Azmi Khoerunnisa, terpaksa menggantikan kakak sepupunya yang kabur untuk menikah dengan bujang lapuk, Atharrazka Abdilah. Dosen ganteng yang terkenal killer diseantero kampus.
Akankah Azmi bisa bertahan dengan pernikahan yang tak diinginkannya???
Bagaimana cerita mereka selanjutnya ditengah sifat mereka yang berbanding terbalik???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saidah_noor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Azthar # Bapak baru menikah?
"Azmi, ayo bangun!" Athar menggoyangkan lengan Azmi.
"Azmi!" suaranya ia keraskan namun gadis itu masih saja tak mau bangun.
"Eung, ada apa sih, pak. Ini masih subuh, ah." Azmi menggeliat ia masih dalam keadaan ngantuk berat, semalam ia kesulitan tidur. Ia baru bisa tidur setelah shalat subuh.
"Subuh apanya Azmi, ini sudah setengah tujuh," ujar Athar kembali menggoyangkan lengan istrinya dengan lebih kencang.
Azmi membuka matanya selebar-lebarnya, ia tak salah dengar waktu sudah menunjukan jam pagi.
"Apa Bapak bilang? Setengah tujuh," tanya Azmi mengulang ucapan suaminya, ia langsung heboh karena terlambat bangun.
Azmi bangun secepatnya, "Aaahhh aku udah telat!" ia berlari kekamar mandi untuk membersihkan diri.
Athar hanya menggelengkan kepalanya melihat istrinya yang baru bangun, ia maklumi karena baru kali ini Azmi tinggal di rumahnya.
Drrrttt drrrrttt
Bunyi ponsel milik Athar yang tergeletak di meja nakas samping ranjang, pak dosen itu mengambilnya. Setelah tombol hijau ia geser, ia pun melangkahkan kakinya ke balkon kamar. Entah siapa yang menghubunginya, tapi raut wajahnya berubah setelah menerima panggilan telepon tersebut.
"Iya, aku baik-baik saja."
"Maaf, aku tak bisa." Athar menutup panggilannya segera, ia genggam kuat benda pipihnya. Matanya terpejam setelah mendengar suara wanita yang sudah lama menghilang, cinta pertama yang pernah membuat jantungnya berdebar.
Sekian tahun ia menunggu, sekian lama ia mencari, kenapa baru sekarang ia dihubungi?
Hatinya sudah lama mati, setelah belasan tahun lamanya cintanya digantung tanpa alasan yang kuat. Tanpa kata pamit, tanpa kata putus dan juga tanpa kata harapan, akankah mereka bertemu kembali?
Semua adalah masa lalu yang pernah hilang dan baru saja kembali.
"Pak Athar! Pak!" suara Azmi membuyarkan lamunannya.
Athar yang berada dibalkon menoleh kebelakang, "Apa?" sahutnya.
"Ambilin handuk, saya lupa," pinta Azmi melambaikan tangan kanannya dari dalam kamar mandi.
Athar mengambilkannya dan memberikannya pada Azmi, setelah mendapatkan kain lap untuk badannya gadis itu keluar. Ia membuka lemari pakaiannya dan mengambil kemeja dan tank top beserta rok celana pendek, lalu ia masuk kembali kekamar mandi.
Tak mungkin ia memakai bajunya didepan suaminya, ia masih malu untuk melakukannya. Nikah saja tanpa cinta dan siap nikah aja, enggak.
Azmi keluar dari kamar mandi bertepatan saat Athar masuk kedalam kamar, mata laki-laki itu membulat melihat istrinya memakai bawahan yang memperlihatkan pahanya. Bukan karena apa? Tapi Athar tak suka wanitanya berpakaian terbuka.
"Azmi, kenapa kamu pake rok itu?" tanya Athar menajamkan penglihatannya.
"Ini bukan rok, ini celana," ralat Azmi.
"Mau celana atau rok, pokoknya ganti." Athar berjalan ke arah lemari baju Azmi, ia mencarikan celana panjang atau rok panjang.
"Kamu gak punya abaya atau gamis gitu?" tanya Athar sambil masih mencari bawahan yang lebih menutup paha.
Paha istrinya putih mulus gitu tentu ia tak rela diperlihatkan pada pria lain, cukup ia sendiri yang melihatnya. Bawahan pendek juga terlalu mengundang syahwat yang bisa menarik perhatian pria hidung belang.
"Saya, kan mau kekampus, bukan ke pengajian," ujar Azmi mengingatkan.
Azmi duduk didepan cermin sambil menyisir rambutnya yang akan ia biarkan terurai indah, setelahnya ia memakai beberapa skin care pelindung wajah dan terakhir lipstik pink natural. Tanpa make up tebal ia sudah cukup untuk keluar rumah, tampak alami dan tak berlebihan ia sudah selesai dan siap untuk pergi.
Athar menemukan celana kulot didalam tumpukan celana paling bawah, ia mengambilnya dan memberikannya pada Azmi.
"Ganti pake ini!" titah Athar.
"Bapak gak bisa mengatur hidup saya, saya mau pake ini titik," tegas Azmi gak mau menggantikan bawahannya.
Azmi beranjak dari tempatnya hendak pergi, namun tangannya ditarik oleh Athar.
"Ganti, Gak. Kalau gak mau, saya yang ganti sendiri dengan paksa," ujar Athar memberikan peringatan.
Azmi menganga, ia tak percaya dosen yang satu ini benar-benar cabul. Ia menarik tangannya dengan kuat dan kabur kearah ranjang sambil mengambil tas ranselnya.
"Ayo ganti, Azmi!" titah Athar yang mengejar gadis itu.
Hendak kabur keluar Athar menghalanginya, ia pun naik keatas ranjang untuk mengambil jalan lain.
"Mau kemana kamu?" tanya Athar yang mengejarnya.
"Pak jangan perkosa saya, saya terlalu muda untuk bisa hamil. Biarkan saya pergi, pak," ujar Azmi yang pikiranya sudah berantakan.
"Emangnya, siapa yang mau hamili kamu?" Athar makin bingung dengan pemikiran Azmi.
Sambil berbicara, mereka sembari berjalan kejar mengejar. Hingga akhirnya Tangan Azmi bisa tertangkap oleh Athar, Gadis itu melepaskannya dengan kasar tapi tak bisa dan Athar tiba-tiba menariknya kuat.
Karena hendak jatuh, azmi memegang kuat tangan Athar dengan sebelahnya lagi. Karena tak ada keseimbangan Athar tertarik dan ...
Bugh.
Tubuh Athar tertarik dan badan mereka ambruk bersamaan di atas ranjang dengan posisi Azmi berada dibawah. Tak hanya itu, bibir mereka sempat bersentuhan keduanya kikuk. Rasa canggung mengitari mereka secepatnya Athar bangun begitu pun Azmi, tatapan mereka sempat beradu.
Athar malah fokus pada benda kenyal berwarna pink yang baru tersentuh itu, benjolan dilehernya naik turun serasa ingin mengulangnya. Sedangkan Azmi menyentuh dadanya yang mendadak terdengar aneh, dag dig dug suara jantungnya seperti bedug di sebuah mushola.
"Azmi, pokoknya celananya ganti," kukuh Athar menyuruhnya mengganti.
"Pokoknya engga!" Azmi melangkah pergi tak peduli apa yang ia dengar dari suaminya.
Athar menghembuskan nafasnya yang terengah, ternyata benar kata ibunya, Azmi sosok yang teguh sekali pake itu ya itu gak bisa diganti. Alhasil Athar membiarkannya untuk sekarang, bukan tak ingin menuntun tapi jantungnya sedang tak beres.
...----------------...
Dikampus, Azmi berlarian masuk kelas. Ia berjalan cepat untuk duduk dikursinya. Mereka menatap Azmi yang terlihat cantik bak gadis SMA, tapi gadis itu yang telat itu tampak santai dengan tatapan para temannya.
Ia duduk dengan nafas tersenggal karena sudah berolahraga lari, sebelum bapak Atharrazka masuk kekelas.
"Tumben anak baru telat?" ujar Anggara yang berada diatas Azmi.
"Macet," jawaban Azmi singkat padat padahal bohong.
"Elo beruntung, si tar-tar belum datang," Beny yang berujar.
"Iya, tumben dia terlambat. Biasanya paling rajin," sahut wanita yang berada didepan yang diangguki teman disampingnya.
"Kalian gak tahu apa? Si butar-butar baru menikah, wajar kalo telat," Anggara mengungkapkan.
Mereka terkejut mendengarnya, tapi ada juga yang langsung tertawa karena paling kenal seperti halnya si Beny. Cowok yang suka menjahili pak Athar karena bujang lapuk sekampus.
"Weh, serius lo? Pantes lah telat, beliau mau produksi anak dulu," Ucapan Beny membuat yang lain tertawa.
"Tarik pak, tiga ronde," timpal Anggara yang ikut meledeknya dan tertawa.
Azmi menelan salivanya, mendengar ledekan teman kelasnya lumayan membuatnya malu juga. Bagaimana nanti kalau mereka tahu, dosen yang mereka ghibah itu adalah suaminya.
"Untungnya, resepsi masih lama," batin Azmi, ia belum siap dikenal jadi istrinya bapak Athar.
"Diem lo pada, suka banget ngeledek pak Athar," bentak wanita yang duduk didepan membungkam mereka.
"Cieee, yang lagi patah hati ditolak bapak butar-butar," Beny meledeknya, ia tahu betul berapa kali wanita yang duduk didepan itu ditolak.
Tak lama orang yang mereka bicarakan muncul mereka langsung diam, Athar menaruh tasnya terlebih dahulu selanjutnya mengabsen para muridnya. Pelajaran langsung dimulai setelah mengabsen, mereka mulai diam memperhatikan mata pelajaran yang akan disampaikan.
Ini tentang hukum perdata ...
"Apakah ada yang tidak paham? Silahkan bertanya!" ucap Athar menghadap pada murid ajarnya.
Beny mengacungkan tangannya.
"Iya, Ben. Silahkan!"
"Bapak baru menikah, ya? Cincinnya bagus, kaya berlian asli," ujar lelaki berambut klimis khas gatsby tersebut.
"Huhuuu ...." mahasiswa lain berseru merundungnya.
"Apa hubungannya hukum perdata dengan pernikahan saya? Coba kamu jelaskan?" Athar membalikkan pertanyaannya membuat teman-teman Beny tertawa puas.
"Ayo jawab, Ben!" seru yang lain.
"Mampus lo, kaya gak kenal pak Athar aja," ujar Anggara terkekeh.
Sedangkan Beny hanya tersenyum canggung dan menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia tak mendengarkan dengan pasti karena otaknya error. Niatnya ingin mempermalukan pak dosen, sekarang malah ia yang mati kutu.
"Bolehkah, saya yang menjawab, Pak?" suara Azmi mengacungkan tangan kanannya, semua melirik padanya termasuk pak Athar.
Lalu apa jawaban Azmi???