'Pergi dari hadapanku Sekar, aku tidak ingin melihat kamu lagi'
Ucapan Adrian terus menggema, hingga dirinya tidak sadar sudah berjalan berapa kilometer meninggalkan rumah sakit
Ia tak mungkin kembali ke rumah, tujuan satu-satunya ada panti asuhan. Tempat dimana dirinya dipercaya, tempat dimana ia selalu mendapatkan cinta, tempat yang akan menjadi alasannya untuk tetap hidup
Tangannya mengusap perut yang masih rata, disana bersemayam sesuatu yang telah dinantikan kehadirannya
Harusnya ia bahagia, memberikan kejutan pada sang suami atas apa yang telah dinantikan selama lima tahun lamanya
udh bener dpt mantu sekar.... eeee mlah g ada syukurnya...