Tak pernah terbayangkan dengan apa yang saat ini di jalani, bergerak tanpa arah, dan melangkah tanpa tujuan.
Terasa sesak di dalam dada mengingat semua kisah yang sulit untuk di lupakan, Namun terasa sakit saat mencoba untuk menerima semua yang terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selvi Noviyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 8
...Pernah aku menyebut seseorang dalam sujud yang sunyi, di antara sajadah yang basah dan juga dada yang tak lagi berani. Bukan agar kami bersatu dalam mahligai dunia ini, akan tetapi berdoa agar diri ini ikhlas dan mengerti saat takdir berkata bahwa diri ini bukan lah untuk dirinya....
...Pernah berpikir, saat rasa ini ku selipkan dalam doa yang setia, langit akan menjawabnya dengan tanda. Akan tetapi ternyata, cinta yang ku peluk dengan dzikir dan juga air mata, tak selalu berakhir pada nama yang nama....
...Dia pernah menjadi bayang di antara Tasbih, menyelinap sebagai harapan dalam malam yang letih. Tapi Allah yang maha mengetahui jalan Takdir, menuntunku untuk melepaskan walaupun hati ini tak ingin dan tak merelakannya....
...Aku pun mengerti bahwa cinta bukan soal siapa yang dulu ada, melainkan siapa yang menuntunku lebih dekat dengan-Nya....
...Bukan siapa yang paling ku inginkan di dunia ini, akan tetapi siapa yang Allah ridoi ku untuk menuntun ku ke jalan bersama ke surga-Nya....
...Aku tak ingin cinta yang sekadar indah di mata. Yang merampas tenang dan menggugurkan reda. Aku ingin cinta yang menjaga iman, yang menenangkan dan menumbuhkan serta membawa berkah....
...Kini aku tak mencari cinta yang hanya memikat kata, yang bersinar sesaat lalu meredup di tengah luka. Aku menginginkan cinta yang meneduhkan hati seperti doa, yang hadir bukan memiliki tapi untuk membawa jiwa pulang dalam keberkahan....
...Dan saat rindu kembali menggema, aku mengerti setelahnya. Bukan mengejar yang telah pergi ataupun bukan mengejar yang telah menjauh dengan deraian air mata. Akan tetapi menunduk dan juga berserah diri pada cinta yang pernah salah arah......
...┅┅┅┅┅┅┅༻❁༺┅┅┅┅┅┅┅...
"Jika mereka bersama dengan dia bisa tertawa dengan lepas, maka untuk apa aku terus menerus berharap jika mereka akan bisa bersama ku.? " gumam Emily yang nyatanya saat ini ia berada tak jauh dari suami dan juga Putranya.
Emily terlihat tersenyum, akan tetapi siapa yang tahu bahwa hatinya saat ini benar-benar rapuh. ia menginginkan keluarga yang hangat, ia menginginkan bagaimana tatapan sangat putra padanya yang penuh kekaguman dan juga perhatian akan tetapi harapan itu nyatanya hanya angan-angan belaka yang tak akan pernah bisa menjadi nyata. Perlahan Emily melangkahkan kakinya meninggalkan tempat di mana ia bisa melihat keluarga yang nampak bahagia. Bahagia di atas penderitaannya, bahagia di atas rasa sakit yang selama ini ia rasakan. Mulutnya tak mampu berucap hatinya seakan tertusuk saat melihat kenyataan yang ada di depan matanya.
"Jika tanpa Mama kamu bisa tersenyum seperti ini maka Mama rela pergi meninggalkan kamu. Sungguh Berlian, mama benar-benar menyanyangi kamu. kamu adalah putra mama yang sangat Mama sayangi. " ucap Emily sebelum dirinya benar-benar pergi meninggalkan tempat.
Tak lama setelah Emily sampai di sebuah jalan raya, datang sebuah mobil yang berhenti tepat di hadapan Emily.
"Emily... " ucap seseorang yang saat ini berada di dalam mobil dengan kaca mata yang bertengker di hidungnya.
sedangkan Emily yang mendengarkan suara yang tak asing untuknya seketika melihat ke arah mobil yang ada di hadapannya.
"Ayo masuk... " ucapnya dengan menatap Emily dengan senyuman hangat di sudut bibirnya.
Emily pun menganggukkan kepalanya dan memasuki mobil yang telah terbuka lebih dulu. setelah itu ia pun menutup pintu mobil.
"Mau kemana.?" tanyanya dengan melihat Emily.
"Bandara kak. " jawab Emily singkat.
"Kamu kenapa, ada masalah kah? " tanyanya dengan menatap Emily dengan wajah yang penasaran.
"Hm, gak kok. Hanya saja saya mau ke bandara. Saya ingin liburan dan jalan-jalan saja. " ucap Emily dengan tersenyum.
"Ohhh tumben aja si. " jawabnya dengan menatap jalanan.
"Ohhh iya kamu mau liburan di mana.? " tanya dengan melihat Emily.
"Pantai. ?" sambungnya dengan menatap Emily, dirinya terlihat penasaran dengan jawaban yang akan di katakan oleh Emily.
"Sepertinya si iya karna rasanya kangen banget. " ucap Emily dengan membayangkan dirinya yang telah lama tak pernah berkunjung di tempat wisata semenjak dirinya telah menikah. Bahkan untuk pergi makan di restoran pun bisa di hitung oleh jari. Apa lagi pergi dalam perjalanan yang memakan waktu sangat tidak mungkin mengingat Aidan yang sangat fokus pada pekerjaannya dan pernah absen.