Sudah di zaman kapan ini masih ada kata "dijodohkan"....
Wah.... ternyata orangtua ku masih sejadul itu, dan juga kenapa coba harus aku???
Abang dan juga kakak ku bahkan adik ku memilih pasangan hidupnya masing-masing...
"Ya Bu nanti aku pulang untuk makan malamnya''..." gitu dong anak ibu" jawab ibu diseberang telpon...
Bagaimana kisah cinta Naira apakah jadi berjodoh dan bahagia????
Yuk baca ceritanya.....
Maaf y masih karya pertama...
Mohon kritik yang membangun dan yang baik
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nelis Rawati Siregar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Makan malam
Sesuai dengan janji Bima dengan Bunda maka malam ini mereka akan malam disebuah restoran yang biasa mereka reservasi untuk Acara keluarga. Bumi Aku Haritage Bandung adalah pilihan restoran mereka karena Ayah suka makan disini. Menu yang ditawarkan khas Sunda terutama Sate Maranggi adalah makanan kesukaan Ayah.
Sesuai kesepakatan kemarin Ririn akan dijemput oleh Bima. Namun yang menjadi dilema bagi Ririn adalah dengan ucapan Bima yang mengatakan jangan memakai pakaian terbuka. Maksud disini pakaian yang terbuka itu seperti apa.
Apa aku harus berubah jadi orang lain. Seperti apakah yang dimaksud oleh Bima. Hal yang selalu berputar dikepala Ririn hingga tak menyadari waktu sudah menunjukkan pukul jam setengah tujuh. Ketokan di pintu mengalihkan perhatian Ririn.
Ririn melangkahkan membuka pintu ada Mamanya. "Bima sudah ada didepan itu jemput kamu kok kamu belum siap?", mama menatap bingung kepada Ririn. "Aku bingung ma, kemarin Bima berpesan supaya aku memakai pakaian jangan yang terbuka", apa selama ini aku termasuk orang yang agak terbuka ya ma pakaiannya?", Ririn malah bertanya kepada mamanya.
"Versi setiap orang menilai cara berpakaian seseorang itu pasti berbeda-beda. Sekarang Mama tanya kamu, ku mau memakai apa mau bertemu orang tua Bima?". Mama bertanya sambil menatap kearah Ririn.
Ririn menunjukkan warna navy tanpa lengan sebatas lutut. "Menurut Mama itu tidak terbuka bahkan masih terkesan sopan", sudah kamu cepat siap-siap nanti orangtuanya Bima kelamaan nunggu kamu.
"Ciptakan kesan yang baik dong ketika pertama kali jumpa", mama memberikan nasehat.
"Mama keluar dulu kamu jangan lama keluarnya", mama berdiri.
"Baik, ma", Ririn pun segera bangkit dan meraih gaun yang akan dikenakannya..
Setelah memoles wajahnya dengan riasan tipis Ririn pun keluar dari kamar menuju teras rumah tempat Bima menunggu dirinya.
"Hai,sapa Ririn, yuk berangkat biar gak kemalaman, ajak Ririn.
"Baiklah", ucap Bima.
Setelah berpamitan dengan Mama Ririn Bima pun menuju mobilnya yang dia parkirkan di depan gerbang rumah Ririn. Tak lupa Bima membuka pintu mobil untuk Ririn. Setelah memastikan Ririn memakai sabuk pengamannya Bima pun melajukan mobilnya.
Untuk memecah keheningan dalam mobil Ririn bertanya kepada Bima, "bagaimana penampilanku Yang?, Bima sedikit menoleh dan kembali fokus nyetir sambil berkata, "cantik". Ririn tersenyum malu-malu dan mengalihkan pandangannya kearah jendela mobil untuk menyembunyikan rona merah diwajahnya.
Hatinya berbunga-bunga mendengar pujian yang diucapkan Bima, padahal Bima sering memujinya dengan kata-kata yang manis namun entah mengapa jantungnya selalu berdegup kencang kalau sudah Bima memujinya.
Akhirnya mereka sampai di restoran dimana 30 menit yang lalu Bunda sudah mengirimkan pesan kepada Bima bahwa Bunda dan Ayah sudah ada di restoran.
Baru saja mereka keluar dari mobil dan menutup pintunya tiba-tiba handphone Ririn berdering. Ririn menggeser tombol hijau.
" Halo, Rin Kamu ada dimana? Apa saya ganggu kamu?", ucap orang diseberang sana.
Bima hanya mendengar, kemudian Ririn menjawab teleponnya.
" Ada hal yang mendesak Pak?", Ririn bertanya.
"Bisakah kita ketemuan dimana gitu soalnya saya mau memberikan materi yang akan kamu ajarkan seminggu kedepan untuk anak-anak dikampus. Mau dikirim melalui email gak bisa laptop saya ketinggalan diruang saya dikampus. Ini waktunya udah mepet banget soalnya saya udah mau jalan menuju bandara ini.
Kalau nggak kita ketemuan sebelum masuk tol saya tunggu kamu disana tapi jangan lama ya. Gimana bisakan?", dengan berat hati Ririn menjawab, "baiklah pak saya akan jalan menuju kesana".
"Baiklah, kamu hati-hati dijalan ". Terdengar suara panggilan ditutup. Ririn menatap Bima dengan wajah bingung. "
"Yang maaf ya sepertinya aku gak bisa jumpai Bunda didalam. Kamu dengarkan tadi itu adalan dosen yang aku bantu dikampus. Gak enak aku menolaknya Yang", Ririn memelas memberikan alasan.
Bima berkata, "apa gak bisa kita jumpai aja sebentar dulu Ayah dan Bunda kedalam Yang, biar mereka gak kecewa". Bima mencoba alternatif lain agar Bundanya gak terlalu kecewa.
"Nanti waktu gak terkejar yang pesawat pak Dika akan segera berangkat. Jadi gimana ini yang? Ririn pun merasa gak enak banget juga ni yang".
Tampak Bima berpikir, selang berapa menit Ririn melihat Bima menekan nomor Bunda nya.
"Halo, assalamualaikum Bunda"
"Ya halo waalaikumsalam, udah sampai Bima?",Bunda menjawab sekaligus bertanya.
"Ini udah diparkiran Bun, namun ada hal urgen yang harus ditangani Ririn Bun, jadi kami mau putar arah lagi ini Bun. Maaf ya Bunda, Ayah Bima harus ngantar Ririn dulu ini".
Bima menyudahi penjelasannya. "Baiklah kamu hati-hati nanti pulangnya, bunda tutup telponnya ya, assalamualaikum", Bunda menyudahi panggilannya. Bima dan Ririn segera masuk mobil lagi untuk mengejar waktu. Sementara Bunda dan Ayah Bima dengan sedikit kecewa akhirnya pulang kerumah.